PWMU.CO – Hidup adalah pilihan, dan setiap harinya seseorang itu selalu dihadapkan dengan ribuan pilihan hidup, bahkan jutaan. Muhammad Sholihin dalam tausiyahnya menyampaikan seseorang bisa memilih menjadi baik layaknya malaikat. Ataupun sebaliknya, bisa memilih menjadi seseorang yang jelek seperti halnya syaitan.
”Memang dalam hidup ini kita (manusia) diberikan kebebasan untuk memilih, dan itu sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hambanya,” ujar Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur saat mengisi Pengajian Ahad Pagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Blitar, Ahad (19/3) lalu.
(Baca: Untuk Pemetaan Dakwah, Muhammadiyah Jatim Giatkan Pendataan Masjid dan Mushala)
Di hadapan para jama’ah yang hadir, Sholihin mengungkapkan dalam memilih jalan hidup seharusnya manusia memperhatikan empat syarat. Pertama, pilihan harus disesuaikan dengan keinginan Allah SWT. Kedua, pilihan kita harus sesuai dengan kebutuhan sebagai manusia. Ketiga, pilihan itu harus bisa menyelamatkan hidup manusia dunia maupun akhirat.
”Dan terakhir, keempat pilihan kita harus dapat membahagiakan hidup kita dunia dan akhirat,” terang mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya di Masjid At-Taqwa, Kota Blitar.
Rasulullah SAW dalam riwayatnya menyebut ada delapan macam penyakit jiwa yang membuat hidup manusia tidak bahagia. Di antaranya perasaan bimbang, ragu, penakut, malas, pengecut, bakhil dan banyak hutang serta perasaan tekanan batin manusia.”Karena itulah kita (manusia) diperintahkan untuk senantiasa memohon perlindungan kepada Allah SWT dari sifat-sifat tersebut,” pesannya.
(Baca juga: Mubaligh Muhammadiyah Harus Terampil ‘Menjual’ Islam Berkemajuan)
Sholihin lantas menjelaskan 8 ciri orang yang bahagia menurut al-Qur’an. Pertama, adalah orang yang banyak mengingat Allah SWT. Kemudian kedua, orang yang dapat menghindari kemaksiatan dalam hidupnya, dan ketiga adalah orang yang mau mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Keempat orang yang selalu berdo’a dan meminta petunjuk kepada Allah SWT, serta kelima dapat menjaga kehormatan dirinya. Keenam, orang yang bisa mengendalikan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain.
”Selanjutnya, ketujuh adalah orang yang mau berinfaq dalam keadaan lapang maupun sempit dan terkhir adalah orang yang segera bertaubat ketika melakukan perbuatan keji dan dholim,” tegasnya.
(Baca ini juga: Inilah 3 Rahasia Mengapa Muhammadiyah Bisa Bertahan sampai Abad Kedua)
Di akhir tausiyahnya Sholihin menerangkan dalam satu riwayat Rasulullah Muhammad menyebut ada empat ciri orang yang hidupnya bahagia. Pertama, memiliki istri yang shalihah. Kemudian kedua memiliki anak-anak yang sholih dan sholihah.
”Sementara ciri ketiaga dan keempat adalah orang yang memiliki teman-teman yang alim dan orang yang tempat mencari rizkinya tidak jauh dari tempat tinggalnya,” tandasnya. (aan)