Leny mengungkapkan, organisasi otonom Muhammadiyah di Cabang Ujung Pangkah memiliki kepedulian satu sama lain. “Jadi saling menyemangati. Masyarakat di sini juga mendukung kegiatan Muhammadiyah, karena sekarang ini mulai akrab antara Muhammadiyah-NU,” kata Leny.
Biasanya, kata dia, kalau Muhammadiyah mengadakan kegiatan, NU selalu menghadiri. “Begitu juga jika NU yang ngadakan kegiatan. Muhammadiyah ikut menghadiri. Masyarakat di sini juga gitu. Entah itu Muhammadiyah atau NU yang ngadakan kegiatan, biasanya disumbang konsumsi oleh warga sekitar,” ungkapnya.
(Baca juga: Langka! Pengajian AMD LDII Dibuka dengan Sambutan Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah Jatim)
Harapannya, Musyda mampu memilih pimpinan yang suka turba ke Cabang dan Ranting. “Dan tentunya pimpinan-pimpinan yang kreatif agar dapat dijadikan figur teman-teman di Ranting, bahwa Nasyiah itu asyik,” ucapnya.
Kepala Sekolah MIM 2 Atim merasa suka berkegiatan bersama Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) seperti Pemuda Muhammadiyah atau NA. “Ya serasa muda lagi gitu,” ujarnya. Dia berharap NA bisa lebih berperan dalam kemajuan Muhammadiyah. “Sering-sering main ke Ujung Pangkah ya Mbak,” pintanya.
(Baca juga: Ketika PAUD Walidah Gresik Terkejut Mendapat Kunjungan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah)
Menurutnya, NA harus bisa mewarnai dalam segala kegiatan Muhammadiyah karena NA merupakan tonggak AMM. “Libatkan seluruh warga dalam berkegiatan. Jangan Nasyiah aja. Ajak ibu-ibu muda sekitar agar, syiarnya lebih terasa,” pesannya.
Selain Tari, ikut dalam rombongan PDNA Kabupaten Gresik adalah Izzah Maulida (Anggota), Maftuhatus Saidah (Anggota), dan Usmawati (Sekretaris Departemen Dakwah). Ada cerita menarik dalam perjalanan mereka ke Ujung Pangkah dengan menggunakan mobil Xenia milik Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik, yang dikemudikan Ustadz Arif. “Kegiatan Nasyiah itu selalu unik buat saya. Ada saja peristiwa-peristiwa tertentu yang ikut mengiringi,” kata Tari mengawali cerita.
(Baca juga: Nasyiah Mergayu Tulungagung Deklarasikan Gerakan Perempuan Berdaya)
Melewati Desa Abar Abir Kecamatan Bungah, tuturnya, terdengar krok-krok seperti suara dengkuran. “Kami berhenti sejenak di pinggir jalan. Berharap tidak terjadi apa-apa dengan ban mobil. Eh, ternyata malah knalpotnya kiwil-kiwil (hampir patah). Dan akhirnya patah jadi dua knalpot itu,” ungkapnya.
Tari melanjutkan, maka bismillah dengan knalpot separuh, perjalanan pun kami lanjutkan. “Sebab, jam sudah menunjukkan pukul 05.45 WIB. Sedangkan 15 menit lagi sudah harus tiba di Ujung Pangkah,” kata dia.
Tari dan rombongan merasa bersyukur, karena Allah memang tak pernah mengingkari janji-Nya terhadap orang-orang yang berjuang di jalan-Nya. “Pertolongan Allah datang kapan pun hamba-Nya membutuhkan. Alhamdulillah, kami bisa selamat sampai tujuan meski dengan mobil yang ngorok,” cerita Tari. (MN)