NU Berharlah Muhammadiyah Berkiprah; Oleh drg Anisah Machmudah, alumnus Unair, tinggal di Gresik
PWMU.CO – Hari ini, Selasa 7 Februari 2023, selepas Subuh aku ingat hari ini ada peringatan Satu Abad NU di Sidoarjo. Aku mengajak suami keliling Kota Gresik, untuk ikut merasakan gairah bahagia warga Nahdliyin berkumpul menggalang ukhuwah.
Dengan mengendarai sepeda motor kami mulai keluar gang, menuju jalan raya. Kulihat kumpulan pria dan wanita berbusana putih dengan wajah ceria dan bersih memasuki tiga minibus yang berjejer. Kami bergerak ke Jalan Kartini.
Di sana terlihat empat minibus yang siap berangkat. Juga, di Jalan Panglima Sudirman, beberapa minibus juga berjejer. Masya Allah, masih pukul 05.00 tapi kemeriahan di hari ini sungguh terasa.
Aku sapa, “Assalamu ‘alaikum.” Berbarengan mereka menoleh dan menjawab, “Wa ‘alaikum salam.”
Respons mereka tak hanya menjawab salam, tapi disertai lambaian tangan. Senyum persaudaraan seagama terasa sangat manis.
Kucolek suami dan menggoda: “Tak ikut, Yah?”
“Kemarin sore teman-teman PCNU Kecamatan mengajak naik bus. Berangkat habis ashar. Beberapa ikhwan takmir masjid ada yang mendaftar, tapi ternyata sudah penuh,” kata suami.
Aku membayangkan pastilah penuh acara di Sidoarjo itu. Mungkin bisa seperti di Muzdalifah dan di jamarat saat musim haji. Bayangkan, beberapa kabupatan dan kota mengirim banyak orang. Gubernur Jawa Timur menggerakkan puluhan ribu bahkan ratusan ribu dari seantero Jawa Timur. Pasti berjubel. Namun, bila hati terpanggil datang pasti akan senang juga melaluinya.
Aku terlahir dari keluarga NU. Sekolahku mulai SD, di sekolah Muhammadiyah. Saat menikah, mendapat suami orang NU. Aku atau kami, amat paham tentang perbedaan di aspek furu’iyah. Bagi kami berdua, semua ada dalilnya. Kami tak akan mempertentangkannya. Perintah Allah menjadi pedoman.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (al-Hujurat [49]: 10).
Ramai juga di medsos, misal, Ketua Umum PBNU memberi apresiasi surat PWM Jawa Timur yang meminta semua Direktur RS Muhammadiyah dan Aisyiah untuk mengirimkan tim medis, obat-obatan serta ambulans pada 6 dan 7 Februari ke Sidoarjo untuk ikut mengawal kegiatan harlah NU. Tak lupa, disampaikan juga ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya teruntuk Saudara Tua kami Muhammadiyah.
Terkait hal di atas, beredar foto ambulans berderet dengan warna biru dan putih berlogo Muhammadiyah. Itu dari 28 RS lengkap dengah 56 tim medisnya.
Tak hanya bantuan medis dari Muhammadiyah. Ada juga hidangan yang nikmat. Juga, tempat istirahat yang nyaman bagi jamaah. Muhammadiyah Sidoarjo menyediakan penginapan gratis, parkir kendaraan, ribuan makanan, snack, teh dan kopi.
Elok nian membaca berbagai berita itu. Saudara Tua dan Saudara Muda saling menghargai, tak ada perselisihan. Inilah nikmat iman, selaras dengan firmanNya.
وَاَ طِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَنَا زَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang” (al-Anfal [8]: 46).
Hari ini kuikuti berita live streaming acara tersebut lewat link yang dikirim teman. Meriah dan penuh kekeluargaan. Semoga terjalin senantiasa persaudaraan dua ormas besar ini, untuk kebaikan negeri. Janganlah beda penafsiran di sisi furuiyyah dipertentangkan karena yang demikian itu diperbolehkan oleh ijtima ulama.
Atas semua itu jadi ingat firman-Nya agar kita tidak berpecah-belah, supaya kita tidak bercerai-berai. Sebaliknya, harus saling berpegang erat pada tali Tauhid yang satu.
وَا عْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai” (Ali ‘Imran [3]: 103).
Terakhir, hal yang pasti, tetaplah memedomani Kitabullah Al-Qur’an. Jadikan Kitab Suci itu sebagai pegangan, untuk terwujudnya ummatan wahidah – ummat yang satu yaitu ummat Muhammad SAW. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni