![Ustadz Ghofar Ismail MA saat memberikan materi manajemen organisasi dakwah kampus (Alfain Jalaluddin Ramadlan/PWMU.CO)](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/10/IMG_20221010_173557.jpg?resize=720%2C528&ssl=1)
Manajemen Organisasi Dakwah Kampus, Inilah Strateginya. Liputan Alfain Jalaluddin Ramadlan, Kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Manajemen organisasi dakwah kampus dibahas Ketua Divisi Kader Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Ustadz Ghoffar Ismail MA, dalam acara Pelatihan Nasional Mubaligh Muda Muhammadiyah (PNM3) angkatan ke-13.
Acara yang diadakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ini dilaksanakan selama empat hari, mulai Rabu sampai Sabtu (5-8/10/2022) di Gedung Pusdiklat Tabligh Institut Muhammadiyah di Yogyakarta.
Kerangka Pokok Dakwah Kampus
Dalam awal penyampaian, Ustadz Ghoffar mengatakan, dakwah kampus didefinisikan sebagai dakwah ammah dan harakah zhahirah dalam lingkup perguruan tinggi.
“Dakwah ammah berarti dakwah secara umum, dalam arti tidak ada kekhususan dalam aspek-aspek tertentu, adapun munculnya beberapa aspek atau bidang dalam dakwah kampus adalah ikhtiar untuk mendefinisikan keumuman tersebut sekaligus kebutuhan dakwah di kampus,” jelasnya.
Sedangkan harakah zhahirah, menurutnya, berarti gerakan yang terbuka, gamblang, terlihat, dan tampak di permukaan.
“Definisi keterbukaan ini yang selalu mengalami dinamika, karena batasan-batasannya cenderung merupakan ijtihad masing-masing qiyadah di masanya,” jelas pria kelahiran Lamongan tersebut.
Dalam dokumen manhaj, lanjutnya, juga akan ditemukan, bahwa medan dakwah kampus adalah lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap dakwah kampus, meliputi personal, sarana, dan aturan main yang berlaku.
Strategi Dakwah Kampus
Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Yogyakarta ini pun menjabarkan tentang strategi dalam dakwah.
“Strategi dakwah yang dilakukan oleh Lembaga Dakwah Kampus, bisa meliputi pengembangan dakwah berbasis materi dan pengembangan dakwah berbasis media, ini masuk ke dalam bentuk strategi rasional (al-manhaj al-aqli),” katanya.
Sedangkan, pengembangan dakwah dalam pembinaan kader dengan metode halaqah dan pengembangan dakwah berbasis peduli terhadap sesama, masuk dalam bentuk strategi sentimentil (al-manhaj al athifi).
Pengelola Pesantren Property ini menambahkan, dakwah kampus ke depan akan bergerak ke arah keilmuan dan karakteristik karier kehidupan masing-masing aktivitas dakwah kampus.
“Ia harus menjadi jembatan antara kehidupan kampus dan kehidupan pasca kampus, karena hanya dengan cara itulah dakwah kampus tidak akan ditinggalkan oleh objek dakwahnya, atau bahkan juga oleh para aktivisnya,” ujar Ghoffar.
Karena menurutnya,ahasiswa sudah mampu berpikir lebih jauh ke depan, atau dalam kata lain visioner. Mereka sejak awal dibiasakan untuk membangun peta hidupnya hingga 5 tahun, 10 tahun, atau bahkan 20 tahun yang akan datang.
“Peta hidup yang diturunkan dari tujuan jangka panjang itulah yang kemudian menjadi pedoman selama kehidupan kampus, apa-apa saja yang harus dilakukan selama di kampus, siapa saja yang harus dikenal, kemampuan apa yang harus diambil, pengalaman seperti apa yang harus didapatkan, dan seterusnya,” pungkasnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post