PWMU.CO– Aremania membatalkan aksi demo memperingati tujuh hari Tragedi Stadion Kanjuruhan yang dirancang Sabtu (8/10/2022) siang.
Mereka cukup menggelar doa bersama di Stadion Kanjuruhan, Jumat (7/10/2022) malam. Acara dihadiri suporter sepakbola dari klub lain seperti Bonek, Persib, Persija, Slemania dan klub-klub lain.
Aremania yang sering digambarkan bermusuhan dengan Bonek dan Bobotoh Persib ternyata rukun-rukun saja. Mereka kompak.
Imauan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang disampaikan pada hari Jumat (7/10/2022) agar Aremania membatalkan niatnya untuk demonstrasi ke jalan diikuti suporter.
Tokoh Aremania seperi Nanang, Yunan Saifullah, Joko Widodo, Ade De Cross, Udin, tokoh Aremanita (Arema perempuan) Yuli Sumpil, Ambon, Aremania Kampus Putih dan lain-lainnya bergerak cepat menyosialisasikan imbauan tersebut.
Di malam doa itu, sempat muncul kelompok kecil Aremania di beberapa titik di Kota Malang. Mereka berkumpul untuk berangkat bersama ke Stadion Kanjuruhan. Sambil menunggu berkumpul semua lantas ada yang berorasi. Tetapi kondisi terkendali. Malam harinya Kota Malang relatif sepi karena semua Aremania ke Kanjuruhan.
Kalangan Aremania senior banyak yang berjaga di depan Mapolres Malang yang letaknya di pinggir jalan menuju Stadion Kanjuruhan. Itu untuk mencegah massa Aremania yang berkonvoi berbelok ke Mapolres untuk unjuk rasa. ”Alhamdulillah lancar. Tidak ada yang berbelok ke Mapolres,” kata Yunan.
Saling Menjaga
Acara doa bersama berlangsung pukul 21.30 sampai 22.30. Hujan turun tidak membuat massa beranjak dari tempat acara. Ribuan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengamankan jalannya acara sambil ikut luruh dalam doa.
Aremania sendiri saling menjaga agar suasana tetap kondusif. Untuk itu setiap ada yang meneriakkan kata-kata emosional seperti ”Sambo”, Aremania yang lain segera menghentikan agar tidak terjadi penularan emosi. ”Aremania itu aslinya mudah diatur. Tidak brutal,” kata Sam Rizal, tokoh Aremania.
Seperti diberitakan Tragedi Stadion Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam saat berlangsung pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan kompetisi Liga Indonesia Baru (LIB).
Dalam insiden itu 131 nyawa melayang, ratusan orang luka-luka. Para korban terdiri laki-laki dan perempuan, anak-anak berumur 4 tahun sampai orang tua. Dari kalangan penonton, pedagang asongan dan polisi.
Pemerintah dinilai responsif terhadap insiden ini. Direpresentasikan dengan tindakan Menko PMK yang turun ke lapangan pada kesempatan pertama. Penanganan mitigasi atau tanggap darurat bencana sosial yang selesai hanya dalam waktu dua hari. Yang langsung disambung dengan penanganan investigasi dengan turunnya TGIPF (Tim Gabungan Independen Pencari Fakta).
Penulis Anwar Hudijono Editor Sugeng Purwanto