PWMU.CO– Sambut Kurikulum Merdeka, MI Muhammadiyah 27 Rungkut Surabaya (Mimdatu) awali pembelajaran semester genap dengan menggelar pelatihan penyusunan modul ajar.
Kegiatan pelatihan sambut Kurikulum Merdeka ini bertajuk Optimalisasi Pendidik dalam Menggapai Diferensiasi Pendidikan ini diikuti 30 orang. Dilaksanakan selama dua hari Senin-Selasa (2-3/1/2023).
Mengundang pemateri Drs Najib Sulhan MA. Acara dibagi menjadi dua hari ini. Hari pertama diisi teknik, pengenalan dan proses pembuatan modul ajar. Hari kedua pemaparan hasil pembuatan modul.
Dalam paparannya, Najib Sulhan mengatakan, Kurikulum Merdeka dilihat pada asesmen. Ada empat asesmen yang menjadi tolok ukur sebagai keberhasilan sebuah lembaga.
Pertama, Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang hasil tes menjadi penentu sekolah. Kedua, Survei Karakter (SK). Ketiga, Survei Lingkungan Belajar (SLB). Keempat, prestasi akademik dan non akademik.
Najib menyampaikan tips membuat modul. Pertama, hilangkan rasa tidak percaya diri. ”Pernah tidak saat bapak atau ibu diminta maju menjadi pemateri terus bilang: jangan aku… jangan aku?” katanya.
Kedua, pernyataan ’saya tidak mampu’ harus dihancurkan, karena seorang guru tidak mungkin tidak mampu. Guru pasti memiliki kemampuan.
Ketiga, pernyataan ’ini tidak mungkin’. Padahal tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Jika kita mau berusaha maka tidak ada yang tidak mungkin.
Keempat, menulis. Setiap kita mendapat informasi maka tulislah. Seperti kata Imam Syafii: lmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. ”Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja,” tuturnya.
Hari kedua presentasi pembuatan modul dilakukan secara acak dan dibacakan di depan guru-guru. Kemudian dilakukan analisis bersama. Mana yang perlu dihilangkan, ditambah, dan tetap.
Suasana tegang berubah mencair saat presntasi Vivi Puspitasari Shum, wali kelas 3. Vivi, sapaan akrabnya, membuat metode pembelajaran dengan membuat syair lagu berisi materi perkalian.
Menurutnya, kelas tiga masih masuk kelas bawah. Maka anak-anak lebih mudah menghafal dan mengingat materi lewat lagu.
Kepala Mimdatu Ismul Muchlis MPdI menjelaskan, pelatihan ini diharapkan mampu memotivasi guru bahwa menulis modul ajar itu mudah.
Target pelatihan setiap guru bisa memiliki modul ajarnya sendiri. ”Boleh mencontoh, tapi harus disertai ilmu. Mencontoh tanpa ilmu hanya angan-angan,” ujarnya.
Penulis Reza Rachmatika Editor Sugeng Purwanto