PWMU.CO– IPM Kabupaten Malang mendukung dibentuknya tim investigasi independen untuk mengusut Tragedi Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter Arema.
IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) menyatakan keprihatinan dan duka cita terhadap insiden kematian massal supporter Arema di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur korban meninggal mencapai 174 orang. Ratusan orang lainnya masih dirawat di rumah sakit.
Ketua PD IPM Kabupaten Malang, Yudhistira Antara, mengatakan, sungguh prihatin atas kematian supporter dalam tragedi Stadion Kanjuruhan usai pertandingan.
”Jumlah kematian akibat kerusuhan tersebut termasuk deretan yang tertinggi di dunia. Inilah prihatinnya. Kalau prestasi tertinggi di dunia itu membanggakan,” kata Yudhistira dihubungi Senin (3/10/2022).
Lebih menyedihkan lagi melihat sejumlah korban anak-anak usia pelajar. Mereka pamitan nonton sepakbola ternyata pulang menjadi jenazah.
Yudhistira menuturkan, kerusuhan terjadi karena tindakan represif polisi terhadap suporter yang turun di lapangan rumput memicu emosi penonton di tribun sehingga membalas dengan pelemparan.
Di video yang beredar menunjukkan ada aparat keamanan menendang, memukul, menggebuki supporter. Kemudian polisi menembakkan gas air mata di lapangan dan ke tribun.
Menurut dia, tembakan gas air mata itu yang memicu kekacauan supporter sehingga berdesakan, terinjak-injak, sesak nafas, dan tewas dalam jumlah besar.
”Segera bentuk tim investigasi yang objektif dalam menangani hal ini, segera cari pula provokator yang memicu kerusuhan. Provokator bisa dari petugas maupun suporter,” lanjutnya
Dia mengatakan, PD IPM Kabupaten Malang memberikan perhatian kepada korban dengan mengumpulkan infak. Terutama untuk korban meninggal dunia dua pelajar Muhammadiyah seperti dari SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen.
Dia berpesan, mencintai klub sepakbola boleh saja tapi dengan batasan-batasan. Jangan sampai menjadi fanatik. ”Klub saya harus menangan, terbaik. Kalau kalah ngamuk. Lalu bikin rusuh. Semestinya bersikap proporsional. Kalah menang itu wajar dalam pertandingan,” ujarnya.
Suporter, sambung dia, semestinya memupuk solidaritas, saling menghormati, menjaga kerukunan dan keamanan. Jangan suka tawuran. ”Hindari juga minuman keras karena ini orang mabuk selalu memicu keonaran,” tandasnya.
Dia berharap tragedi ini menjadi pelajaran untuk menjadi supporter yang baik, menjadi polisi yang ramah tidak main pukul, dan penyelenggara pertandingan memikirkan dengan matang ketika dua klub dengan supporter besar bertanding.
Penulis Moh. Anis Editor Sugeng Purwanto