Memilih Pimpinan Berjiwa Muda
Ada dua cara berpikir untuk menggambarkan jiwa para pimpinan Muhammadiyah, yakni growth mindset atau fixed mindset. Pertama, pimpinan berjiwa fixed mindset yang hanya melanjutkan kerja-kerja rutinitas yang telah dan sedang digeluti oleh Muhammadiyah selama ini, seperti mengelola sekolah, pesantren, rumah sakit, dan kampus, tanpa inovasi dan ijtihadmembuka amal usaha baru yang belum disentuh Muhammadiyah.
Berbeda dengan pimpinan berjiwa growth mindset, mereka memiliki cara berpikir yang terus diperbarui, seksama melihat tantangan dan kekurangan Muhammadiyah, lalu melakukan inovasi-inovasi baru yang bersifat jangka panjang.
Tipe kedua inilah yang harus dimiliki oleh para pimpinan Muhammadiyah. Mulai dari pusat hingga ranting, Muhammadiyah membutuhkan pimpinan berjiwa muda yang visioner, yakni para pimpinan yang memiliki visi besar dan futuristik.
Dengan kesadaran penuh untuk mewujudkan cita-cita KH Ahmad Dahlan, bapak pendiri Muhammadiyah, maka para pimpinan Muhammadiyah yang menjadi utusan muktamar harus memilih pemimpin yang memiliki visi besar, yakni mewujudkan “Risalah Islam Berkemajuan”.
Apa faktor penting dari “Islam Berkemajuan” itu? Aspek tersebut tidak lain adalah kualitas manusia. Sumber daya manusia menjadi penentu kekuatan dan kemajuan Muhammadiyah, bangsa, dan dunia Islam. Pimpinan Muhammadiyah sejati tampil dengan kejujuran dan kerendahan hati bahwa ada aspek penentu yang lebih penting, yakni kualitas manusia.
Karena itu, forum Muktamar Muhammadiyah 2022 ini harus menjadi mekanisme musyawarah yang terbuka dan demokratis untuk memilih para pimpinan berjiwa muda yang visioner tersebut. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni