PWMU.CO– Acara baru mulai, peserta pelatihan jurnalistik kaget karena langsung dapat tugas peliputan. Itu terjadi di pelatihan jurnalistik yang diadakan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan, Sabtu (21/1/2023).
Acara bertajuk Bimbingan Teknik Menulis Berita, Fotografi, dan Berita Viral digelar di Pusat Dakwah Muhammadiyah Kota Pasuruan. Diikuti oleh 37 peserta dari guru sekolah Muhammadiyah setempat.
Ketika acara baru mulai, narasumber Sugeng Purwanto, editor PWMU.CO mendekati pembawa acara, Nur Aini, titip pesan meminta peserta agar langsung siap dengan alat tulis mencatat setiap acara, sambutan, pernyataan, dari awal hingga akhir untuk bahan menulis berita dan memotret setiap momen.
Peserta yang kebanyakan belum pengalaman menulis terkejut. Peserta terdiri kepala sekolah dan guru tidak menyangka kalau Bimtek ini langsung dapat tugas meliput acara ini.
Merekapun gaduh. Semua menyiapkan catatan berupa buku, hape, dan laptop. Bahkan ada yang hanya menggunakan selembar kertas. Begitu acara baru mulai peserta langsung asyik mencatat setiap hal yang dilihat dan didengar. Beberapa peserta lainnya juga berani maju untuk memotret narasumber.
Dalam paparannya, Sugeng Purwanto menyampaikan, menulis itu membuat seseorang tetap abadi. Walaupun dirinya mati, tulisannya menjadi warisan yang abadi. Bisa dibaca sepanjang masa. Sekarang ini media tempat menulis banyak sekali. Ada di FB, Twitter, Blog, website, Instagram, dan sejenisnya.
”Menulis itu mudah…..,” katanya. ”Bagi orang yang bisa menulis…” sambungnya yang memancing tawa peserta.
Syarat menulis, sambung dia, hanya 3M. ”Ada yang tahu apa itu 3M?” tanya mantan wartawan Surabaya Post ini.
Peserta menyahut,”Membaca…”
”3M itu ya cuma pertama menulis, kedua menulis, ketiga menulis,” ujarnya yang membuat peserta tertawa lagi sambil berujar,”Oalah…..”
Bagi penulis baru, ujar dia, paling susah memulai menulis. Maka menulis saja apa yang ada di pikiran. Ketika masih salah, menulis lagi sampai selesai. ”Kemudian baca. Kalau antar alinea tidak nyambung maka tambahi supaya runtut, yang salah hapus lalu perbarui, maka tulisan itu bisa selesai dengan baik,” katanya.
Dia kemudian memberi tips cara menulis paling mudah dengan bernarasi atau bercerita. ”Tulislah sebuah peristiwa seperti Anda bercerita secara runtut, sesuai kronologinya. Prinsipnya, memindahkan ucapan lisan menjadi tulisan,” kata Sugeng yang juga Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jatim.
Cara kedua, deskripsi. Kalau sudah bisa menulis secara narasi maka lengkapi data lebih detail. Itulah maknanya menulis cara deskripsi. ”Berlatih menulis dengan data lengkap. Mengamati secara teliti peristiwa, suasana, ungkapan, pernyataan, idiom, dan gerak dan gaya narasumber,” katanya.
Setelah menjelaskan dua cara menulis itu peserta langsung diminta praktik menulis satu alinea. Pertama menulis suasana pelatihan. Kedua menulis profil teman di sebelahnya. Hasilnya luar biasa. Ternyata semua peserta dengan cepat bisa menyelesaikan tugas dalam waktu lima menit.
Penulis Abu Nasir, Heni, Miftahul Ulum Editor Sugeng Purwanto