Anwar Ibrahim dan Harapan Umat oleh Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation
PWMU.CO– Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim kunjungan kenegaraan pertama ke Indonesia Senin (9/1/2023) lalu.
Kunjungan Anwar Ibrahim ke Indonesia sebagai negara tetangga dan serumpun tentu mewakili banyak kesamaan dalam cita-cita perjuangan. Sosok Anwar Ibrahim hadir menjembatani kedua negara serumpun itu.
Terpilihnya Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri Malaysia melalui perjalanan panjang itu menjadi harapan baru. Tidak saja di kawasan ASEAN. Juga untuk dunia Islam dan global. Satu orang tentunya tidaklah efektif untuk mewakili harapan besar itu. Tapi minimal kehadiran Anwar bagaikan percikan air di tengah teriknya musim kemarau.
Anwar Ibrahim menjadi sosok yang unik di kancah perpolitikan dunia. Keunikan Anwar Ibrahim saya kira melampaui sosok Erdogan yang seringkali diidolakan di dunia Islam, khususnya Indonesia.
Berbeda dengan Erdogan yang muncul secara tiba-tiba dari posisi Wali Kota Ankara menjadi Perdana Menteri lalu Presiden. Belakangan kembali menduduki posisi Perdana Menteri dengan memberikan kekuasaan lebih pada posisi itu. Anwar memiliki latar belakang aktivis pergerakan sejak mahasiswa.
Satu pengalaman sederhana saya ketika mulai aktif dalam kegiatan Parade Islam Internasional (Internasional Muslim Day Parade) di kota New York. Kebetulan saya memimpin kegiatan ini sejak tahun 1998 hingga tahun 2017 lalu. Salah seorang anggota tim saya tokoh muslim keturunan India bernama Dr Abdul Quddus.
Dia selalu ceritakan ke saya bahwa Anwar Ibrahim adalah roommate atau tinggal sekamar ketika keduanya menjadi mahasiswa di Georgetown University di Washington DC. Dia menambahkan Anwar Ibrahim is a brilliant and an asset for the ummah.
Harapan Umat Masa Kini
Anwar Ibrahim tak disangkal seperti menyatukan banyak kelebihan kualitas (quality privileges) sebagai seorang tokoh dan pemimpin. Pintar, berwawasan, juga berpengalaman dan pergaulan yang sangat luas.
Barangkali ini menjadi satu kelebihan Anwar dibandingkan Erdogan. Keduanya memiliki komitmen keislaman (ghirah Islam) yang tinggi. Tapi Anwar punya wawasan global karena pengalaman dan pergaulan yang luas tadi.
Di sìnilah kemudian harapan itu tumbuh. Bahwa dunia kita saat ini adalah dunia global yang berkarakter interconnected sekaligus deeply competitive. Hanya soliditas internal (soliditas kepribadian) dan keluasan pergaulan (networking) yang bisa mengimbagi karakter dunia gobal itu.
Keadaan dunia Islam dan dunia global secara umum memerlukan sosok pemimpin yang memiliki multi-dimensional character. Memerlukan ilmu dan wawasan, kemampuan manajerial yang andal. Tidak kalah pentingnya memiliki integritas yang terbangun di atas nilai-nilai spiritualitas yang mapan. Dengan segala ketidaksempurnaannya, Anwar Ibrahim tampaknya memiliki semua itu.
Tantangan yang ada di hadapan Anwar Ibrahim tidak kecil dan tidak sedikit. Selain permasalahan internal dalam negeri, di mana reformasi pemerintahan Malaysia masih merupakan home work panjang Anwar yang telah lama tertunda dan harus dilanjutkan.
Dengan kesadaran keislaman dan keumatannya Anwar juga terbebani dengan berbagai permasalahan yang dialami oleh umat Islam di dunia global saat ini. Dari muslim Rohingya, Kashmir dan India, Uighur di China, dan Palestina yang klasik itu.
Anwar dengan perjalanan panjang dalam dunia pergerakan, sejak memimpin mahasiswa memperjuangkan kesejahteraan rakyat miskin, hingga ketika telah menduduki posisi Wakil Perdana Menteri, jiwanya memberontak melihat penyelewengan-penyelewengan (khususnya korupsi) di Malaysia.
Pemberontakan batin itu yang menjadikan dia bangkit membangkitkan reformasi yang dianggap anti establishment (pemerintahan Mahathir) dan membawanya kepada konsekuensi panjang. Dia ditangkap dan dipenjara selama puluhan tahun.
Asian Renaissance
Yang ingin saya sampaikan, setelah 100 tahun runtuhnya kejayaan Ottoman yang berpusat dì Istanbul ada secercah harapan kebangkitan umat itu dengan tampilnya Anwar Ibrahim. Tapi dalam dunia global yang sangat interdependen saat ini berbagai permasalahan dunia Islam takkan bisa diselesaikan oleh hanya seorang Anwar.
Karena seperti yang pernah banyak kalangan sampaikan, masanya muslim Asia tampil di depan untuk memelopori gerakan islaah atau pembaharuan kehidupan umat.
Anwar sendiri pernah menyebutkan hal ini dengan kata Asian Renaissance atau Kebangkitan Asia. Yang belakangan dia mengelaborasi dengan urgensi pemerkasaan ekonomi dan budaya (tentu termasuk keagamaan).
Hal itu akan terjadi ketika ada kolaborasi dengan pemimpin Islam yang memiliki wawasan dan kapasitas yang minimal dekat dengan Anwar.
Seorang pemimpin yang pintar dan berwawasan, paham permasalahan dan tahu mencari solusi, punya integritas tinggi, kemampuan leadership yang andal, punya pengalaman panjang dan pergaulan luas. Tapi juga memiliki kemampuan komunikasi yang saya anggap di atas rata-rata (beyond average).
Harapan saya sebagai muslim Asia dan Indonesia khususnya, impian itu akan terlahir dari bumi Indonesia tercinta. Semoga!
Manhattan City, 12 Januari 2023
Editor Sugeng Purwanto