Usul Subuh di Aya Sophia
Kami menginap di sebuah hotel butik di kawasan Hagia Sophia atau Aya Sophia. Untuk ukuran kamar dan fasilitas yang disediakan, tarif hotel itu terbilang mahal. Namun mahalnya harga itu bisa dimaklumi, karena hotel itu benar-benar dekat dengan kawasan Hagia Sophia atau Aya Sophia, Masjid Biru dan Istana Topkapi, tiga ikon wisata dan sejarah Istanbul.
Sekitar setengah jam setelah kami menunaikan shalat Dhuhur dan Ashar secara jama’ qashar, adzan Maghrib berkumandang. Meskipun jumlah masjid sangat banyak, namun hanya satu masjid yang mengumandangkan adzan. Ini bisa menjadi pelajaran penting bagi kita di Indonesia, tentang bagaimana mengelola adzan di berbagai masjid.
Tiba-tiba istri saya melontar usul: “Bagaimana kalau besok pagi kita shalat Subuh di Hagia Sophia?” saya mengiyakan usul itu dan segera mencari informasi tentang shalat Subuh di masjid bersejarah tersebut. Ternyata, di Hagia Sophia memang diselenggarakan shalat Subuh berjamaah. Maka, keesokan harinya, pukul 03.30 kami sudah bersiap-siap, meskipun Subuh di Istanbul pada saat itu sekitar pukul 05.30.
Pukul 04.00, dari hotel kami mruput menuju Hagia Sophia dengan berjalan kaki. Melewati jalan-jalan yang dikelilingi bangunan-bangunan historis dengan dominasi warna coklat dan sorot lampu jalan yang rata-rata berwarna kuning hangat, perjalanan dari hotel menuju Aya Sophia pagi hari itu terasa syahdu.
Sekitar 10 menit berjalan kaki, kami tiba di kawasan Hagia Sophia. Suasana sepi. Ada satu dua polisi yang berjaga-jaga. Kami ragu, apakah betul Hagia Sophia bisa dimasuki pada jam sepagi ini. Akhirnya rasa lega merasuki batin, setelah saya melihat beberapa orang masuk ke kawasan Hagia Sophia melalui pintu yang bertulis GIRIS. Dalam bahasa Turkiye, girisberarti pintu masuk atau masuk.
Baca sambungan di halaman 2: Subuh di Aya Sophia Waktu yang Tepat