Puncak Kesuksesan Orang Beriman. Opini oleh Ridwan Manan MPd, Ketua Majlis Tabligh PCM Buduran Sidoarjo
PWMU.CO – Kesuksesan adalah goals (tujuan) hidup yang diimpikan banyak orang. Berbagai cara dilakukan untuk mencapai ekspektasi yang diinginkan setiap orang. Di Google, kata kunci cara mencapai kesuksesan ditemukan sebanyak 106 juta, jika kita ingin mencarinya.
Sebagian orang mengukur kesuksesan dengan banyaknya jumlah uang di bank, banyaknya properti yang dimiliki. Bahkan mereka yang gandrung di media sosial mengukur kesuksesan dengan banyaknya followers, jumlah likes yang didapatkan dari foto yang diposting.
Zig Ziglar, motivator terkenal Amerika mengatakan, kesuksesan adalah ketika kamu mendapatkan banyak hal yang bisa dibeli dengan uang, namun saat bersamaan kamu juga mendapatkan hal yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Kesuksesan Dunia dan Akhirat
Apakah kesuksesan hanya diukur dengan hal yang sifatnya tangible atau dapat dihitung materi? Sementara doa yang setiap kali kita memohon pada Allah SWT agar sukses dunia akhirat.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: “Dan di antara mereka ada yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (al-Baqarah: 201)
Ibnu Katsir, dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa ayat tersebut mempunyai arti, kebaikan di dunia mencakup segala permintaan yang bersifat duniawi berupa kesehatan, rumah yang luas, istri yang cantik, rezeki yang melimpah, ilmu yang bermanfaat, amal shalih, kendaraan yang nyaman, pujian, dan lain sebagainya. Semuanya tercakup dalam ungkapan para mufassir, dan di antara semuanya itu tidak ada pertentangan, karena semuanya itu termasuk ke dalam kategori kebaikan dunia.
Sedangkan mengenai kebaikan di akhirat, maka yang tertinggi adalah masuk surga dan segala cakupannya. Berupa rasa aman dari ketakutan yang sangat dahsyat, kemudahan hisab, dan berbagai kebaikan urusan akhirat lainnya.
Sedangkan keselamatan dari api neraka, berarti juga kemudahan dari berbagai faktor penyebabnya di dunia, yaitu berupa perlindungan dari berbagai larangan dan dosa, terhindar dari berbagai syubhat dan hal-hal yang haram.
Tiga Puncak Kesuksesan Sejati
Dari penjelasan ayat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan orang beriman tidak hanya diukur dengan materi. Kesuksesan orang beriman bahkan puncak kesuksesan tertinggi manakala ada tiga perkara yang bisa diraih.
Husnul Khatimah
Rasulullah SAW mengajarkan doa bagi umatnya agar husnul khotimah.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ
Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya, dan jadikan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan jadikan sebaik-baik hariku pada saat aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat). (HR Ibnu As-Sunni).
Manusia tidak tahu kapan ajalnya tiba. Maka untuk mencapai husnul khatimah, manusia harus istikamah dalam mengerjakan amal-amal kebaikan. Orang yang selama hidupnya istikamah melakukan kebaikan, insya Allah ia akan meninggal sebagai orang baik. Karena orang meninggal tergantung kebiasaanya sehari-hari. Tentu yang harus dibiasakan dalam hidup adalah kebiasaan yang baik.
Taubat Nasuha Sebelum Mati
وَاَنِيْبُوْٓا اِلٰى رَبِّكُمْ وَاَسْلِمُوْا لَهٗ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (az-Zumar ayat 54).
Untuk meraih ampunan dan rahmatNya mempunyai sebab-sebab yang jika sang hamba tidak melakukannya, maka berarti sesungguhnya ia telah menutup pintu rahmat dan ampunan terhadap dirinya sendiri.
Dan sebab yang paling besar dan paling mulia, bahkan tidak ada yang selain dirinya, adalah inabah (kembali) kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, berdoa dan bersimpuh (merendah diri), menghambakan diri dan beribadah kepadaNya (Tafsir As-Sa’di)
Di antara manusia yang memperoleh puncak kesuksesan adalah Fudail bin Iyadh, seorang ulama besar yang hidup pada abad 8 hijriyah. Ibnu Hajar Assqolany menyatakan, beliau adalah stiqoh, ‘abid dan imam (kuat hafalannnya, ahli ibadah dan ulama besar). Sebelumnya beliau terkenal sebagai begal yang ditakuti para kafilah dagang. Ketika mendengar bacaan Al Quran surat Al Hadid ayat 16 dan Az zumar 54 bergetar hatinya dan bertaubat tidak akan bermaksiat lagi.
Istikamah
Perintah Allah kepada hambaNya agar bersikap istikamah
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Hud 112)
Berdasar gadis riwayat Muslim, ketika Sufyan bin Abdillah bertanya kepada Rasulullah tentang Islam, ia tidak akan bertanya kepada siapapun kecuali pada Rasulullah. Beliau bersabda “Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian beristikamalah,”
Doa Agar Diberi Keteguhan Hati
Dalam Islam, ibadah harus dilakukan dengan kontinyu, istikamah. Bukan hanya dilakukan saat keadaan semangat melainkan dilaksanakan secara kontinu atau terus menerus dengan tulus dan ikhlas. Amalan sedikit dilaksanakan secara terus menerus lebih dicintai Allah.
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR Muslim)
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan ”Sesungguhnya Allah lebih mencintai amalan yang dilakukan secara kontinu (terus menerus). Allah akan memberi ganjaran pada amalan yang dilakukan secara kontinu berbeda halnya dengan orang yang melakukan amalan sesekali saja.
Meskipun begitu, tentu istikamah dalam beribadah bukan suatu hal yang mudah. Banyak godaan yang menjadi hambatan tersendiri. Inilah doa agar istikamah dan diberikan keteguhan hati yang diajarkan Rasulullah SAW.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal qulub tsabbit qalbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Karena seringnya Rasulullah berdoa demikian sehingga Ummu Salamah bertanya kepada beliau, jawab Rasulullah
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki Allah
Doa yang lain bisa di baca dalam surat al-Baqarah ayat 250 dan Qur’an Surat Ali Imran ayat 8. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni