PWMU.CO – Saat ini sedang musim ujian sekolah. Dari USBN (ujian sekolah Berbasis Nasional) hingga UTS (ujian tengah semester) dan persiapan UNBK (ujian nasional berbasis komputer). Tapi jangan ikut musim contekan ya! Itulah semangat yang diusung Pimpinan Ranting IPM SMA Muhammadiyah 1 Surabaya (SMAMSA JAYA) dalam Gerakan Anti Contekan (GAC).
Gerakan yang ber-tagline ‘Contekan Hanya Fatamorgana – Pikirkan Masa Depanmu dengan Jiwa dan Moral yang Bersih’ ini dideklarasikan di sekolah yang beralamat di Jalan Kapasan 73-75 Surabaya (6/3).
(Baca: Bimtek UN SD/MI Muhammadiyah: Agar Para Guru Bisa Mengawal Kesuksesan UN dengan Kejujuran)
Kepada pwmu.co, Kamis (23/3) pagi, Kepala Sekolah SMAMSA JAYA Drs Harsono menjelaskan, GAC bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kejujuran siswa. “Kejujuran dapat diukir melalui prestasi. Dengan prestasi itulah sekolah memberikan penghargaan, misalanya berupa beasiswa,” ujarnya.
Harsono mengingatkan, bahwa menyontek itu termasuk perbuatan curang. “Sedangkan orang-orang yang berbuat curang akan mendapat kecelakaan besar,” kata dia sambil mengutip surat Almutafifin ayat 1. “Ayat itulah yang meyakinkan kami untuk membuat Gerakan Anti Contekan. Kita akan sukseskan UTS, USBN, dan ujian yang lainnya denga jujur.”
Sebenarnya, tutur dia, secara formal setiap sekolah atau institusi pendidikan lainnya pasti telah memiliki aturan baku yang melarang para siswanya untuk melakukan tindakan menyontek. “Namun kadang kala dalam praktiknya sangat sulit untuk menegakkan aturan yang satu ini. Pemberian sanksi atas tindakan nyontek yang tidak tegas dan konsisten merupakan salah satu faktor maraknya perilaku nyontek,” ungkapnya.
(Baca juga: Berani Nyontek Berani Tak Naik Kelas: Gerakan Kejujuran di Pesantren Antikorupsi Pertama di Sidoarjo)
Harsono mengatakan, salah satu untuk meminimalisasi atau bahkan menghilangkan tradisi mencontek adalah dengan mengadakan rombel (rombongan belajar), yang merupakan kerjasama antara Waka Kurikulum dengan wali kelas. “Diharapkan adanya rombel ini, membantu siswa yang kesulitan memahami pelajaran di sekolah dengan belajar bersama teman sebayanya,” ucapnya.
Menurutnya, dalam rombel tidak boleh heterogen. Jadi, katanya, harus seimbang antarkelompok. “Di setiap kelompok harus ada satu pioner agar tidak ada kesenjangan sosial dan tidak boleh ada egoisme. Harus berkoalisi,” jelas Harsono.
Ketua PR IPM SMASAJAYA Rama mengaku bersyukur bahwa perlahan para siswa mulai sadar bahwa mencontek adalah hal yang merugikan. “Yang perlu kita ingat bahwa niat kita lillahitaala. Dahulu Rasulullah SAW pun dihina karena menyampaikan kebenaran. Begitu pun Kyai Dahlan. Beliau juga dikafirkan karena menyampaikan kebenaran. Dan jika gerakan ini mendapatkan hinaan atau cacian, biarkan saja,” ujarnya. (Ferry Yudi AS)