Cara Mengangkat Tangan bagi Wanita saat Takbiratul Ihram; Format Baru Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama; Oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA (NBM: 984477)
PWMU.CO – Tanya: Manakah yang benar, mengangkat tangan pada waktu takbiratul ihram dalam shalat bagi wanita, apakah setinggi atau sejajar bahu ataukah setinggi atau sejajar telinga? Mohon penjelasan!
Jawab: Sebelum menjawab pertanyaan Anda, terlebih dahulu kami paparkan petunjuk Rasulullah SAW mengenai mengangkat tangan pada saat-saat menunaikan shalat khususnya pada saat takbiratul ihram, seperti yang Anda tanyakan.
Hadits Ibnu Umar
وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا – قَالَ: ( كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ, ثُمَّ كَبَّرَ وَهُمَا كَذَلِكَ) (وَقَبْلَ أَنْ يَرْكَعَ) وَفِي رِوَايَةٍ: (وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ) وَفِي رِوَايَةٍ: (وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ) (رَفَعَ يَدَيْهِ) (حَتَّى يَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ كَبَّرَ وَهُمَا كَذَلِكَ رَكَعَ, ثُمَّ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْفَعَ صُلْبَهُ رَفَعَهُمَا حَتَّى يَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَقَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ) (رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ) (ثُمَّ يَسْجُدُ وَلَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي السُّجُودِ) (وَلَا حِينَ يَرْفَعُ رَأسَهُ مِنْ السُّجُودِ) وَفِي رِوَايَةٍ: (وَلَا يَرْفَعُهُمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ) (وَإِذَا قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ كَذَلِكَ حَذْوَ الْمَنْكِبَيْنِ)
Ibnu Umar ra. berkata: (Apabila Rasulullah saw. menunaikan shalat, beliau mengangkat kedua tangan sehingga setantang dengan kedua pundak, lalu takbir dan kedua tangannya dalam posisi seperti itu) (Nabi juga mengangkat tangan sebelum ruku’). Dalam riwayat lain: (Jika Nabi hendak ruku’). Dalam riwayat lain: (Saat takbir untuk ruku’) (beliau juga mengangkat tangan) (sehingga setantang dengan kedua pundak, lalu takbir dan kedua tangan dalam posisi seperti itu.
Kemudian jika Nabi hendak mengangkat tulang sulbinya –i’tidal-, beliau juga mengangkat tangan sehingga setantang dengan pundaknya sambil mengucapkan, samiallahu li man hamidahu) (rabbana wa lakal hamdu) (Kemudian Nabi sujud dan Nabi tidak mengangkat tangan sewaktu sujud) (dan juga tidak mengangkat tangan ketika bangkit dari sujud). Dalam riwayat lain: (Nabi tidak mengangkat tangan sewaktu antara dua sujud). (Jika Nabi saw. bangkit dari dua rakaatnya, beliau bertakbir sambil mengangkat tangannya sampai setantang dengan pundaknya). (HR Bukhari: 702, 703, 705, 706; Muslim: 390; Abu Dawud: 721, 722; Tirmidzi: 255; Nasai: 876, 877, 1057, 1059, 1182; Ahmad: 4540, 6175).
Hadits Malik bin Huwairits
وَعَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ اللَّيْثِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: ( كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ) (حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ وَفِي رِوَايَةٍ: (حَتَّى يَجْعَلَهُمَا قَرِيبًا مِنْ أُذُنَيْهِ) وَفِي رِوَايَةٍ: (حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ) وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ, وَإِذَا رَفَعَ رَأسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ فَقَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ, فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ) (وَإِذَا سَجَدَ) (وَإِذَا رَفَعَ رَأسَهُ مِنْ السُّجُودِ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ – كُلُّهُ يَعْنِي رَفْعَ يَدَيْهِ -) (حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ)
Malik bin Huwairits RA berkata: (Ketika Rasulullah saw. memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya) (sehingga setantang dengan kedua telinga. Dalam riwayat lain: (sehingga mendekati telinganya). Dalam riwayat lain: (sehingga mendekati ujung telinganya). Jika Nabi hendak ruku’, beliau juga mengangkat kedua tangan sehingga setantang telinganya, demikian juga ketia Nabi bangkit dari ruku’ –i’tidal- dan mengucapkan, samiallahu li man hamidahu, beliau juga mengangkat tangannya seperti itu) (Sewaktu sujud) (dan bangkit dari sujud, Nabi juga mengangkat tangan seperti itu juga. Yakni sehingga setantang dengan telinganya). (HR Muslim: 391; Abu Dawud: 745; Nasai: 1085, 1087, 1143; Ibnu Majah: 859; Ahmad: 15642, 15683,) 20550, 20554.
Hadits Wail bin Hujr
وَعَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: (قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فَقُلْتُ: لَأَنْظُرَنَّ) (إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي, فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ, فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى كَانَتَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ) وَفِي رِوَايَةٍ: (رَفَعَ يَدَيْهِ أَسْفَلَ مِنْ أُذُنَيْهِ) وَفِي رِوَايَةٍ: (حَتَّى حَاذَتَا أُذُنَيْهِ) وَفِي رِوَايَةٍ: (حَتَّى رَأَيْتُ إِبْهَامَيْهِ قَرِيبًا مِنْ أُذُنَيْهِ) …
Wail bin Hujr ra. berkata: (Aku datang ke kota Madinah dan berkata: Akan kupersaksikan –pada kalian- (tentang shalat Nabi. Aku saksikan Nabi menghadap ke kiblat, lalu bertakbir sambil mengangkat kedua tangan sehingga setantang dengan pundak). Dalam riwayat lain: (di bawah telinganya). Dalam riwayat lain: sehingga mendekati telinganya). Dalam riwayat lain: (ibu jari mendekati telinganya) … (HR Muslim: 401; Abu Dawud: 726, 737; Nasai: 879, 889, 932, 1102; Tirmidzi: 292; Ibnu Majah: 867; Ahmad: 18869).
Ditemukan juga hadits lain:
Hadits Ali
وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ, وَيَصْنَعُ مِثْلَ ذَلِكَ إِذَا قَضَى قِرَاءَتَهُ وَأَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ, وَيَصْنَعُهُ إِذَا رَفَعَ مِنْ الرُّكُوعِ, وَلَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ صَلَاتِهِ وَهُوَ قَاعِدٌ, وَإِذَا قَامَ مِنْ السَّجْدَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ كَذَلِكَ وَكَبَّرَ
Ali bin Abi Thalib ra. berkata: Apabila Rasulullah saw. mendirikan shalat fardhu, beliau takbir sambil mengangkat kedua tangan sehingga setantang dengan pundak. Nabi melakukan seperti itu juga apabila usai dari bacaan dan hendak ruku’. Nabi melakukan seperti itu juga ketika bangkit dari ruku’ –i’tidal-, dan beliau tidak mengangkat tangan saat duduk. Apabila bangkit dari dua rakaatnya, Nabi mengangkat tangan sambil takbir. (HR Abu Dawud: 774; Tirmidzi: 3423; Ibnu Majah: 864; Ahmad: 717).
Hadits Abu Humaid al-Sa’idi
وَعَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: ثُمَّ إِذَا قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ, كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ, كَمَا كَبَّرَ عِنْدَ افْتِتَاحِ الصَّلَاةِ
Abu Humaid al-Sa’idi ra. berkata: Jika Nabi saw. bangkit dari dua rakaat, beliau takbir sambil mengangkat kedua tangan sehingga setantang dengan pundak. Yakni sebagaimana saat beliau bertakbiratul ihram. (HR Abu Dawud: 730; Nasai: 1181; Ibnu Majah: 862; Ahmad: 23647).
Hadits Abdullah bin Zubair
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا – قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ الصَّلَاةَ, فَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى جَاوَزَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ
Abdullah bin Jubair ra. berkata: Aku menyaksikan Rasulullah saw. saat memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangan sehingga mendekati telinganya. (HR Ahmad: 16144).
Penjelasan
Dari paparan hadits-hadits di atas dapat dipahami sebagai berikut:
Pertama, saat-saat mengangkat kedua belah tangan dalam shalat adalah pada waktu takbiratul ihram, akan rukuk, dan bangkit dari rukuk (iktidal).
Kedua, tata cara mengangkat kedua belah tangan, adalah mengangkat kedua belah tangan hingga sejajar atau setantang dengan bahu, dan ibu jari kedua belah tangan sejajar dengan kedua daun telinga atau setantang dengan pundak.
Mengenai tata cara mengangkat tangan dalam shalat, khususnya dalam takbiratul ihram, menurut hadits-hadits di atas, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain tata cara mengangkat kedua belah tangan dalam takbiratul ihram baik bagi pria maupun wanita sama saja.
Mengenai hal ini, ditegaskan pula dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) halaman 82 sebagai berikut: Perhatian, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam cara melakukan shalat sebagai yang tersebut di atas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tata cara mengangkat kedua belah tangan pada saat takbiratul ihram bagi wanita sama dengan tata cara yang berlaku bagi pria. Yaitu mengangkat kedua belah tangan sehingga kedua belah telapak tangan setantang dengan bahu dan kedua ibu jarinya sejajar dengan daun telinga. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni