
Tarian Bumi Reog Tutup Musywil Muhammadiyah, liputan Ichwan Arif dari Ponorogo
PWMU.CO – Tujuh belas penari berada di panggung penutupan Musyawarah Wilayah (Musywil) ke-16 Muhammadiyah Jawa Timur, Ahad (25/12/22).
Dalam kolaborasi lagi dan tarian ini, vokalis Rusidan Berlian Akbar Narindra sempat mendatangi kursi tamu undangan yang berada di paling depan. Dia menyalami satu persatu sebelum kembali ke atas panggung.
Siswa kelas VI SD muhammadiyah 1 Ponorogo ini sempat minta instrumen lagi diulang lagi oleh operator karena ada ketidakpasan.
“Diulang,” ucapnya, penonton pun sempat tertawa.
Hanya hitungan detik, instrumen pun kembali diputar. Mengenakan baju khas reog warna hitam, dia pun mulai melantumkan lagu yang diiringi penari dan juga pembarong yang membawa dadak merak.
Tamu undangan dan anggota Musywil yang hadir Expotarium Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo) pun terkesimak dengan gerakan dan kibasan dadak merak yang dimainkan pembarong.
Pembarong bergerak ke kanan dan kiri di bagian bawah panggung. Dadak merak terkibas dengan cepat. Dua Warok pun saling berjumpalitas. Mereka terus bergerak dan memainkan perannya.
Ditambah lagi gerakan 10 penari perempuan yang berada di atas panggung utama. Perpindahan tempat, satu per satu mampu memukau yang hadir di acara penutulan Musywil ini.
“Sempat deg-degan juga saat mau tampil, tetapi setelah bersalaman satu persatu dengan pimpinan Muhammadiyah, perasaan ini hilang,” katanya setelah acara selesai.
Sejarah Ponorogo
Saat dihubungi PWMU.CO, Koordinator ekstra musik Muslimin SPdI menjelaskan sajian tarian dalam acara penutupan Musywil ini adalah bentuk kolaborasi 2 Sekolah Dasar di Ponorogo.
“Ini adalah pertama kalinya bentuk kolaborasi 2 sekolah, yaitu SD Muhammadiyah 1 Ponorogo dan SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo,” ungkapnya.
Dalam kolaborasi ini pun kami melakukan latihan sekitar 2 pekan di sekolah masing-masing. Kami baru bisa latihan gabungan dalam bentuk gladi kotor hari Senin (19/12/22) dan Jumat (23/12/22) di Expotarium. Hal ini supaya pentasnya bisa bagus.
Dia memaparkan tarian dalam pentas ini sudah dimodifikasi yang disesuaikan dengan judul lagu Bumi Reog.
“Semua tarian telah dimodivikasi dengan menyesuaikan dengan lagu,” kata guru Al-Islam ini.
Lagu ini, lanjutnya, menjelaskan sejarah Ponorogo dengan konsep penari latar yang berada di bagian bawa memerankan tokoh Jathil dan Warok.
Aksi Rusidan dan 16 penari telah menyuguhkan kearifan lokasi. Sejarah Ponorogo yang dipaparkan dalam bentuk tarian dan lagu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni