Senjata Doa dan Umat Islam yang Harus Berdaulat, Tafsir Al-Isra 80; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Ahmad Nasafi.
PWMU.CO – Asbabun nuzul Rasulullah hijrah ke Madinah disampaikan oleh Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik Anas Thohir MPdI dalam Gerakan Shalat Subuh Berjamaah (GSSB).
Acara bertema tema Masjid sebagai Sentral Pembinaan dan Pencerahan Umat Ini digelar di Masjid Taqwa GKB Gresik, Jawa Timur, Sabtu, (28/1/23).
Menurutnya, istilah asbabun nuzul atau asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata asbab dan nuzul. Secara etimologi, asbabun nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Mugeb Islamic Center (MIC) Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik Jawa Timur ini, Anas Thohir menjelaskan mengapa Rasulullah hijrah dan apa bekal yang diberikan Allah ketika Rasul hijrah.
Sembari memperbesar tampilan layar proyektor, Anas membacakan hadits tentang asbabul nuzul-nya surat al-Isra’ ayat 80 yang mendasari hijrahnya Rasul ke Kota Madinah.
Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Abbas:
كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- بِمَكَّةَ ثُمَّ أُمِرَ بِالْهِجْرَةِ فَنَزَلَتْ عَلَيْهِ )وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِى مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِى مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِى مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulunya di Mekkah dan beliau diperintahkan untuk berhijrah, lantas turunlah ayat (yang artinya), ‘Dan katakanlah: ‘Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong’.” (al-Isra’: 80).” (HR Tirmidzi No. 3139 dan Ahmad 1: 223).
Senjata Doa
Jadi, kata Anas Rasulullah diperintah hijrah itu dibekali doa. Doanya dimulai rabbi adhilnii. “Kalau Panjenengan berdoa tidak dimulai dari wa qul rabbi, tapi langsung dijujuk rabbi adhilni,” jelas Anas.
Selanjutnya Anas memberikan umpan kepada para jamaah, “Mengapa Rasulullah harus hijrah?” Alasannya, jawab Anas, karena waktu itu orang-orang kafir di Makkah berniat untuk membunuh Rasul, sehingga Rasul mendapat perintah untuk keluar dari Kota Makkah menuju Madinah.
“Ketika orang-orang kafir Makkah mengusir Nabi, Allah memberikan bekal doa. Jadi bekalnya bukan pedang, melainkan doa,” terang Guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik ini.
Anas menceritakan tatkala keputusan untuk membunuh Rasulullah SAW telah diambil, turunlah malaikat Jibril membawa wahyu Allah surat al-Isra’ ayat 80 lalu memberitahukan kepada Muhammad perihal rencana orang kafir tersebut seraya berkata, “Malam ini, kamu jangan berbaring di tempat tidur yang biasanya.” (mengutip Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad).
Menurut Anas, menukil dari kitab Tafsir Ibnu Katsir, maksud dari ayat ‘masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar’ adalah ketika kita masuk ke dalam sebuah masalah, maka hendaknya Allahlah yang mengeluarkan kita dari masalah itu dengan benar.
“Selain itu, maksud dari keluarkan aku secara keluar yang benar adalah matikanlah aku mati yang husnul khatimah. Jangan lupa, kematian itu ada yang sulit, nggak setiap orang bisa mengakhiri hidupnya dengan husnul khatimah. Makanya perlu doa (al Isra’: 80).” tegasnya.
Muhkraja shidqin yang kedua adalah, al hayaatu ba’dal maut. “Ya Allah, nanti setelah bangkit dari kubur itu bisa tegak pada kehidupan setelah mati,” ungkap Anas mwlanjutkan penjelasan al-Isra’: 80. Menurutnya, masih panjang perjalanan kita setelah mati, setelah bangkit dari kubur masih ada al hayatu ba’dal maut.
“Setelah mati itu ada kehidupan lagi. Yakni hisab, balasan, surga atau neraka. Masih lama perjalanan kita ini, masih lama,” jelas Anas.
Lalu waj’alni sulthanan nashira, kekuasaan yang menolong. Maksudnya adalah berdaulat. “Nabi ten Madinah niku nek mboten berdaulat mboten saget bangun peradaban, mboten saget bina umat (Nabi Muhammad ketika berada di Madinah, kalau tidak berdaulat tidak akan bisa membangun peradaban dan membina umat).Makanya kekuasaan itu penting!” terang Anas.
Menurut Anas, umat Islam saat ini sudah tidak kalah jumlah dari umat yang lain, tapi jangan sampai terlena dengan jumlah seperti kisah Perang Uhud. “Umat Islam itu yang penting mentes, bisa memberikan warna di kehidupan bermasyarakat. Setiap perkataannya dipertimbangkan, tutur kata dan tindak tanduknya mencerminkan orang beriman sehingga disegani masyarakat. Yang penting itu mentes,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni