Usai Demo SIMRS, Abdul Mu’ti Bikin Gerrr; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Salah satu pimpinan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PWM Jatim dr Tomy Oeky Prasiska MARS demo integrasi IT dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). “Kami di MPKU Wilayah Jatim telah melakukan integrasi data pelayanan maupun keuangan yang nanti semua pengendaliannya ada di MOCC,” terangnya di Ruang Rapat MOCC.
MOCC merupakan Kantor MPKU Operation Command Centre yang pendiriannya diresmikan secara simbolik oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd , Ahad (30/10/2022) pagi. Lokasinya tak jauh dari Kantor PWM Jatim, yaitu di Jalan Kertomenanggal VIII/5 Surabaya.
Sambil menunjuk data-data yang terpapar jelas di layar, dokter yang sehari-harinya adalah Direktur Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro itu menerangkan, “Model yang terpenuhi dalam proses analisis data ini kami ambil dari 30 rumah sakit.”
“Ini adalah tampilan real time yang dikirim ke server kami sehingga ini benar-benar mereprsentasikan data di masing-masing rumah sakit,” lanjutnya. Prof Abdul Mu’ti beserta para Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim dan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim fokus menyimak pemaparannya.
Dia lantas menampilkan integrasi data dari seluruh rumah sakit Muhammadiyah Aisyiyah se-Jatim periode Januari sampai September. “Oktober belum karena masih dalam proses verifikasi,” imbuh dr Tomy, panggilan akrabnya.
642 Ribu Pasien
Di layar itu juga tercatat 92 ribu kasus rawat inap. Mereka juga mampu menampilkan diagnosis terbanyak saat ini, yaitu persalinan normal. Kemudian, ditinjau dari jenis kelaminnya, 58 persen pelanggan adalah perempuan. Lama perawatan pun terangkum rapi di sana. “Rata-rata tiga hari,” ungkapnya.
Adapun jumlah keseluruhan rawat jalan Januari-September ada 642 ribu pasien yang di rawat di RSMA Jawa Timur. Tampak pula di RS mana saja yang masih melayani pada hari Ahad. “Sangat mungkin ada Sunday Clinic di sana,” imbuhnya.
Ada pula data jumlah pasien sesuai kelasnya, distribusi kasus sesuai usia pasien, daftar nama dokter, dan lama hari perawatan yang efisien. Dia pun menunjukkan ada kasus rumah sakit mengalami kerugian hingga minus 16 persen. Sejauh ini, dr Tomy mengklaim kemungkinan karena tingginya biaya obat dan tindakan dokter.
Dia menekankan ini masih perlu analisis lebih lanjut untuk mengetahui sebab pastinya. “Karena pada satu sisi semua rumah sakit tumbuh. Ini menjadi anomali yang terus kita lakukan kajian,” terangnya.
Di situ juga tampak mana saja rumah sakit yang belum maupun yang sudah sangat efisien. “Sehingga nanti kita bisa saling belajar bagaimana cara mengelola ini,” imbuhnya. Data-data yang mampu mereka tangkap itu, lanjut dr Tomy, akan mereka pantau dan menjadi dasar pemberian saran kepada RSMA bersangkutan.
Baca sambungan di halaman 2: Jangan Pokoknya Data