Tragedi Suporter di Malang Dibahas Pengajian Ahad Pagi di Menganti; Liputan Mohammad Nurfatoni, kontributor PWMU.CO Gresik
PWMU.CO – Meninggalnya 127 orang dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam mendapat perhatian dalam Pengajian Ahad Pagi yang diselenggarakan Masjid At-Taqwa Wisma Sidojangkung Indah, Desa Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Ahad (2/9/2022).
Pengajian yang mengundang Prof Dr Zainuddin Maliki MSi, Anggota Fraksi PAN Daerah Pemilihan X Jatim: Gresik-Lamongan, sebagai narasumber itu membahas tema Jadikan Anak-Anak Terdidik dan Bermental Kuat.
Usai penyampaian materi, Prof ZM, sapaan akrab Anggota Komis X DPR RI itu, mendapat pertanyaan dari peserta pengajian bernama Pranoto. Pertanyaan itu menyangkut Komisi X yang dibidangi Prof ZM.
Komisi X DPR RI bermitra dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi; Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Kementerian Pemuda dan Olahraga; dan Perpustakaan Nasional.
“Ini menyangkut bidang Prof di Komisi X. Semalam ada kejadian di Stadion Kanjuruan Malang. Itu ada 126—data seperti itu yang dirilis TV One semalam—yang meninggal akibat kekecewaan yang diterima Arema Malang. Saya akan titip saja, mungkin nanti kalau ada dengar pendapat dengan Menpora, tolong ini ditanyakan mengapa bisa terjadi seperti itu,” tanyanya.
Tak Membangun Kepribadian
Menanggapi penyataan itu Prof ZM menyampaikan bahwa kerusuhan sepabola di Stadion Kanjuruhan Malang itu merupakan holiganisme. “Ketika orang sudah berkumpul banyak dipicu sedikit saja itu sudah akan dengan mudah diikuti oleh yang lain,” katanya.
Jadi misalnya ada satu orang saja yang melempar di tengah-tengah massa, maka keributan itu akan dengan mudah diikuti oleh yang lain. “Itu holiganisme,” katanya.
Prof ZM juga menyinggung kerusuhan oleh suporter Persebaya yang beberapa waktu lalu merusak stadion di Sidoarjo. Menurutnya itu terkait dengan pendidikan juga.
“Pendidikan kita yang belum bisa menghasilkan manusia-manusia yang bisa mengendalikan emosi, yang belum bisa mengendalikan perkembangan jiwa di dalam dirinya. Ini pendidikan kita,” terangnya.
Menurut mantan Ketua Dewan Pendidikan Jatim dua periode itu, hal itu terjadi karena pendidikan kita tidak membangun dari sisi kepribadian. “Anak-anak mulai kecil sudah diajari supaya pinter berhitung, pinter matematika, pinter mengolah angka. Tapi tidak pintermengolah kepribadian,” terangnya.
Soal pesan ke Menpora, Prof ZM berkata, “Ya nanti saya akan sampaikan ke Menpora (soal) holiganisme. Tapi Menpora (akan bilang): ‘Saya minta tolong pada Menteri Pendidikan: Didik yang baik!’. Gitu kira-kira jawabannya,” kata Zainuddin Maliki. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni