Kunjungi Ranting Kaliuling, Tim Lazismu Terjebak 3 Jam di Curah Kobokan, liputan kontributor PWMU.CO Kabupaten Lumajang Kuswantoro.
PWMU.CO – Kisah menegangkan terjadi dalam perjalanan Tim Lazismu Lumajang, Selasa (17/1/2023). Tim Lazismu sedang melakukan pendampingan kepada warga terdampak gempa Lumajang 2 tahun lalu.
Lokasinya di Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kaliuling, Kecamatan Tempursari, Kabupaten Lumajang Jawa Timur.
Ketua Lazismu Lumajang Drs Djatto MM yang ada dalam rombongan tersebut kepada PWMU.CO menceritakan perjalanannya dari Lumajang ke lokasi PRM Kaliuling yang membutuhkan waktu 3 jam perjalanan.
“Alhamdulillah perjalanan berangkat ke lokasi PRM Kaliuling lancar walaupun harus melewati Tol Cikali. Tol Cikali itu sebutan jalur Curah Kobokan penghubung Lumajang Malang,” ujarnya sambil tersenyum.
Karena masih pagi dan cuaca cerah, lanjutnya, maka pemandangan Gunung Semeru terlihat jelas dan sangat indah. Semeru ketika cuaca cerah akan memanjakan mata siapapun yang lewat di sekitar jalur ini.
“Selain pemandangan yang indah kami juga disuguhkan pemandangan sisa-sisa rumah milik warga yang tertimbun material erupsi 4 Desember 2022 lalu,” jelasnya.
Sepanjang perjalanan, kami bersendau gurau dengan penasehat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lumajang Suharyo AP dan tim Lazismu. Tanpa terasa kami sudah menempuh perjalanan selama 3 jam. Dan sampailah di Dusun Halimo tempat PRM Kaliuling.
“Tepat jam 11.00WIB rombongan sampai di lokasi. Kami langsung bertemu para sahabat perjuangan yang selama ini memang butuh perhatian kita. Termasuk dalam penyelesaian pembangunan masjid,” terangnya.
“Alhamdulillah penyelesaian pembangunan masjid tersebut juga mendapatkan support dana dari Lazismu Jatim. Tahap awal 100 juta rupiah dan tahap kedua sebesar 200 juta rupiah. Support ini menjadikan kebahagiaan tersendiri bagi warga Ranting Muhammadiyah Kaliuling,” imbuhnya.
Banjir Lahar
Mengingat cuaca mulai mendung, maka tim Lazismu tidak bisa berlama-lama di lokasi. Lereng Semeru mulai berkabut, pikiran mulai was-was tidak tenang. Ini karena jalur untuk pulang harus melewati aliran lahar Semeru di Curah Kobokan. Yang ada di dalam benak hanya takut banjir dan tidak bisa menyeberang.
Ketika perjalanan pulang memasuki Kecamatan Pronojiwo, kami disambut hujan deras. Ustadz Suharyo usul bagaimana kalau pulang lewat Malang saja. Tetapi sang sopir masih bilang aman dan perjalanan dilanjutkan.
Sampailah di jalur penyeberangan Tol Cikali alias Curah Kobokan. Ternyata betul terjadi banjir sehingga rombongan terjebak tidak bisa menyeberang.
“Rombongan harus menunggu selama 3 jam sampai banjir lahar surut. Namun meskipun penuh dengan perjuangan, kami tim Lazismu Lumajang sangat senang karena bisa menjenguk saudara kita seperjuangan. Lelah itu terbayar sudah,” ucapnya. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.