PWMU.CO – Perguruan Muhammadiyah Bungah, Gresik, Jawa Timur, dipenuhi pendidik dan peserta didik berseragam Hizbul Wathan, Sabtu (4/2/2023).
Di antara yang berseragam itu, ada beberapa anak Sabah, Malaysia. Mereka bersekolah di SMA Muhammadiyah 3 (Smadiga) Bungah, Gresik.
Ditemui PWMU.CO, salah satu anak bernama Nur Atirah menceritakan, ia tiba di Smadiga pada 2 September 2022 lalu. “Tapi sebagian juga ada yang baru tiba 4 Sepetember,” ujarnya.
Ia bersama 15 temannya datang ke Smadiga untuk melanjutkan pendidikannya. Ada sebanyak sepuluh putri dan enam putra.
Awal menjalani pendidikan di Smadiga, ia mengaku agak bingung dengan perbedaan bahasa. “Misal kalau kamar mandi itu kami biasa menyebut tandas, lalu sandal itu slipan, kaus kaki itu stokin, dan lain-lain,” kata dia tersenyum.
Nur Atirah mengatakan, ia dan teman-temannya lahir di Sabah, Malaysia. “Namun kampung halaman kami sebagian besar Sulawesi Selatan, ada juga NTT dan NTB,” jelasnya.
Siswi yang suka public speaking dan menari itu mengatakan, ia dan teman-temannya menjalani pendidikan SD dan SMP di Sabah. “Tapi untuk SMA nya itu jauh, 12 kilo dari rumah dan fasilitas tidak memenuhi,” ungkapnya sedih.
Ia mengaku senang berkesempatan belajar di Smadiga. “Di sini gurunya lebih banyak, fasilitas juga banyak. Di sini banyak ekstrakurikuler juga,” ujarnya senang.
Sejak di Smadiga, Nur Atirah mengaku lebih bisa mandiri dan belajar mengatur pembiayaan sendiri. “Iya karena jauh dari orang tua,” ujarnya.
Awal beradaptasi dengan lingkungan di Smadiga, Nur Atirah terkejut dengan pembawaan orang Jawa yang suaranya tinggi. “Jadi agak terkejut dikira marah-marah, tapi sekarang sudah terbiasa,” kata dia tertawa.
Terkait pendidikan tinggi lanjutan, anak-anak Sabah ini punya keinginan dan mimpi besar. Mereka ingin melanjutkan pendidikan ke UGM, Unesa, Aceh, dan Sulawesi. Ada juga yang ingin menjadi pilot. (*)
Penukis Ria Pusvita Sari