Prof Abdul Mu’ti: Jangan Ada Muhammadiyah Sempalan dan Aisyiyah Tandingan; Liputan Kontributor Jember Muhammad Fajar Al Amin
PWMU.CO – Prof Abdul Mu’ti berpesan agar jangan ada Muhammadiyah sempalan dan Aisyiyah tandingan.
Itulah salah satu pesan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Multi pada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Jember yang akan menyelenggarakan Musyda Ke-11 di Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember Ahad (26/2/2023).
Abdul Mu’ti menyampaikan hal itu dalam Tabligh Akbar Semarak Musyda Ke-11 Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Jember di Alun-Alun Tanggul, Sabtu (18/2/2023).
“Saya sedikit menambahkan untuk acara Musyda yang akan dilaksanakan nanti,” ujarnya.
Pertama, sukseskan Musyda di Jember. Laksanakan dengan tujuan utama dalam bermusyawarah ini tidak bergantung pada sinten dan tidak bergantung pada pinten. NPWP (nomor piro wani piro) itu tidak penting bagi Muhammadiyah. “Karena itu di Muhammadiyah sudah sering berganti pimpinan dengan gaya yang berbeda-beda, tapi tetap dengan sistem yang sama,” tegasnya.
Kedua dalam bermusyawarah ini selain memilih pimpinan juga bertujuan untuk melaksanakan program-program. Turunan program itu ada tiga. Yaitu putusan MuktamarMuhammadiyah, putusan Musywil Jawa Timur, dan program yang akan dibuat oleh PDM dan PDA Jember sesuai dengan konteks dan kebutuhan masyarakat local.
“Karena itu boleh ada variasi, pengembangan, atau penajaman. Karena Muhammadiyah ini harus berakar, menjadi pohon yang indah. Karena akar yang baik akan menumbuhkan pohon yang indah, cabang dan ranting yang bagus,” jelasnya.
Pakai Evoting, Jangan Biting
Ketiga, Musyda harus menggambarkan teknologi, seperti saat Muktamar dan Musywil yang sudah menggambarkan teknologi dengan penggunaan evoting. Jadi di Musyda Jember juga harus pakai evoting. Jangan ngitung biting (lidi)Musyda Mu. Karena kalau ngitung biting itu banyak lupanya dan kelirunya. Tapi kalau pakai evoting sudah pasti tidak akan salah nama dalam memilih.
“Begitu juga dengan sistem absensinya, kalau di Muktamar sudah pakai scan barcode, tak perlu lagi antre tanda tangan ngisi blangko. Apalagi di sini sudah ada Universitas Muhammadiyah Jember, yang saat ini terus meningkat kualitasnya,” kata dia.
Keempat, usai Musyda, semuanya harus kembali merapatkan barisan. Jangan sampai nanti ada Muhammadiyah sempalan. Jangan sampai nanti ada Aisyiyah tandingan. Kekuatan Muhammadiyah itu ada pada kerukunan dan ukhwah-nya.
“Karena itu siapapun nanti yang terpilih, siapapun nanti yang ditetapkan menjadi pimpinan, itulah rais kita. Itulah imam kita. Ini penting sebab kadang-kadang ada peristiwa permusyawaratan itu justru menjadi awal terjadinya perpecahan karena rasa tidak puas dengan mereka yang terpilih,” tuturnya.
Muhammadiyah Tak Boleh Terpecah
Siapapun nanti yang terpilih, Prof Mu’ti melanjutkan, merekalah pimpinan kita. Dan pimpinan itu di Muhammadiyah harus kita ikuti. Harus kita taati. Karena di antara ciri identitas di Muhammadiyah itu adalah taat pada pimpinan. Dan ciri Muhammadiyah itu bergembira di dalam berorganisasi.
“Jangan sampai Muhammadiyah ini pecah, karena Muhammadiyah ini tidak besar dalam jumlah, tetapi Muhammadiyah insyaallah harus berusaha menjadi kelompok minoritas kreatif.Jumlahnya kecil tetapi kreatif dengan amal usaha, kegiatan yang bermanfaat. Itulah Muhammadiyah minoritas kreatif,” tegasnya.
Tapi, lanjutnya, tidak boleh minder, inferior karena jumlahnya kecil. Karena al-Quran memberikan kita keyakinan “kam minfiatin khalilatin ghalabat fiatan katsira“. Berapa banyak kelompok kecil yang mereka bisa mengungguli kelompok yang jumlahnya besar. Inilah prinsip yang Muhammadiyah yakini dengan tuntunan Allah ini. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni