Ketua PWM Jatim Puji Fakta di Lumajang: Bupati NU, Wabup Muhammadiyah, liputan kontributor PWMU.CO Kabupaten Lumajang Chindy Vionariska.
PWMU.CO – Doktrin perjuangan di Muhammadiyah itu ada lima. Yaitu tauhid, menggerakkan kecerdasan, memobilisasi amal usaha Muhammadiyah, kerja sama dalam hal kebaikan dan ketakwaan, serta menjauhi politik praktis.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr dr Sukadiono MM saat memberikan sambutan pada Musyda Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Lumajang Jawa Timur, Ahad (19/2/2023).
Namun Sukadiono memberikan penekanan pada doktrin kerja sama dalam hal kebaikan dan ketakwaan. Menurutnya ada empat dimensi dari doktrin keempat ini. Pertama adalah kerja sama internal Muhammadiyah.
“Artinya kerja sama dengan seluruh komponen yang ada di persyarikatan Muhammadiyah. Baik itu majelis lembaga, organisasi ortonom yang ada di persyarikatan Muhammadiyah atau mungkin juga seluruh amal usaha yang ada di Muhammadiyah harus bisa bekerja sama antara satu dengan yang lain,” ujarnya.
“Gedung tempat pelaksanaan Musyda ini adalah implementasi dari kerjasama internal Muhammadiyah. Dimana SMK Muhammadiyah Lumajang memberikan fasilitas kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) untuk melaksanakan Musyda di tempat yang membanggakan ini,” tambahnya.
Bupati NU Wabup Aisyiyah
Yang kedua, lanjutnya, dimensi kerja sama antara Muhammadiyah dengan ormas di luar Muhammadiyah. Sangat dianjurkan Muhammadiyah bekerja sama dengan NU, LDII, Al Irsyad dan ormas-ormas di luar Muhammadiyah.
“Terutama kerja sama dengan NU, saya kira sudah terimplementasi di Lumajang. Dari sisi pemerintahan pun Pak Bupati (Thoriqul Haq MML) yang merupakan tokoh atau kader NU kemudian berduet dengan tokoh atau kader Muhammadiyah atau kader Aisyiyah (Wakil Bupati [Wabup] Ir Indah Amperawati MSi). Ini adalah implementasi yang luar biasa,” ungkapnya.
“Termasuk juga kerja sama dalam hal program-program yang mungkin bisa disinergikan antara Muhammadiyah dengan NU, antara Aisyiyah dengan Muslimat, atau mungkin dengan ormas-ormas yang lain. Maka inilah implementasi dari doktrin perjuangan Muhammadiyah dimensi yang kedua,” imbuhnya.
PWM, sambungnya, sangat paham inilah implementasi doktrin keempat dimensi kedua yang luar biasa yang terjadi di Lumajang ini. Tetapi saya kira tidak cukup dengan Cak Thoriq dan Bunda Indah. Tetapi antara Muhammadiyah dengan NU, Muhammadiyah dengan ormas yang lain, Aisyiyah dengan Muslimat, harus membuat sinergi program. Tentu program-program ini adalah untuk membantu Pemerintah Kabupaten Lumajang.
“Mungkin dalam peningkatan derajat kesehatan dan peningkatan sumber daya manusia yang ada di Lumajang. Kalau sudah Muhammadiyah dan NU bersatu dan mungkin juga ormas-ormas yang lain, maka Insyaallah kondusifitas akan tetap terjaga. Ini seperti ditunjukkan Cak Thoriq dan Bunda Indah,” jelasnya.
Dimensi yang ketiga, adalah kerjasama antara Muhammadiyah dengan umat di luar Islam. Muhammadiyah dibolehkan kerjasama dengan umat Nasrani, Hindu, Buddha dan yang lainnya. Tentu dalam koridor bukan masalah akidah dan masalah ibadah.
Keinginan Founding Father
Dimensi yang keempat, ujarnya, adalah kerja sama antara Muhammadiyah dengan pemerintah, TNI dan Polri. Muhammadiyah mendukung atau bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk bisa melaksanakan program-program yang bisa meningkatkan kemaslahatan atau kesejahteraan umat.
“Maka itulah yang diinginkan oleh para founding father Muhammadiyah. Doktrin perjuangan di Muhammadiyah ini adalah dibuat oleh para pendahulu kita yang sangat paham dan yakin akan perkembangan jaman, di mana Muhammaddiyah tidak akan bisa bekerja sendiri. Muhammadiyah harus tetap bisa bekerja sama dengan pemerintah, TNI dan Polri,” terangnya.
Tentu di tingkat kabupaten seperti Kabupaten Lumajang ini, Muhammadiyah dan Aisyiyah harus bisa mensupport dan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Lumajang. Karakter Muhammadiyah terhadap pemerintah itu adalah kritis kooperatif. Dalam arti memberikan masukan bila ada kebijakan pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten yang tidak berpihak pada rakyat.
“Maka PDM dan PDA pun wajib memberikan masukan. Tetapi bukan kontradiktif konfrontatif. Kalau ada kemudian orang menamakan dirinya Muhammadiyah, tetapi kemudian melaksanakan atau menyimpang dari karakter asli Muhammadiyah. Hal-hal yang kontradiktif konfrontatif berarti dia tidak paham dengan doktrin perjuangan di Muhammadiyah,” urainya.
Maka sebagai warga Muhammadiyah dan juga sebagai Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Sukadiono menghimbau sinergi dengan Pemerintah Kabupaten Lumajang tetap kritis kooperatif.
“Insyaallah apa yang sudah ditunjukkan keakraban PDM dan PDA dengan Cak Thoriq dan Bunda Indah, saya kira semua ini adalah implementasi dari doktrin perjuangan yang keempat dimensi yang keempat. Ini luar biasa,” paparnya.
Harus Lapang Dada
Kedua, Sukadiono berpesan bahwa berjuang di Muhammadiyah itu tidak gampang, mesti banyak tantangan. Nek apik durung mesti dipuji atau dilem. Ya nek salah titik wes dadi catatan. Tapi nek apik koyok opo belum tentu itu dipuji. Maka kita harus berlapang dada.
Di Muhammadiyah itu doktrin pertama adalah doktrin tauhid, Karakteristik yang pertama adalah tetap juga meneguhkan ketauhidan. Kenapa harus meneguhkan ketauhidan? Karena berjuang di Muhammadiyah itu banyak tantangan.
“Tetapi sebagai Muhammadiyah, sebagai pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah kita tidak boleh lemah dan menyerah terhadap tantangan yang akan kita hadapi di masa yang akan datang. Makanya perhatikan surat Fussilat ayat 30. Allah katakan inilah doktrin ketauhidan yang harus menjadi pegangan warga Muhammadiyah, apalagi pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah,” tuturnya.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan rob kami Tuhan kami adalah Allah kemudian dia istiqamah, pegang teguh keyakinannya itu,” sitirnya.
Inilah doktrin ketauhidan yang luar biasa. Maka Allah akan memerintahkan malaikat untuk memberikan penguatan kepada orang-orang yang sedang menghadapi tantangan. Jangan kamu takut, jangan kamu gelisah, nanti di akhirat, malaikat akan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang berjuang pantang menyerah itu dengan surga yang Tuhan janjikan.
“Apapun tantangannya, kata Allah yang akan mengurusi kamu di dunia dan di akhirat kelak artinya apa yang sudah kita perjuangkan. Makanya di dalam surat Al-Ankabut, “Siapa yang bersungguh-sungguh berjuang berjihad di jalanKu dalam rangka mencari keridhoan Aku, maka pasti akan Aku tunjukkan jalan-jalan kesuksesan, jalan-jalan untuk keluar dari berbagai macam kesulitan.”
Ciri Kesuksesan Pemimpin
Artinya apa, jika kita mungkin berjuang menghadapi tantangan maka ikhtiar kerja keras itulah yang harus kita lakukan supaya tantangan itu bisa segera terlepas dari diri kita. Manakala Allah Belum menunjukkan jalan-jalan kesuksesan atau jalan keluar dari kesulitan itu mungkin kita belum maksimal dalam ikhtiar kita untuk menghadapi tantangan.
“Maka di situlah berjuang di Muhammadiyah itu, tantangannya dari hari ke hari, dari tahun ke tahun akan semakin berat maka dibutuhkan doktrin ketauhidan yang luar biasa. Tauhid yang bagus akan membuat hati kita berlapang dada, apapun kritikan apapun cemoohan yang akan diberikan kepada kita ketika kita sedang berjuang, maka kita akan berlapang dada dan insya Allah kita akan bisa membuktikan hasil perjuangan yang kita lakukan,” jelasnya.
Menurutnya pesan ketiga dan terakhir, yaitu ada lima ciri kesuksesan seorang pemimpin. Dia mencoba mengaitkan dengan tulisan Hermawan Kertajaya, Tumbuh dengan Karakter.
“Pemimpin atau pimpinan akan dikatakan sukses ada lima ciri. Yaitu change, dream, empowering, uswah atau menjadi contoh, dan cinta itu bagian dari seni kepemimpinan,” jelasnya. (*)
Ketua PWM Jatim Puji Fakta di Lumajang: Bupati NU, Wabup Muhammadiyah; Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.