Bonsai-Bonsai Unik MTs Mutu Dukun yang Menarik Perhatian Juri LLSMS; Liputan Ilham dan Ferdian, kontributor Gresik.
PWMU.CO – Berbagai tanaman bonsai menarik perhatian juri Lomba Lingkungan Sekolah Muhammadiyah Sehat (LLSMS) saat berkunjung ke Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 1 (MTs Mutu) Dukun, Gresik, Jawa Timur, Kamis (29/9/2022).
Berbagai jenis tamanan bonsai berada di teras dan halaman madrasah yang berlokasi dalam satu kompleks dengan SD Muhammadiyah 1 dan 2 Dukun. Ada jenis Serut, Mustam, Pacar Laut, Sisir, dan Beringin Dollar.
“Ini berapa kira-kira harganya,” tanya Mohammad Nurfatoni—salah satu juri LLSMS—sambil menunjuk bonsai Serut.
“Itu jenis serut, harganya sekitar Rp 800 ribu,” jawab Mirrich, Wakil Kepala Madrasah Bagian Kurikulum MTsM 1 Dukun yang punya hobi tanaman bonsai itu.
“Wah lumayan mahal ya harganya,” komentar Fatoni, sapaan akrab Mohammad Nurfatoni.
Selain Fatoni juri LLSMS yang bertugas hari itu adalah Misbah dari Majelis Lingkungan Hidup PDM Gresik dan Mardliyatun Faizun, Sekretaris Eksekutif Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik.
Jenis-Jenis Bonsai
Mirrich menjelaskan, secara garis besar ada dua macam tanaman bonsai. Pertama, bonsai untuk kontes atau bonsai berkarakter. Ini ditanam menggunakan pot dengan media tanah merah dicampur sekam bakar. Di lapisan atas media itu ditutup memakai pasir malang yang sifatnya bisa menahan air. Artinya air tidak bisa langsung ke media tanah.
“Untuk berkarakter tentunya memerlukan waktu yang cukup lama,” katanya.
Karena itu, dengan rendah hati, Mirrich belum berani mengatakan bonsai-bonsai di MTsM 1 Dukun itu berjenis kontes. “Jadi kita katakan masih dalam proses. Kalau kita ikutkan kontes paling banter di kelas prospek. Di atas itu ada kelas pratama,” jelasnya.
“Padahal ini sudah unik-unik bonsainya Pak,” sahut Fatoni yang juga Pemimpin Redaksi PWMU.CO.
Bonsai berkarakter itu, menurut Mirrich, ‘bibit’-nya dicari di hutan. Misalnya jenis Serut biasanya dicari Hutan Jati Panceng, Gresik. “Tapi sekarang sudah jarang kita jumpai,” katanya.
“Sebenarnya banyak jenis tanaman yang bisa dibonsai seperti Sancang, Wahong Gunung, Sianchi, Lantana, Kimeng, dan masih banyak yang lain. Tapi jenis-jenis ini belum ada di madrasah kita,” tambahnya.
Mirrich menjelaskan, jenis kedua adalah bonsai taman, yakni khusus untuk taman dan ditanam secara langsung pada tanah.
Saat Fatoni menanyakan dari mana bonsai-bonasi yang ada di MTs Mutu Dukun, dia mengungkapkan beberapa bonsai itu hibah dari wali murid.
“Kebetulan sebagian kecil wali murid adalah pembonsai. Sering kita sharing tentang bonsai yang juga kadang ditemani oleh anaknya yang juga adalah murid kami,” terang dia.
Guru yang juga disapa Mr Rich itu menjelaskan, hobi pada tanaman bonsai juga dia tularkan pada para siswanya. “Kadang kita waktu jam istirahat menata, memupuk atau yang lain pada bonsai kita. Anak-anak banyak yang pengen tahu,” ujarnya.
Jadi, sambungnya, sedikit banyak memberi pelajaran tentang budi daya tanaman bonsai pada anak-anak. “Dan sekarang banyak juga yang pada ikut dalam budi daya tanaman bonsai ini. Alhamdulillah terbentuk juga Komunitas Pecintai Bonsai Lokal di madrasah kami,” terangnya.
Quotes Siswa Jadi Status Juri
Selaian memperbincangkan soal bonsai dan berkeliling ke semua fasilitas madrasah, tim juri juga mengunjungi ruang-ruang kelas. Salah satu yang menarik perhatian juri adalah tulisan besar di dinding ruang kelas VIII A yang berbunyi: Ilmu Itu Cahaya, Bodoh Itu Bahaya.
“Ini karya siapa? Sangat menarik,” komentar Fatoni. Quote atau kalimat bijak itu menurutnya sangat bagus karena ada rima ‘ya’ di dalamnya: cahaya dan bahaya. Sekaligus mengandung makna yang mendalam.
“Karya Naswa Aurelia Farasifa,” kata siswa hampir serentak.
“Bikinan sendiri ya, bukan mengutip?” tanyanya.
“Ya Pak bikinan saya,” jawabannya Naswa.
Seketika itu Fatoni pun menjadikan quotes itu dalam status WhatsApp-nya. “Ilmu Itu Cahaya, Bodoh Itu Bahaya. Naswa Aurelia Farasifa, siswa VIII A MTs Muhammadiyah 1 Dukun, Gresik.”
Wakil Kepala Madrasah Bagian Kesiswaan Muhammad Fathoni SPdI mengungkapkan, dia merasa lega usai visitasi LLSMS ini. “Alhamdulillah,” ucapnya.
Ucapan syukur itu diucapkan karena madrasah telah melampaui masa-masa yang menegangkan dalam even tersebut. Dimulai dari persiapan yang cukup singkat—hanya kurang dari satu pekan.
Fathoni menjelaskan, persiapan dilakukan hanya menambah sedikit-sedikit kekurangan. “Karena memang lingkungan sekolah kami sudah tertata sedemikian rupa dalam keseharianya sehingga tidak terlalu banyak kesulitan atau yang perlu diadakan dalam menyosong LLSMS,” ujarnya.
Kepala MTs Mutu Dukun Iftawati SPd berharap agar kegiatan LLSMS ini semakin menambah semangat segenap warga sekolah—mulai dari siswa-siswi, guru dan karyawan—untuk selalu meningkatkan kualitas madrasah.
“Semua itu dalam rangka mencerdaskan anak bangsa dan generasi Muhammadiyah yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan serta unggul dalam prestasi,” ucapnya. Saat penjurian LLSMS, Iftawati tidak bisa mendampingi tim juri dikarenakan putrinya sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. (*)