Naik hajinya Jurnalis Bola ya Piala Dunia, Liputan Muhammad Zulfi Ifani, Wakil Ketua Bidang KIT PWPM DIY.
PWMU.CO – Bidang Komunikasi Informasi dan Teknologi (KIT) Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menggelar Rembug Gayeng Media (RGM) #10, Selasa (20/12/22).
Pada edisi RGM #10 menghadirkan Fernan Rahadi, Jurnalis Republika yang juga kader PWPM DIY. Alumnus Jurusan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) itu bercerita, bagaimana rumitnya persiapan untuk hadir sebagai jurnalis resmi di Piala Dunia Qatar 2022.
“Karena Republika, sejak lahir di awal tahun 90-an, belum pernah mengirim jurnalis resmi untuk even Piala Dunia. Artinya ini benar-benar pengalaman pertama, baik untuk saya maupun institusi Republika,” paparnya.
Mentor Hardiman Koto
Persiapan panjang dan intensif dilakukan Fernan sejak enam bulan lalu. Dia meyakinkan pimpinan Republika, jika dia sangat siap untuk berangkat. Fernan kemudian mulai mencari mentor wartawan lain yang telah berpengalaman meliput piala dunia sebelumnya.
Akhirnya dia berkomunikasi secara intensif dengan Hardiman Koto, seorang wartawan sepak bola senior, yang telah meliput Piala Dunia sejak tahun 90-an.
Meski telah menjadi jurnalis Republika, jalan yang ditempuh untuk menjadi peliput resmi Piala Dunia tidak mudah. Salah satu alasannya, kuota yang diberikan untuk jurnalis Indonesia sangat terbatas, yakni hany untuk 10 jurnalis. “Kuota terbanyak tentu berasal dari jurnalis yang negaranya lolos ke Piala Dunia,” paparnya.
Beruntung, kata dia, di bulan Juli 2022 terbit juga persetujuan akreditasi dari FIFA. “Artinya, saya bisa hadir sebagai jurnalis resmi, dan bisa mendapat Hayya Card, yakni kartu sakti untuk mengakses fasilitas publik di Qatar secara gratis,” jelasnya.
Selama di Qatar, untuk menekan biaya hidup yang memang cukup tinggi, Kang Fernan, panggilannya, berusaha mencari informasi penduduk Indonesia yang berdomisili di Qatar.
Lewat bantuan Kedubes Indonesia di Qatar, Kang Fernan dan rekan-rekan jurnalis Indonesia mendapat banyak bantuan dari diaspora Indonesia di Qatar. “Mulai dari penginapan yang harganya ekonomis, hingga diajak berjalan-jalan mencari makanan Indonesia di Qatar,” kenangnya.
Promosi Islam lewat Piala Dunia
Piala Dunia Qatar, menurut dia, menjadi salah satu yang terbaik. Lewat piala dunia, Qatar mempromosikan Islam di mata dunia internasional. Di banyak fasilitas publik misalnya, adzan lima waktu diperdengarkan dengan suara yang cukup keras. “Miras juga begitu dibatasi, sehingga secara umum, kejadian rusuh antarsuporter sangat minim terjadi di Qatar,” kisahnya.
Kang Fernan lalu memberikan tips pada penulis pemula agar bisa sampai Piala Dunia. “Cintai dan tekuni profesi kita sebaik-baiknya. Tekun agar sampai ke puncak, cinta agar karya kita terasa hidup. Kuasai juga bahasa Inggris, agar dapat bergaul dengan dunia internasional,” ungkapnya.
Piala Dunia, Naik Hajinya Jurnalis Bola
Kang Fernan juga mengatakan, jika Piala zfunia adalah obsesi setiap jurnalis sepak bola. “Rasanya ini sudah seperti naik haji. Karena naik hajinya jurnalis bola, ya Piala Dunia ini. Saya gak tahu habis ini pencapaian apalagi yang bisa saya cari,” ujarnya.
Rembug Gayeng Media (RGM) adalah diskusi seputar tips dan trik praktis dalam mengelola media yang diinisiasi Bidang Komunikasi Informasi dan Teknologi (KIT) PWPM DIY, sejak Covid -19 melanda.
Pertemuan yang sudah terlaksana antara lain: Kelas Pengelolaan Twitter, Kelas Youtube, Kelas Manajemen SDM Media, Kelas Fotografi, Kelas Analytic Social Media, Kelas Menulis Content, dan Kelas Buka-bukaan Dapur Media. (*)
C0-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.