Saat Siswa TK Aisyiyah IV Ahmad Yani Bermain Peran Rumah Sakit Aisyiyah, Liputan Izza El Mila, kontributor PWMU.CO Kota Probolinggo.
PWMU.CO – TK Aisyiyah IV Ahmad Yani Kedopok, Kota Probolinggo, Jawa Timur, melaksanakan puncak tema Ayo, Menjaga Pancaindra dengan membuat area bermain peran ‘Rumah Sakit Aisyiyah’, di aula sekolah, Jumat (14/10/2022).
Acara ini diikuti oleh 86 siswa, didampingi tujuh orang guru—biasa disebut bunda—yang bertanggung jawab pada area bermain. Ada tujuh area bermain yang disediakan: tempat parkir, ruang tunggu, polimata, poli-THT, apotek, kantin, dan dapur.
Kepala TK ‘Aisyiyah IV Ahmad Yani, Hariyani, menjelaskan kepada PWMU.CO, puncak tema diselenggarakan sebagai akhir pembelajaran materi. “Setelah anak-anak belajar tentang pancaindra, mereka kita desainkan suasana rumah sakit untuk bisa berekspresi tentang apa yang telah dipelajari,” ujarnya.
Menurutnya, sebagai pendidik, guru dituntut untuk memiliki sikap kreatif dan inovatif untuk memaksimalkan aspek pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
“Terima kasih kepada para guru yang telah bekerja keras, semoga guru dan anak-anak diberikan kesehatan sehingga kegiatan belajar mengajar lancar,” kata Hariyani.
Acara ini mendapat dukungan dan respon positif dari Pengawas TK Kecamatan Kedopok, Titik Christianingsih. “Puncak tema dengan penataan lingkungan bermain rumah sakit adalah bagian dari pembelajaran yang bermakna bagi anak. Terus tingkatkan pembelajaran bermakna agar dapat mengispirasi anak-anak untuk melakukan kebajikan bagi sesama,” ujar Bu Titik, sapaannya.
TK Aisyiyah IV Ahmad Yani merupakan salah satu Gugus PAUD inti di Kecamatan Kedopok. “Ayo, bagi praktik baik pembelajaran bermakna ini kepada TK imbasnya ya!” pesan Bu Titik.
Area Bermain Rumah Sakit
Sebelum bermain, anak-anak dibekali dengan aturan main di setiap area agar mereka mendapatkan kenyamanan: melatih anak berbagi tempat bermain, mengerti tata tertib main, dan menghargai orang lain.
Bunda Siti Jumaani bertugas untuk mendampingi anak-anak bermain di area parkir yang ditempatkan di lorong aula. Ada tiga sepeda mini, baju juru parkir (jukir), lipri (peluit), banner bentuk bendan, dan monopoli untuk tempat rehat jukir dan pengunjung rumah sakit.
Ruang tunggu didampingi oleh Bunda Elmila. Ruangan ini disediakan untuk para pengunjung rumah sakit yang antre di poli mata dan THT. Di ruangan ini dipajang rak dan buku cerita, meja yang dilapisi kertas untuk melukis dan lembar kertas bertuliskan “Probolinggo” untuk dihias dengan spidol.
Polimata diawasi Bunda Ulul Azmi. Anak-anak mengekspresikan diri menjadi dokter mata dan petugas pendaftaran. Siswa Mario Ricci Ramdani menggunakan stetoskop memeriksa teman. “Bunda, ini bunyi…bunyi,” ujarnya tersenyum.
Poli-THT dikawal Bunda Andita Risci Putri Hadianti. Bunda Dita, begitu anak-anak memanggilnya, merasa senang melihat anak-anak bermain di areanya. Dia mengamati anak-anak bermain.
Mario Ricci Ramdhani berperan menjadi dokter. Fahril Qolbi Arrafif Hariyono menjadi pasiennya.
Saat memeriksa telinga Fahril, Mario berkomentar: “Telinganya kotor sekali.” sambil menutup telinga Fahril.
“Gigi Fahril juga banyak yang lubang,” tambahnya. Fahril pun tersipu malu.
Area Dapur Rumah Sakit
Area apotek dipegang Bunda Sucik Safroni. Anak-anak belajar menjadi penjual dan pembeli obat setelah periksa dari polimata dan THT. Ada botol bekas suplemen, kotak jamu, handsanitizer, masker, minyak kayu putih, dan obat merah.
Bunda Fita Tri Wahyuni didapuk menjadi penanggung jawab dapur rumah sakit. Aneka sayuran, alat masak, pisau plastik, lesung kayu mini, dan topi koki menjadi pelengkap area ini. Anak-anak berperan menjadi koki. “Anak-anak bersemangat bermain di sini, sampai tomat ditumbuk pakai lesung kayu mini muncrat ke muka teman,” cerita Fita sambil kepingkal.
Bunda Ida Indrayani membersamai anak-anak di area kantin. Ini area paling seru. Tiga mangkok besar es buah berisi melon, semangka, sirup, dan susu menarik minat anak-anak.
M. Hanif Hadyan Athallah sibuk melayani pembeli es buah. “Hanif, bisa pindah di tempat main lainnya nak,” pinta Bunda Ida.
“Ndak Bunda, ini masih banyak yang beli es,” ujarnya tak tampak lelah.
Puncak tema ini mendapat respon positif dari orang tua. Seperti diungkapkan Solehatin, ibunda Naufal Raditia Fathurrohman. Dia mengucapkan terima kasih kepada sekolah. ”Alhamdulillah, anak-anak akan mengenal banyak hal yang baru. Jukir, tugas dokter,koki, pedagang dan lainnya. Semoga lelah bunda guru menjadi lillah (karena Allah), agar tidak sia-sia,” ujarnya.
Sementara itu, siswa bernama Nesya Radhiyah Azzahra mendekati bunda saat bermain usai. “Apakah besok kita bermain disini lagi..?” tanyanya serius.
“Tidak Nak. Insyaallah bulan depan ya,” jawab Bunda Dita sambil membereskan mainan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni