Prof Biyanto: Islam Agama yang Luas dan Luwes; liputan Muhammad Iqbal Rahman, Kontrinbutor PWMU.CO Mojokerto
PWMU.CO – Pengajian Umum Ahad Pagi digelar di halaman Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Nurul Falah, Puri, Mojokerto, Jawa Timur, Ahad (8/1/2023).
Pada kesempatan hari ini panitia menghadirkan narasumber Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof Dr Biyanto MAg yang menyampaikan materi bertema Islam sebagai Agama Perdamaian.
Dalam pengantar materinya, beliau menyampaikan hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing.” (HR Muslim No 145).
Dan dalam riwayat yang lain :
قيل يا رسول الله ومن الغرباء؟ فقال: الذين يصلحون إذا فسد الناس
Rasulullah ditanya: “Wahai Rasulullah siapa yang asing itu (al-ghuraba)?” Rasulullah SAW bersabda: ”Yaitu orang-orang yang mengadakan perbaikan di tengah manusia yang berbuat kerusakan.”
Biyanto mengatakan, “Maka beruntunglah kita yang Ahad pagi ini bisa berkumpul bersama, ngaji bersama, silaturahim bersama. Berbeda dengan Ahadnya saudara kita yang mungkin pagi ini melakukan gowes bersama keluarga, senam pagi, dan car free day.”
Guru Besar Filsafat Islam UINSA Surabaya itu lalu menegaskan, dalam beragama Islam kita juga harus memiliki sifat luas dan luwes. “Luas dalam ilmunya dan luwes dalam akhlaknya,” kata dia.
Maka pendidikan, sambungnya, menjadi kunci untuk sarana kita dalam beragama. Termasuk generasi muda kita harus menjadi pelajar dan generasi yang rabbani.
“Mohon anak kita untuk didukung dalam pendidikannya, termasuk memperhatikan potensi dan minatnya,” pesannya sambil mengutip pernyataan Imam Syafii:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
“Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.”
Dia lalu mengajak melihat tokoh-tokoh Islam hebat di negara ini yang kebanyakan dari kalangan orang desa atau kalangan orang sederhana. Namun karena kemauan dan kesungguhan orangtua mendorong pendidikan anak-anaknya sehingga bisa melahirkan generasi Islam yang unggul.
“Jangan sampai kita sebagai orangtua punya pikiran biaya pendidikan itu mahal. Justru di zaman sekarang mudah rasanya untuk mencari beasiswa ataupun jalur keringanan pendidikan dari prestasi dan potensi sang anak tersebut,” terangnya.
Agama Perdamaian
Biyanto melanjutkan, Islam adalah agama perdamaian dan peradaban yang pernah menguasai dunia, terlebih di bidang ilmu pengetahuan. “Kita lihat seperti Ibnu Sina, Al Khawaritzmi, Ar Razi, dan ilmuwan Islam lainnya yang karyanya sampai diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Eropa sebagai pembelajaran di universitas di Barat,” ungkapnya.
Bahkan dalam buku History of the Arabic dijelaskan fase keemasan Islam di abad ke-8 dalam sejarah peradaban Islam. Selama kurang lebih tujuh abad lamanya Islam jaya dan menguasai peradaban dunia. “Namun setelah itu disebabkan karena perebutan kekuasaan Islam kembali menjadi lemah,” ujarnya.
Dia juga menceritakan pengalaman saat Rihlah Peradaban PWM di Spanyol dan Turki. “Andalusia merupakan pusat peradaban Islam di abad ke-8. Namun karena sebab perebutan kekuasaan, mengakibatkan kemunduran yang luar biasa, bahkan namanya berubah menjadi Spanyol,” ungkapnya.
Pada saat kemunduran tersebut umat Islam hanya dikasih dua pilihan saja yakni masuk agama Kristen atau keluar dari Spanyol. Bahkan beberapa tokoh Islam yang kemudian dibuang di lembah Al Jayn. “Al Jayn ini adalah sebuah kota kelahiran Ibnu Malik penulis kitab Alfiyah,” kata dia.
Nah dari peristiwa ini, kata Biyanto, banyak sekali peninggalan sejarah Islam di sana. Salah satunya Masjid Cordoba yakni masjid terbesar kedua setelah Masjid al-Haram.
“Pada saat saya mengunjungi tempat ini, saya meneteskan air mata. Membayangkan perjuangan Islam dulu dan sekarang sudah dinikmati oleh orang Katolik,” ungkap pria kelahiran Laren Lamongan ini.
Dia melanjutkan, Masjid Cordoba diubah menjadi katedral. Kalimat adzan diganti oleh suara lonceng gereja. Parahnya, di dalam masjid tersebut orang-orang tidak diperbolehkan melakukan shalat dan membicarakan terkait Islam.
Sekretaris PWM Jawa Timur 2022-2027 ini kemudian memaparkan cara mudah kita supaya Islam bisa melahirkan perdamaian dan peradaban adalah dengan menguatkan iman, istikamah melakukan kebaikan, dan mengantarkan generasi kita untuk terus meningkatkan pendidikannya.
“Tidak hanya itu, sumber daya kita juga harus kuat. Karena survei indeks manusia terdapat pada tiga hal; pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” kata dia.
Di akhir tausiahnya, Biyanto mengatakan ada pelajaran penting dalam al-Qur’an, yakni mudaawalah, yang terdapat pada Ali Imran ayat 140:
وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).”
Dia menegaskan, masa kejayaan, kemunduran, sulit, sedih, bahagia, senang bagaikan roda yang berputar. “Maka roda kehidupan itu terus berputar. Jika kita ada kesungguhan, roda itu pasti akan berputar ke atas. Jangan sampai ketika kita sudah di atas terlena oleh pengaruh nafsu dan dunia. Oleh sebab itu, kehidupan yang terus berputar inilah kita harus menyiapkan untuk generasi yang akan datang. Bekali dengan agama dan pendidikan,” pesannya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni