PWMU.CO– Mengukur sukses dakwah kebangsaan Muhammadiyah menjadi bahasan Prof Dr Syafiq A. Mughni dalam sarasehan keumatan yang diadakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang di Savana Hotel, Ahad (13/11/22).
Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A. Mughni mengatakan, bicara kebangsaan harus relevan dengan tujuan Muhammadiyah yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar benarnya. Sementara tujuan negara mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini menyampaikannya, mengukur sukses dakwah kebangsaan bisa dilihat dari dua ukuran ini.
Pertama, ukuran instrumental atau alat, atau at-thariidzah. Kedua, ukuran bersifat substansial atau al- maudzuui.
Syafiq A. Mughni menjelaskan, ukuran alat dipakai supaya kita bisa memperjuangkan cita-cita Muhammadiyah untuk mendekati yang ideal. Dicontohkan, di Muhammadiyah harus ada yang menjadi menteri, maka itu adalah alat.
”Ada sebuah studi oleh Syaifullah dari PWM Bengkulu yang membuat statistik keadaan naik turunnya Muhammadiyah dalam ranah politik dengan melihat berapa kader yang jadi gubernur, bupati. Ini mengukur sebagai instrument, alat,” ujarnya.
Secara statistik yang dibuat itu tampak kekuatan politik Muhammadiyah fluktuatif. Ada beberapa kader yang menduduki posisi-posisi penting yang jumlahnya naik turun itu merupakan kemenangan.
”Tapi statistik itu merupakan instrumen. Dari ukuran substansial, Muhammadiyah yang harus membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya apakah tujuan itu sudah berhasil? Semakin dekat apakah semakin jauh ke tujuan?” tanya Syafiq yang pernah menjabat Ketua PWM Jatim periode 2005-2010.
Menurut dia, hal tersebut bisa dilihat apakah masyarakat Indonesia saat ini semakin dekat dengan kehidupan Islam yang sebenarnya atau semakin jauh.
”Bila semakin dekat pada amar makruf nahi munkar sebagai gerakan dakwah, maka Muhammadiyah berhasil , namun bila semakin jauh maka Muhammadiyah telah gagal,” tandasnya.
Mengapa Muhammadiyah belum mampu membawa pada keberhasilan, dia menjelaskan, karena instrumennya belum kuat.
”Jadi bisa dikatakan, bila masyarakat Indonesia ini mayoritas warga Muhammadiyah, maka akan menjadi jauh lebih baik,” tuturnya. ”Karena warga Muhammadiyah itu punya komitmen, tidak mudah ikut arus juga tidak pragmatis.
Syafiq berasumsi bila umat Islam di Indonesia itu Muhammadiyah, maka Indonesia ini akan jauh lebih bagus, lebih makmur, dari yang sekarang ini.
Namun dia ingin tidak hanya menggunakan ukuran kuantitatif, melihat besarnya organisasi saja. Harus juga ada ukuran kualitatif, misalnya, peran Muhammadiyah di dunia pendidikan, sosial, kesehatan dalam mencerahkan bangsa dan menyejahterakan umat. ”Kalau jumlah anggota banyak tapi diombang-ambingkan kekuatan lain buat apa,” tandasnya.
Pria kelahiran Lamongan itu menuturkan, kalau Muhammadiyah belum berjaya dalam urusan politik, maka harus fair, jujur melihatnya. Bahwa itu bukan satu-satunya ukuran untuk melihat keberhasilan Muhammadiyah.
Penulis Uzlifah Editor Sugeng Purwanto