PWMU.CO – Bagi (sebagian) umat Islam, salah satu yang menjadi persoalan ketika bepergian ke luar negeri—khususnya ke negeri-negeri non-Muslim, seperti Hongkong atau Tiongkok—adalah masalah makanan halal.
(baca: Temuilah Leluhur Muslim sampai ke Negeri China dan Ketika Ada Dua Arah Kiblat Shalat di Bandara Internasional Beijing)
Ketika rombongan muhibah ormas Jatim ke Tiongkok sedang transit di Bandara Hongkong, Kamis (6/4), masalah itu juga mengemuka.
Burnadi, salah seorang peserta dari Masjid Haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya, sempat menyampaikan keraguan untuk memakan daging ayam saat makan siang di restoran OldTown White Coffee yang ada di bandara. Padahal di kedai itu ada label halal (dalam tulisan Arab). Menurutnya, karena bukan di negara Muslim, maka tak bisa dipastikan apakah ayam tersebut disembelih secara syari atau tidak.
(Baca juga: Pengalaman Terkecoh Mengikuti Jumatan Unik di Masjid Niu Jie Beijing Tiongkok)
Wakil Ketua PWM Jatim Dr Syamsuddin, anggota rombongan lain, yang kebetulan makan bareng dengan Burnadi menyarankan agar tidak usah ragu karena jelas-jelas ada label halal di restoran tersebut.
Kepada pwmu.co yang juga ikut rombongan, dosen Universitas Islan Negeri Sunan Ampel Surabaya ini mengatakan bahwa label halal yang dikeluarkan ‘MUI’ setempat harus dipercaya.
“Itu sudah merupakan ikhtiar kita,” ujarnya. Menurut Wakil Ketua yang membidangi Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpunan Wilayah Muhammadiyah Jatim itu, kalau ternyata setelah berikhtiar ke sana ke mari tidak menemukan restoran yang berlabel halal, maka ada dua langkah yang bisa dilakukan.
“Pertama, hindari makanan sembelihan. Misalnya makan roti atau mie,” ujarnya. Kedua, jika terpaksa harus makan daging sapi atau ayam, maka bisa dihukumi boleh, sebagaimana bolehnya makanan (sembelihan) yang dihidangkan oleh Ahli Kitab. “Tapi kalau jelas-jelas yang dihidangkan babi, jangan dimakan,” tuturnya.
Orient Express, Tour and Travel yang menangani rombongan ormas Islam dalam muhibah ke Tiongkok ini memang menjamin bahwa dalam perjalanan ke Negeri Komunis itu akan disediakan makanan halal.
(Baca juga: Tanpa Babi di Nui Jie, Jalan Sapi Beijing)
“Kami telah survey dan siap menghidangkan makanan halal dalam kunjungan ini,” kata Sidik Gondohartono, pimpinan travel yang langsung terjun mendampingi rombongan.
Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya, pemrakarsa acara ini, untuk kali ke-6 mengajak pimpinan ormas Islam Jatim untuk mengunjungi komunitas Muslim Tionghoa. Kali ini ada 21 peserta yang terdiri dari MUI, Muhammadiyah, NU, dan Masjid Cheng Hoo.
Kembali pada makanan, sepertinya soal halal bagi umat Islam yang bepergian di luar negeri semakin tidak bermasalah. Seperti dalam penerbangan Cathay Pacific Hongkong-Beijing, sebelum membagikan makanan, sang pramugari bertanya, apakah Muslim atau tidak. Jadi, bepergian ke Negeri China, siapa ikut, eh … siapa takut? (MN)