Fun Theory dan Calon Paketan Musyda oleh Abu Nasir, Ketua PDM Kota Pasuruan.
PWMU.CO– Gerbong Musyawarah Daerah (Musyda) Muhammadiyah di Jawa Timur mulai bergerak. Diawali PDM Kabupaten Kediri akhir pekan bulan Januari 2023. Disusul Kota Pasuruan, Malang, dan seterusnya hingga tiga bulan ke depan.
Gregetnya sudah terasa. Resonansinya sudah ke mana-mana. Meskipun tidak selevel Musywil yang berasa muktamar, masing-masing daerah berusaha mengemas event besar ini sebaik dan semeriah berdasar kemampuannya.
Ada tengara fenomena calon paketan dalam pemilihan kepemimpinan Muhammadiyah seperti yang terjadi di muktamar dan Musywil akan merembet ke daerah.
Fenomena ini tergolong baru. Akibat adanya calon paketan kemeriahan, kegembiraan, dan kedamaian Musyawarah Wilayah Jawa Timur di Ponorogo yang lalu sempat terinterupsi oleh perilaku kurang terpuji. Ada yang menyebar black campaign. Dikhawatirkan hal ini akan menular pada pemilihan pimpinan Muhammadiyah daerah se Jatim.
Ada baiknya menyikapi fenomena calon paketan yang terjadi di muktamar dan Musywil sebagai bagian dari upaya menghidupkan dan menggerakkan calon-calon potensial di daerah dengan gembira melalui pendekatan fun theory.
Tangga Berirama
Fun Theory-nya Rhenald Kasali yang dikutip oleh Nur Cholis Huda (2011) menceritakan keengganan para penumpang kereta api bawah tanah di Stockholm, Swedia, untuk menggunakan tangga. Mereka lebih suka memakai eskalator.
Wali kota Stockhom lantas memerintahkan sejumlah ahli untuk menemukan cara bagaimana ”memaksa” mereka agar mau lewat tangga. Dalam pikiran wali kota menggunakan tangga jauh lebih sehat dan menyelamatkan jantung daripada eskalator yang hanya berdiri tegak mematung dan menyebabkan mesin itu cepat rusak.
Para ahli menemukan ide. Mereka memanggil tukang setel piano dan memerintahkan memasang nada-nada piano seperti mainan anak-anak di tangga. Setiap kali penumpang kereta api naik turun tangga terdengar nada-nada indah dari pijakan kakinya sendiri.
Dari kamera CCTV yang dipasang di mulut tangga, wali kota dan para ahli melihat penumpang yang hendak menuju eskalator berbalik menaiki tangga setelah mendengar nada yang keluar dari anak tangga setiap kali dipijak orang.
Bahkan beberapa penumpang terlihat naik turun beberapa kali sambil menjingkat- jingkatkan kakinya dengan gembira sekadar mencoba berkreasi menciptakan nada-nada berirama.
Naik tangga terasa menyenangkan. Fun! Wali kota dan stafnya tersenyum. Terkekeh melihat tingkah mereka. Apalagi setelah disurvei, sebanyak 66 persen penumpang kereta api bawah tanah kini beralih menggunakan tangga. Pengaruhnya mampu menghemat biaya perawatan eskalator.
Dalam pandangan Rhenald Kasali, Fun Theory telah menjadi ikon baru dalam berbagai pemasaran. Hal-hal yang selama ini dirasa tidak fun, perlu diubah fun agar orang bekerja dengan senang, betah, sehingga menghasilkan produk maksimal dan berdaya guna.
Menyesakkan Dada
Di sekitar kita banyak hal dan tempat yang membuat hidup menjadi susah, menyebalkan, sumpek dan menyesakkan dada.
Para pembuat kebijakan tidak mampu menghadirkan suasana fun di berbagai tempat yang menjadi pusat kegiatan masyarakat. Kenaikan harga BBM, moda transportasi umum, dan pajak-pajak yang tak kenal belas kasih terus menghantui. Mengeluarkan undang-undang seenak perutnya. Ini bisa mereduksi rasa senang, bahagia, dan sense of humor masyarakat
Lihatlah, betapa sumpek dan menyebalkan misalnya jika di rumah air sering macet dan lampu byar pet. Di perempatan kendaraan besar mengular sampai satu kilometer setiap kali menunggu traffic light menyala merah.
Di jalan-jalan utama sering kali terganggu oleh menyempitnya badan jalan akibat ditutup sebagian untuk berbagai acara, peminta sumbangan masjid, perbaikan gorong-gorong, pemasangan pipa PDAM dan lubang-lubang di sepanjang jalan.
Di tempat kerja para pegawai dan karyawan menghadapi muka masam pimpinan yang tak puas hasil kerjanya.
Di sekolah para siswa stres oleh tugas-tugas sekolah dan ulangan. Apalagi gurunya selalu berpenampilan kumuh, pelit senyum, dan gampang marah.
Sementara para guru sendiri berpacu jantung menghadapi tuntutan sertifikasi dan tekanan lulus 100 persen siswanya dalam ujian.
Sebagaimana wali kota Stockholm yang mengubah tangga menjadi nada-nada piano yang menyenangkan, para pemimpin, guru, dan pengambil kebijakan di negeri ini harus berani mencoba mencari cara yang lebih fun untuk mengatasi berbagai problem masyarakat.
Betapa indahnya hidup ini jika rumah tempat kita tinggal, jalan-jalan, kantor, sekolah, madrasah tempat para siswa belajar dan pusat-pusat produktivitas menjadi tempat menggembirakan bagi para penghuninya.
Canda Rasulullah
Hidup tidak selamanya susah. Sesekali perlu bungah. Mengubah yang lara menjadi bahagia dan yang duka menjadi suka.
Suatu hari sepulang dari perang wajah Rasulullah tetap riang. Kitab Sunan Abu Dawud mengabadikan peristiwa itu lewat riwayat Aisyah ra.
Setiba dari perang Tabuk, Rasul melihat sebuah rak tertutup kain. Ketika terkena tiupan angin kain itu terbuka. Terlihat di dalamnya boneka perempuan mainan Aisyah. Di antara boneka-boneka itu ada kuda bersayap dua terbuat dari kain. Karena penasaran, Nabi bertanya,”Apa itu, ya Aisyah?”
”Boneka-boneka mainanku, ya Rasulullah.”
”Lalu apa yang di tengah itu?” tanya Nabi selanjutnya.
”Kuda!” jawab Aisyah.
”Terus yang di atasnya kuda itu?”
”Dua sayap,” jawab Aisyah.
Setengah heran Nabi bertanya,”Apakah kuda punya sayap?”
Dengan tangkas Aisyah menjawab,”Apakah Anda tidak mendengar ya Rasulullah sesungguhnya kuda perang Nabi Sulaiman punya sayap banyak?”
Nabi tertawa sampai aku melihat gigi gerahamnya.
Kisah itu dan kisah sejenis lainnya menggambarkan dalam situasi tertentu, Rasul yang mulia juga senang dan tertawa.
Calon Paketan
Dari sudut pandang Fun Theory, fenomena calon paketan malah bisa mendorong kader-kader potensial berani tampil mengisi kekosongan kader pemimpin di daerah. Selama ini daerah-daerah relatif kesulitan menemukan orang yang mau menjadi pengurus PDM, PCM, dan PRM.
Banyak faktor yang memengaruhi hal ini. Mulai dari kurang percaya diri, takut dan gamang menghadapi lingkungan yang didominasi oleh saudara tua, kekhawatiran terganjalnya karier sebagai ASN, ketidaksiapan mengalokasikan waktu, tenaga, pikiran, dan uang untuk persyarikatan hingga kesibukan oleh pekerjaan sehari-hari.
Faktor itu menghinggapi hampir semua kalangan di Muhammadiyah dan Ortom. Bahkan tidak sedikit yang mengatakan kalau dirinya hanya siap bekerja di amal usaha Muhammadiyah tapi tidak siap menjadi pimpinan persyarikatan.
Dari sisi ini PDM se Jatim perlu didorong agar setiap PCM dan PRM mengajukan calon paketan sebanyak sembilan orang untuk menjadi pengurus PDM harian. Sembilan orang dalam satu paket bisa berasal dari cabang dan rantingnya sendiri atau juga bisa diambil dari cabang dan ranting lain. Yang penting harus dihindari perilaku su’ul adab. Sikap tidak terpuji yang bisa mencederai keharmonisan sesama warga dan pimpinan baik itu menfitnah, caci maki, dan pembunuhan karakter.
Di daerah kiranya tidak akan terjadi seperti itu. Malah mereka menjadikan gerakan calon paketan ini dengan gembira, rukun, guyup, dan mengandung motivasi kuat untuk bersedia dan mau menjadi pengurus Muhammadiyah.
Calon paketan pun akhirnya bisa dirancang seperti paket hemat, super hemat dan jumbo. Tujuannya satu: memberikan ruang dan kesempatan seluasnya kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah menjadi pengurus Muhammadiyah.
Panitia Musyda dan pemilihan memiliki tanggung jawab besar menyukseskan perhelatan daerah ini dengan menggerakkan dan menggairahkan seluruh komponen persyarikatan. Mereka harus mampu mengubah kekhawatiran adanya virus bahaya paketan menjadi daya tarik dan bagian dari kegembiraan.
Dengan begitu Musyda akan berjalan meriah, menyenangkan, dan menemukan pemimpin baru persyarikatan.
Editor Sugeng Purwanto