PWMU.CO– Pengalaman sedih gembira campur aduk dalam dada penggembira muktamar dari PCM Babat Lamongan waktu menghadiri Muktamar Muhammadiyah di Solo.
Mereka berangkat rombongan dengan lima bus ke Solo pada Jumat (18/11/2022) malam pukul 20.00. Rombongan berangkat dari SMA Muhammadiyah 1 Babat. Bus tiba di SD Plus Kartasura tempat menginap pukul 01.30 hari Sabtu (19/11/2022).
Di tempat ini mereka istirahat. Ada yang memilih tidur di bus. Ada yang menuju masjid. Waktu Subuh mereka semua bangun untuk shalat berjamaah.
Setelah makan pagi, berangkat menuju Stadion Manahan tempat acara pembukaan Muktamar ke 48 Muhammadiyah Aisyiyah berlangsung. Ternyata jalanan sudah penuh sesak.
Bus parkir agak jauh. Rombongan penggembira PCM Babat turun berjalan bersama dengan penggembira lain menyemut menuju stadion.
Tiba di stadion mereka kecewa karena tidak boleh masuk. Sebab tak bawa undangan. Banyak penggembira lain juga tak bisa masuk. Akhirnya menerima kondisi menyaksikan pembukaan muktamar dari luar stadion. Lewat videotron.
Pagi itu Kota Solo masih gerimis setelah malamnya hujan deras. Pelataran luar stadion banyak yang basah. Tanah di taman juga becek.
Penggembira mencari tempat untuk duduk lesehan yang nyaman di pelataran beraspal yang kering. Terpal plastik yang dijual Rp 5.000 oleh penjaja laris manis untuk alas duduk. Sebagian lagi penggembira PCM Babat memilih jalan-jalan melihat suasana lingkungan stadion.
Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Babat dr Ermik Saptowati, awalnya sedih, karena tidak dapat masuk Stadion Manahan melihat langsung acara. Setelah berlalu beberapa saat, dia gembira kembali setelah merasakan kebersamaan dengan para penggembira yang tumplek belk di stadion ini.
Lain lagi dengan Ketua PRM Kuripan Mataji yang tetap gembira meskipun hanya menyaksikan di luar stadion. Pria berumur 70 tahun lebih itu sejak tahun 1980 selalu ikut menjadi penggembira muktamar. Termasuk pada Muktamar ke 47 di Makasar Sulawesi Selatan.
Acara pembukaan bubar, rombongan PCM Babat menuju ke pameran Muhammadiyah Innovation Technology Expo ( MITE) di bekas pabrik gula De Tjolomadoe.
Jaraknya hanya 3 Km. Tapi 1 Km menjelang lokasi kendaraan macet luar biasa. Banyak rombongan bus, minibus, dan mobil bersamaan menuju pameran.
Daripada terjebak macet yang memakan waktu lama, panitia penggembira PCM Babat memutuskan bus menuju Yogyakarta. Tiba di Kota Gudeg mereka menginap di Hotel Grand Inna di kawasan Malioboro. ”Kita melihat pameran MITE sekembali dari Yogyakarta,” kata Mubarok, panitia bagian informasi.
Di Yogyakarta acaranya bebas sendiri-sendiri. Ada yang jalan-jalan di Malioboro. Ada yang keliling kota naik andong. Ada yang belanja di Pasar Beringharjo dan toko-toko sepanjang Malioboro.
Saidah, Wakasek Al Islam SMK Muhammadiyah dan enam kawannya naik andong menuju Pasar Beringharjo yang jaraknya 1 Km dari hotel. Ongkos pulang pergi Rp 100 ribu.
”Naik andong terasa santai dan sesuatu banget,” kata Saidah bersama Faizah, Nisa’ dan Fara. Mereka membeli daster.
Di pasar ini riuh. Banyak penggembira muktamar juga berdatangan ke sini. Belanja makin asyik karena tawar menawar harga yang panjang. Inilah pengalaman sedih gembira PCM Babat hadiri muktamar.
Penulis Moh. Helman Sueb Editor Sugeng Purwanto