Pencak Silat dan Zamroh Sambut Juri LLSMS di SMP Mutiara dan Smamda Bawean; Liputan Lailatul Hosna, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Tim Juri Lomba Lingkungan Sekolah Muhammadiyah Sehat (LLSMS) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik, Jawa Timur, mengadakan penilaian terhadap sekolah dan madrasah Muhammadiyah di Pulau Bawean, Kamis-Jumat (3-4/11/22).
Pada Jumat (4/11/2022) pukul jam 09.30 tiga juri LLSMS—Mohammad Nurfatoni dan Mardliyatul Faizun (Mejelis Dikdasmen PDM Gresik) serta Pressa (Mejelis Lingkungan Hidip)—bertandang ke SMP dan SMA Muhammadiyah Bawean. Mereka didampingi Ketua Majelis Dikdasmen PCM Sangkapura Kemas Saiful Rizal
Kedatangan rombongan disambut oleh siswa SMP Muhammadiyah 3 Sangkapura (SMP Mutiara) dan SMA Muhammadiyah 2 (Smamda). Tiga siswa SMP Mutiara, yakni Sawaluddin Fakhri (kelas VII), Ryan Hidayat (IX), dan Muhammad Andre Maulana (VI), menyambut dengan atraksi seni pencak silat khas Bawean. Ketiganya dilatih oleh Abdul Razak—Guru Ektrakrukuler Pencak dan Tapak Suci SMP Mutiara.
Guru-guru perempuan SMP Mutiara dan Smamda pun tak kalah bersemangat dalam menyambut para tamu. Mereka memberikan persembahan zamrah (samproh), layaknya meyambut pengantin baru.
Setelah itu tim juri LLSMS menilai dua sekolah yang berada satu tempat ini. Dimulai dari ruang guru, ruang kepala sekolah, dan ruang tamu. Dilanjutkan dengan ke laboratorium komputer dan IPA, mushala, perpustakaan, serta kebun sekolah.
Pentingnya Asrama
Di akhir kunjungan mereka bertemu dengan pimpinan sekolah dan dewan guru. Fatoni, sapaan akrap Mohammad Nurfatoni, senang bisa ke Bawean dan melihat secara langsung sekolah dan madrasah Muhammadiyah di Bawean.
Dia mengatakan akronim SMP Mutiara sangat tepat untuk menggambarkan masa depan sekolah ini dengan melahirkan siswa-siswa layaknya mutiara. “Saya juga bangga Smamda telah menjadi Sekolah Pengerak,” katanya.
Dia juga senang SMP dan SMP sudah menyediakan asrama bagis siswa-siwinya yang rumahnya jauh. Untuk itu, Fatoni mengingatkan perlunya meningkatkan pelayanan asrama putra dan putri yang mulai diadakan setahun yang lalu.
Sebab adanya asrama tersebut merupakan daya tarik peserta didik untuk bersekolah di SMP-SMA Muhammadiyah di sini. Terbukti ada beberapa siswa-siswi yang bersekolah di sini yang berasal dari Kecamatan Tambak, Bawean. Bahkan Fatoni meminta status astma diubah menjadi pondok pedanten.
Dia juga memberi saran alangkah lebih baiknya jika sekolah ini tidak digratiskan 100 persen karena untuk menyuplai kebutuhan-kebutuhan sekolah sehingga menjadi sekolah yang lebih bermutu.
“Cat sekolah perlu diremajakan kembali agar terlihat bersih dan cerah sehinnga enak dipandang mata,” kata Fatoni.
Baca sambungan di halaman 2: Video Zamproh