Tantangan Pendidikan Kesetiakawanan Sosial di Era Society 5.0 oleh Ali Efendi, Ketua Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Lamongan.
PWMU.CO– Setiap tanggal 20 Desember diperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN). Beberapa dinas sosial kabupaten/kota telah memperingati lebih awal di bulan Desember dengan mengadakan upacara HKSN dan aksi sosial.
Tahun 2022 puncak peringatan HKSN ke 65 dipusatkan di Klungkung Bali dengan mengambil tema Bangkit Bersama Membangun Bangsa. Tema ini bertujuan untuk mendorong satu sama lain ke arah yang lebih baik, demi terwujudnya cita-cita Indonesia untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.
Peringatan HKSN merupakan momentum yang tepat untuk menggugah dan menyadarkan warga sekolah agar memiliki jiwa kesetiakawanan sosial. Karena tantangan dan permasalahan yang dihadapi di era digital atau industri 4.0 semakin kompleks. Maka pendidikan kesetiakawanan sosial menjadi tanggungjawab seluruh guru mata pelajaran, bukan hanya tanggungjawab guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Makna HKSN yang dirayakan setiap 20 Desember sebagaimana dikutip dari Pusat Penyuluhan Sosial, sebagai berikut; Pertama, mewujudkan masyarakat yang saling peduli, berbagi dan bertoleransi. Kedua, membantu menyadarkan masyarakat tentang rasa peduli sesama yang mengalami kesulitan.
Kedua, menguatkan nilai-nilai budaya sebagai wujud jati diri bangsa, tolong menolong, pertemuan sosial, gotong royong dan keswadayaan sosial. Keempat, meningkatkan kesadaran warga untuk berkontribusi dalam aktivitas kesejahteraan sosial.
Makna perngatan di atas sejalan dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran IPS Kurikulum Merdeka, di antaranya; Pertama, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan dan lingkungan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa dan negara sehingga mampu merefleksikan diri di tengah lingkungan sosialnya.
Kedua, memiliki keterampilan dalam berpikir kritis, berkomunikasi, berkreativitas, dan berkolaborasi. Ketiga, menunjukkan hasil pemahaman konsep pengetahuan dan pengasahan keterampilannya dengan membuat karya atau aksi sosial.
Pendidikan Kesetiakawanan
Konsep kesetiakawanan sosial berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI nomor 10 tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penguatan Kesetiakawanan Sosial pasal 1 ayat 2 dijelaskan sebagai berikut:
”Kesetiakawanan Sosial adalah nilai dasar yang terwujud dalam bentuk pikiran, sikap, dan tindakan, saling peduli dan berbagi yang dilandasi oleh kerelaan, kesetiaan, kebersamaan, toleransi, dan kesetaraan guna meningkatkan harkat, martabat, serta harga diri setiap warga negara Indonesia”.
Kutipan konsep kesetiakawan sosial di atas merupakan nilai dasar manusia sebagai makhluk sosial (homo socius) harus dibudayakan dalam bingkai dunia pendidikan. Fondasi bangunan budaya kesetiakawanan sosial yang telah diwariskan oleh pendahulu kita harus dijaga dan dirawat dengan baik agar tidak tercabut dari akar budaya bangsa.
Tantangan pendidikan kesetiakawanan sosial di era industri 4.0 sangat berat, karena perkembangan teknologi benar-benar memanjakan peserta didik dalam beraktivitas dan belajar. Kenikmatan yang dirasakan peserta didik di era digitalisasi membuat terlena dan cenderung melupakan budaya kesetiakawanan sosial, bahkan terkadang lupa dengan kodratnya sebagai makhluk sosial.
Era digitalisasi bagi peserta didik merupakan tantangan dan peluang untuk menjadi bagian warga internet atau netizen (internet citizen). Dengan memanfaatkan piranti internet, netizen bisa berselancar belajar lewat medsos. Beragam aplikasi ditawarkan untuk berjejaring, seperti; wahatsapp (WA), facebook (FB), instgram (IG), twitter, tiktok, dan sebagainya.
Kemajuan teknologi industri 4.0 harus dapat dimanfaatkan dengan baik dan disikapi dengan bijaksana sebagai modal membangun pendidikan kesetikawanan sosial berbasis digital. Jangan sampai peserta didik salah memilih pertemanan dalam dunia maya sehingga berujung pada penipuan belaka.
Maka kehadiran Society 5.0 memberikan kesempatan sekolah untuk menyelaraskan antara pendidikan berbasis dunia maya dengan nyata. Karena karakter penekanan Society 5.0 lebih kepada peran manusia sebagai pusat peradaban dengan memanfaatkan teknologi digital untuk memudahkan beraktivitas.
Panggilan untuk menghidupkan nilai-nilai kesetiakawanan sosial perlu direkonstruksi dalam dunia pendidikan, mengingat warisan fondasi bangunan sistem sosial merupakan harta benda yang sangat berharga.
Editor Sugeng Purwanto