Subuh di Aya Sophia Waktu yang Tepat
Memasuki kawasan Hagia Sophia, saya tertegun melihat keluasan kawasan ini. Saya berjalan mengikuti warga lokal yang hendak menunaikan shalat subuh di masjid itu, agar tak salah arah. Setelah berada di ruang utama Hagia Sophia, ternyata telah banyak turis-turis asing, Muslim maupun non-Muslim, yang berada di dalamnya. Saat menjelang Subuh adalah salah satu waktu strategis untuk mengunjungi Hagia Sophia. Masjid ini dibuka menjelang Subuh, kemudian ditutup usai shalat Subuh, dan dibuka kembali siang hari. Di siang hari, waktu antrean masuk ke Hagia Sophia bisa mencapai dua jam.
Maka, berjamaah shalat Subuh di Hagia Sophia memang waktu yang sangat tepat. Setelah menunggu beberapa waktu di ruang utama Aya Sophia, adzan Subuh pun berkumandang. Saya coba menghitung, satu, dua, tiga … Ada sekitar lima belas shaf di masjid Hagia Sophia yang terisi pada Subuh itu. Jumlah itu semakin bertambah saat ikamah dikumandangkan. Shalat Subuh berjamaah pun pada akhirnya kami jalani.
Usai shalat Subuh, saya tetap duduk bersila di ruang utama masjid Hagia Sophia yang dilapisi karpet hijau. Sisi dalam masjid, dihiasi ukiran-ukiran di berbagai sisi, tak terkecuali kubah, dengan warna emas yang berkilau. Suasana itu menjadikan saya tak ingin Subuh syahdu di Aya Sophia berlalu. Jika saja petugas keamanan tidak mengingatkan bahwa Aya Sophia akan segera ditutup usai shalat Subuh, pastilah saya akan betah berlama-lama tafakur di masjid historis itu. Mengagumi keagungan Tuhan, melalui karya cipta manusia.
Mereka yang melawat ke Turkiye, pastilah tak akan melewatkan Hagia Sophia. Nilai sejarah serta kecantikan arsitektur bangunan ini menjadi daya tarik yang luar biasa. Bangunan ini pada mulanya adalah sebuah katedral yang dibangun oleh penguasa Byzantium, Kaisar Konstantius. Saat itu, Istanbul masih bernama Konstantinopel. Kota ini adalah pusat kekuasaan Imperium Byzantium pada masa jayanya.
Nabi Muhammad SAW bersabda tentang Konstantinopel: “Sesungguhnya akan dibuka kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu.“ Meskipun dalam kajian ilmu hadits, derajat hadits ini dikategorikan lemah, hadits ini demikian populer. Penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Murad al-Fatih pada tahun 1453 diyakini sebagai kebenaran dari pembacaan masa depan oleh Nabi Muhammad itu.
Sejak penaklukan itu tak hanya Konstantinopel yang berganti nama menjadi Istanbul, namun fungsi Hagia Sophia pun berubah menjadi masjid. Menariknya, bagian-bagian tertentu masih dibiarkan apa adanya. Di bagian atas pintu keluar sisi barat Aya Sophia, masih tampak patung yang menggambarkan perjuangan Bunda Maria. Pernah menjadi museum, dan tidak dibuka untuk shalat, Hagia Sophia pun kembali dibuka untuk jamaah umum pada masa Turkiye hari ini.
Keluar dari ruang utama Hagia Sophia, ternyata matahari sudah menyapa. Penjual makanan khas Turkiye berjajar di sisi depan Hagia Sophia yang berbagi halaman dengan Masjid Biru. Hari sudah semakin siang, dan saya harus melanjutkan agenda kegiatan.
Tujuan utama perjalanan saya ke Turkiye adalah konferensi yang diselenggarakan di Mardin Artuklu Universitesi, sebuah universitas yang berada di kota dengan jarak dua jam penerbangan dari Istanbul. Meskipun hati masygul meninggalkan kesyahduan Aya Sophia, saya tak boleh larut dalam perasaan. Berjalan kaki meninggalkan Aya Sophia untuk menyiapkan perjalanan berikutnya, dalam hati saya berharap: “Suatu saat aku akan datang untuk menikmati keindahanmu lebih lama, wahai Aya Sophia.”
Mardin-Turkiye, 29 Oktober 2022
Editor Mohammad Nurfatoni