PWMU.CO– Empat makna peringatan maulidurrasul dibahas oleh dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya Dr Mahsun Djayadi dalam Ngaji Reboan yang berlangsung di Jl. Semut VII/7A Surabaya, Rabu (26/10/2022) bakda Magrib.
Mahsun Djayadi mengutip pendapat Prof Quraisy Shihab yang berkata, kalau Anda bisa membayangkan sejarah dalam benak Anda, maka Anda telah menambahkan usia melebihi usia anda.
”Karena orang-orang yang merasa seakan hidup pada masa lampau, adalah karena mereka mengetahui sejarahnya,” kata Mahsun yang juga Direktur Ma’had Umar bin Khattab Surabaya.
Dia menjelaskan, tujuan mempelajari sejarah menggali apa yang terdapat di balik sejarah itu. Karena di dalam al-Quran hampir tidak berbicara tentang tempat, sosok tetapi yang dibicarakan adalah peristiwa.
Dijelaskan, salah satu sumber sejarah mengatakan seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit, Salahuddin al-Ayyubi, mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar setiap memasuki tanggal 12 Rabiul Awal merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw secara massal.
Salahuddin menyerukan hal itu mengingat ada gejala menurunnya ghirah berislam di kalangan masyarakat, sehingga perlu dimotivasi dan digairahkan kembali ruh jihadnya. Itulah awal sejarah maulidurrasul.
Mahsun mengutip referensi Gumilar Ganda yang menjelaskan empat makna peringatan maulidurrasul.
Pertama, makna yang bernilai spiritual. Dalam peringatan Maulid Nabi saw, umat Islam yang merayakan mulai bergairah kembali dalam beragama.
”Mereka mengingat kembali sejarah, ajaran, dan kehidupan Nabi Muhammad saw sebagai panutan umat. Ini bisa menjadi bentuk cerminan rasa cinta dan penghormatan pula, sehingga beribadah bisa semakin khusyu dan melanggengkan amalan membaca shalawat kepada Rasulullah saw,” ujarnya.
Kedua, makna yang bernilai moral. Dengan mengingat kembali kisah hidup Rasulullah saw bisa menjadi alat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas perbuatan baik yang diajarkan.
Ketiga, makna yang bernilai sosial. Maulid Nabi dapat menjadi sarana bersosialisasi dengan umat Islam lainnya. Bentuk bersosialisasi ini tidak hanya wujud silaturrahim, tetapi juga silatul afkar, menyambung dan bertukar pikiran.
Keempat, makna yang bernilai persatuan. ”Ini selaras dengan nilai yang dibawakan oleh Salahuddin al-Ayyubi yaitu nilai persatuan,” katanya.
Makna Persatuan
Diceritakan, Salahuddin sebagai panglima perang ingin memperkuat kekuatan dan persatuan pasukan Islam ketika menghadapi perang Salib di masa tersebut.
Jika diaktualisasikan ke zaman sekarang ini, sambung Mahsun, makna persatuan bisa juga berarti menjalin ukhuwah Islamiyyah (persaudaraan Islam), ukhuwah bainal muslimin (persaudaraan di antara kaum muslimin), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama anak bangsa), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia).
Di akhir ceramah Mahsun menyampaikan, Nabi Muhammad adalah manusia yang menjadi istimewa karena mendapatkan wahyu dari Allah swt. Seperti disebut dalam al-Kahfi: 110.
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌۭ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa.
Penulis Jahja Sholahuddin Editor Sugeng Purwanto