KH Muhammad Syamsi Tutup Usia; Semangat Juangnya Menginspirasi; Oleh Mohamad Su’ud, Kepala SMK Muhammadiyah 6 Lamongan.
PWMU.CO – Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Ratusan chat ucapan belasungkawa bertubi-tubi masuk di beberapa group yang saya ikuti. Hari ini, Rabu (12/10/2022), KH Muhammad Syamsi (89), pengasuh Pondok Pesantren Ismaili, yang berlokasi di Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, tutup usia.
KH Muhammad Syamsi, biasa dipanggil Kiai Syamsi, nama yang tidak asing lagi bagi warga Muhammadiyah di Kabupaten Lamongan. Bakda Subuh ribuan pelayat turut mengiringi janazah sampai ke pemakaman Desa Bulubrangsi.
Semangat juangnya masih menyala-nyala meski usianya sudah senja. Hal itu tergambar saat kami bersilaturahmi ke rumah beliau setahun yang lalu. Saat itu kami mewawancarainya untuk bahan penulisan buku sejarah Muhammadiyah Lamongan. Saya masih ingat bagaimana Kiai Syamsi mengumbar senyum sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan kami.
Perjumpaan terakhir saya dengan Kiai Syamsi, pada waktu saya mengisi khutbah Idul Adha 9 Juli 2022 di lapangan Perguruan Muhammadiyah Bulubrangsi. Setelah khutbah, saya menghampirinya yang duduk di atas kursi roda. Kami saling menyapa. Meski memorinya sudah berkurang, namun aura kewibawaan masih terpancar dalam wajahnya. Dan tetap, masih murah senyum.
Di atas kursi roda, beliau bercerita tentang romantika perjuangan berdakwah di era tahun 60-an. Walaupun gaya bicaranya tidak sederas saat masih sehat, namun ada momen-momen penting yang masih melekat dalam jiwanya. Yaitu ketika ‘memberantas’ kemaksiatan dan kesyirikan, di Desa Bulubrangsi.
Kiai Syamsi, menurut penuturannya, tidak takut walau dalam kesendirian. Termasuk menghadapi teror dan ancaman dari masyaraat kolot saat itu. Namun demikian, bukan berarti Kiai Syamsi kaku dan kasar.
Beliau selalu menyertai ceramahnya dengan candaan segar yang membuat audiens tertawa. Itulah yang saya saksikan saat sering bertemu beliau. Ketika itu saya menjabat Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Laren, periode 1994-1996.
Sederhana dan Ramah
Kiai Syamsi menempuh pendidikan di Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur selama enam tahun, lulus 1960. Berbekal ilmu ini, dia meneruskan dan membangkitkan pondok pesantren yang dulu pernah dirintis oleh ayahnya KH Ismail Mursyidin pada tahun 1922.
Semasa hidup, bersama istri tercinta, Hj Zulaikho, Kiai Syamsi menghabiskan waktunya untuk izzul islam wal muslimin melalui Pesantren Al-Ismaili. Kyai Syamsi dikarunia enam anak. Yaitu: HM Layen Junaidi MA, Dr H Shobahussurur MA, Dra Hj Nujum, Hj Hamamah MPdI, HMuhammad Hilal MAg, dan Mubakiroh SAg (alm).
Di Muhammadiyah, Kiai Syamsi pernah menduduki pucuk pimpinan sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laren periode 1990-1995.
Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan Fatkhurrahim Syuhadimengatakan, Kiai Syamsi adalah seorang ulama dan cendekiawan. “Keulamaanya tidak diragukan lagi, karena beliau menguasai bahasa asing bahasa Arab dan bahasa Inggris,” ungkapnya
Ketua Umum Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tahun 1990-1992 ini juga mengungkapkan bahwa Kiai Syamsi pembelajar yang baik, guru yang baik.
Mas Rokhim—panggilan keseharian—mengenang bagaimana aktivitas Kiai Syamsi setiap hari. Sehabis mengajar di Pondok Karangasem, Paciran, siang harinya singgah di rumahnya sambil ngobrol bersama ayahnya. Waktu itu Mas Rokhim masih kelas II madrasah ibtidaiyah.
Mas Rokhim ingat betul, pada waktu kepalanya diusap-usap oleh Kiai Syamsi. Menurut Rokhim Kiai Syamsi tidak membedakan anak kandung atau anak orang lain. “Beliau sangat sayang dan murah senyum dengan anak kecil,” kenang penulis sejarah Muhammadiyah Lamongan ini.
Salah satu kelebihan beliau, lanjut Rokhim, adalah seorang ulama yang sangat humoris. “Belasan tahun sering bertemu beliau, saya melihat belum pernah marah. Beliau selalu menyenangkan murid,” ungkapnya.
“Begitu juga pada waktu dolan ke rumah ayah, belum pernah menolak suguhan. Jadi apa yang kami suguhkan, oleh tidak pernah ditolak. Beliau bersedia makan di keluarga kami yang sangat sederhana dan sangat menghormati tuan rumah,” ungkap Ketua Kwarda Hizbul Wathan periode 2006-2020 ini.
Selamat bertemu Sang Rabb, Kiai. Semoga Allah menempatkanmu di tempat terpuji. Kader-kadermu yang akan melanjutkan api perjuanganmu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni