Enam Langkah Membuat Ecoprint Bernilai Ekonomi; Liputan Novania Wulandari, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Siswa kelas X SMA Muhammadiyah 10 GKB (Smamio) Gresik, Jawa Timur, mengikuti proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan membuat ecoprint, Kamis (27/10/2022). Bertempat di Cordoba Convention Hall Smamio, kegiatan ini diisi oleh pegiat kerajinan Ecoprint Go.Dhong Gresik: Nency Septriyana SKM.
Dalam materinya, ia menyampaikan apa itu teknik ecoprint hingga alasan mengapa harus memilihnya.
“Ecoprint adalah teknik membuat pola pada media (misalnya kain, kulit, kertas,) dengan memanfaatkan daun, batang maupun bunga serta menggunakan zat pewarna alami seperti secang, jolawe, kayu tingi, atau nangka,” jelasnya.
Wanita kelahiran 46 tahun yang lalu ini mengungkap ecoprint tidak sama dengan batik. “Jika batik ada proses perintangan dengan malam dan ada tahap menggambar, ecoprint adalah memindahkan bentuk, serat dan warna tanaman ke media tertentu sehingga gambar yang dihasilkan persis seperti yang sesungguhnya,” ungkap Nancy, sapaannya.
Selanjutnya, ia juga mengungkap alasan mengapa harus memilih ecoprint. “Bahannya sangat mudah didapat dari alam sekitar, bisa dari bunga dan juga daun yang memiliki beragam bentuk dan warna. Selain itu, ecoprint juga ramah lingkungan karena tidak menggunakan pewarna sintetis. Uniknya, ecoprint tidak bisa disamai. Masih jarang yang menggunakan kain dari ecoprint,” terang Nancy.
Teknik Ecoprint
Ibu lima anak ini menjelaskan, ada beberapa proses yang harus dilewati untuk membuat ecoprint.
Pertama, pemilihan bahan. Bahan yang digunakan adalah kain serat alam. “Bisa kain dari protein hewan seperti wool dari domba dan silk dari kepompong kupu-kupu. Atau serat alam kain dari tumbuhan seperti kapas, pohon eucalyptus dan rami,” imbuhnya.
Kedua, scouring, yakni membersihkan kain dari kotoran selama produksi kain sampai pengiriman kain berupa kanji, minyak, lilin atau debu yang menempel di kain.
Ketiga, mordanting, ialah proses pencelupan kain yang akan dicetak dengan menggunakan larutan unsur zat kimia. Antara lain larutan tunjung (fero), larutan soda ash, larutan tawas. “Sedangkan bahan mordant dari tumbuhan bisa menggunakan symplocos,” tambah Nancy.
Keempat, tata daun. “Kalian bisa menggunakan bunga atau daun di sekitar kalian. Tata bunga dan daun padat di atas kain eco, setelah itu kalian akan terkejut dengan hasilnya,” imbuh Nancy.
Kelima, pengukusan atau steaming. Selanjutnya, setelah daun tertata padat di kain, kain digulung lalu dikukus sekitar 60 hingga 120 menit.
Keenam, oksidasi, yakni mengangin-anginkan kain tapi tidak dilakukan di bawah terik matahari lamgsung. “Hal ini membuat warna ecoprint semakin menarik. Waktu oksidasi kain tidak ada ketentuan khusus dan sesuai kebutuhan,” ujar wanita yang juga merupakan founder Perpustakaan Rumah Pelangi, Suci, Manyar, Gresik ini.
Baca sambungan di halaman 2: Budaya dan Kearifan Lokal