Program Unggulan Toga Spemupat
Tibalah juri di area presentasi “Toga Spemupat” sebagai salah satu program unggulan sekolah. Mereka disambut dengan presentasi demo dari siswa dan anggota Pimpinan Ranting IPM Ranting Spemupat dengan menyajikan minuman herbal. Dua siswa Spemupat: Medina Berliani dan Raida Iftina Nailah, meracik dan menghidangkan minuman herbal kepada tim dewan juri.
Di atas meja presentasi tampak bungkusan-bungkusan herbal kering yang siap diracik menjadi ramuan herbal. ”Di sini ada lima herbal kering yang siap diramu menjadi minuman siap saji. Ada daun sereh, bunga telang, bunga rosela, temulawak, dan kunir,” terang Medina kepada tim juri.
“Semua herbal ini merupakan hasil panen dari taman toga yang ada di belakang,” ungkap Raya sambil menunjukkan di bagian sudut belakang tatanan rapi tanaman toga dalam pot-pot yang tertata indah.
Nampak tim juri menikmati ramuan herbal, “Rasanya segar. Ada sensasi lemonnya,” ungkap Mohamamd Nurfatoni merasakan segarnya minuman herbal Lejare.
Nama herbal “Lejare” adalan usulan spontanitas dari Djazuli, “Di-branding nama Lejare saja, kepanjangan dari lemon, jahe, dan sereh. Keren untuk nama brand milenial,” usulnya.
Berbeda dengan komentar Djazuli yang merasa segar dan terasa kembali muda, “Wow badan seperti kembali muda, ha-ha-ha-,” ungkapnya setalah meminum ramuan herbal kembang telang, sereh, lemon, dan madu.
Di meja presentasi Toga Spemupat suasana terlihta gayeng diskusi antara guru pembina proyek Pristy Novida, siswa, dan tim juri. Salah satu masukan untuk kemajuan ke depan program unggulan ini harus di-branding dengan baik.
“Ini bisa dikembangkan dan dijadikan sebagai barang produk yang ekonomis,” sahut Djazuli sambil memberi masukan agar bisa bekerja sama dengan lembaga yang terkait.
“Silahkan bisa menggandeng Fakultas Pertanian UMG,” usul Djazuli.
Bahkan ketika mengemas pun harus didesain dengan baik. ”Manfaatkan kemampuan guru yang mengerti IT dan bisa mendesain grafis,” ujar Fatoni, sapaan Mohammad Nurfatoni.
Djazuli dan Fatoni sepakat agar produk minuman toga ini didorong untuk dibisniskan dengan membuka kafe sederhana terlebih dahulu.
Baca sambungan di halaman 3: Tidak Sekadar Lomba