Logika Keimanan Abu Bakar pada Peristiwa Isra Mikraj; Oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berdasarkan hadits sebagai berikut:
عن عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها: لما أُسرِيَ بالنبيِّ إلى المسجدِ الأقْصى ، أصبح يتحدَّثُ الناسُ بذلك ، فارتدَّ ناسٌ ممن كانوا آمنوا به ، و صدَّقوه ، و سَعَوْا بذلك إلى أبي بكرٍ ، فقالوا : هل لك إلى صاحبِك يزعم أنه أُسرِيَ به الليلةَ إلى بيتِ المقدسِ ؟ قال : أو قال ذلك ؟ قالوا : نعم ، قال : لئن كان قال ذلك لقد صدَقَ ، قالوا : أو تُصَدِّقُه أنه ذهب الليلةَ إلى بيتِ المقدسِ و جاء قبل أن يُصبِحَ ؟ قال : نعم إني لَأُصَدِّقُه فيما هو أبعدُ من ذلك ، أُصَدِّقُه بخبرِ السماءِ في غُدُوِّه أو رَوْحِه ، فلذلك سُمِّي أبو بكٍر الصِّديقَ رضي الله عنه. رواه الحاكم، وعبد الرزاق في المصنف، والآجري في الشريعة. وقال الألباني في السلسلة الصحيحة.
Dari Aisyah Ummul Mukminin Radliyallahu ‘anha berkata: Saat nabi saw diisro’kan ke Masjid Aqsa, paginya orang orang membicarakannya, ada beberapa orang yang murtad yang sebelumnya beriman dan membenarkannya kemudian pergi ke Abu Bakar dan berkata, apa pendapatmu tentang temanmu yang mengaku bahwa dia semalam melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis? Abu Bakar berkata, apakah dia mengatakan itu? Mereka menjawab, ya. Abu Bakar pun berkata, kalau beliau telah mengatakan itu, maka benar. Mereka berkata, apakah kamu mempercayai pergi ke Baitul Maqdis semalam kemudian sudah datang sebelum paginya? Abu Bakar berkata, ya sungguh saya mempercayainya dalam hal yang lebih jauh dari itu, saya mempercayainya pada berita dari langit siang atau malam. Untuk itulah Abu Bakar dinamakan Assiddiq, orang yang percaya. (HR Hakim)
Isra Mikraj, Tamasya Rasulullah
Peristiwa Is’ra’ Mikraj selalu diperingati oleh segenap kaum Muslimin. Peristiwa ini merupakan peristiwa yang memiliki latar belakang kesedihan Rasulullah yang sangat mendalam yaitu ketika orang-orang yang selama ini membela dakwah Rasulullah telah dipanggil oleh Allah yaitu Paman Beliau Abu Thalib dan istri Beliau Khadijah, tahun ini disebut dalam sejarah sebagai Amul Huzn yakni tahun kesedihan.
Setelah itu beliau juga berdakwah ke Thaif dan juga ditolak mentah-mentah oleh penduduk Thaif. Rentetan peristiwa inilah kemudian Rasulullah di-Isra’ dan Mi’rajkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Peristiwa ini basa jadi sebagai bentuk tamasya istilah sekarang ini yaitu ketika seseorang merasa jenuh dari berbagai aktifitas rutinnnya. Tetapi peristiwa Isra’ Mi’raj jauh lebih penting dari semua itu karena bukan hanya sebuah perjalanan di atas bumi, akan tetapi sampai perjalanan ke langit.
Peristiwa Isra’ ini disampaikan oleh Allah dalam Firman-Nya:
سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (al Isra’ : 1)
Peristiwa Mi’raj disampaikan oleh Allah dalam Firman-Nya:
وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ ١٣ عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ ١٤ عِندَهَا جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ ١٥ إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ ١٦ مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ ١٧ لَقَدۡ رَأَىٰ مِنۡ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلۡكُبۡرَىٰٓ ١٨
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (an Najm: 13 – 18)
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Beliau adalah sahabat karib Rasulullah. Beliau pula yang menemani perjalanan hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Pembelaan beliau kepada Rasulullah yang sekaligus sebagai bukti cinta beliau kepada Allah dan Rasul-Nya nyaris sempurna. Sehingga secara khusus Allah menurunkan ayatnya untuk beliau saat peristiwa di Gua Tsur saat Hijrah.
إِلَّا تَنصُرُوهُ فَقَدۡ نَصَرَهُ ٱللَّهُ إِذۡ أَخۡرَجَهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ ٱثۡنَيۡنِ إِذۡ هُمَا فِي ٱلۡغَارِ إِذۡ يَقُولُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحۡزَنۡ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَاۖ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَيۡهِ وَأَيَّدَهُۥ بِجُنُودٖ لَّمۡ تَرَوۡهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلسُّفۡلَىٰۗ وَكَلِمَةُ ٱللَّهِ هِيَ ٱلۡعُلۡيَاۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ٤٠
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (at-Taubah: 40)
Termasuk dalam peristiwa Isra’ Mi’raj itu, sebagaimana tergambar pada hadits di atas, Abu Bakar mendapat gelar ash-Shiddiq adalah karena di antaranya peristiwa iini. Di saat banyak orang semakin tidak beriman kepada Rasulullah karena peristiwa ini karena dianggap tidak sesuai logika mereka, Abu Bakar beriman 100persen. Bahkan beliau menyampaikan sekiranya lebih jauh dari itu beliau tetap beriman kalau yang menyampaikan adalah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salllam.
وَٱلنَّجۡمِ إِذَا هَوَىٰ ١ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ ٢ وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ ٣ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ ٤ عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ ٥ ذُو مِرَّةٖ فَٱسۡتَوَىٰ ٦ وَهُوَ بِٱلۡأُفُقِ ٱلۡأَعۡلَىٰ ٧ ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ ٨ فَكَانَ قَابَ قَوۡسَيۡنِ أَوۡ أَدۡنَىٰ ٩ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَىٰ عَبۡدِهِۦ مَآ أَوۡحَىٰ ١٠ مَا كَذَبَ ٱلۡفُؤَادُ مَا رَأَىٰٓ ١١ أَفَتُمَٰرُونَهُۥ عَلَىٰ مَا يَرَىٰ ١٢
Demi bintang ketika terbenam. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? (an-Najm: 112)
Shalat, Mikraj Mukmin
Kalimat di atas bukanlah hadits Nabi, akan tetapi menjadi kesimpulan di antara para ulama. Sebagaimana pada peristiwa Isra’ Mikraj di atas, Rasulullah mendapatkan perintah shalat yang awalnya 50 waktu menjadi lima waktu, dan lima waktu ini sepadan dengan 50 waktu.
Begitulah selalu kami sampaikan betapa besarnya kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Sekaligus dalam rangka menjalani kehidupan ini setiap manusia butuh memiliki sandaran kepada Yang Maha Kuasa, maka shalat merupakan media utama yang diperintahkan oleh Allah kepada hamba-Nya. Shalat merupakan hidangan yang super lezat jika dijalankan dengan baik dan benar.
إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدۡنِي وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ ١٤
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaha; 14)
Shalat merupakan ibadah terpenting dan paling utama di antara ibadah lainnya yang harus dijaga terutama kualitasnya. Kualitas shalat tercermin dari sikapnya dalam menghadapi kehidupan ini, termasuk tercermin pada sifatnya kepada sesamanya. Sehingga kualitas shalat dapat terlihat dari adanya perubahan sikap dan sifat pada pribadi seorang Muslim.
Rasulullah menggambarkan dalam hadits lainnya adalah shalat digambarkan sebagai sungai tempat mandi, apabila seseorang mandi di sungai setiap hari 5 waktu, kira-kira masih adakah kotoran yang menempel padanya? Maka para sahabat pun paham bahwa shalat adalah media penyucian diri lahir dan batin. Sampah-sampah dalam jiwa harus dibuang sehingga jiwa ini menjadi bersih dan suci.
Demikianlah hikmah terpenting dari peristiwa Isra’ Mikraj, semoga kita dijadikan oleh Allah menjadi hamba yang menegakkan shalat dan juga keturunan kita semua, amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Logika Keimanan Abu Bakar pada Peristiwa Isra Mikraj adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 9 Tahun XXVII, 17 Februari 2023