PWMU.CO – Rasa bahagia Musodik tak terkirakan. Setelah sarapan pagi di Beijing Wuhuan Hotel hanya berlauk telur rebus plus sambal instan yang dibawa dari Tanah Air, saat di restoran muslim yang berada di Jalan Niu Jie Beijing, Jumat (7/4) siang, ia bisa ‘balas dendam’.
Aneka masakan halal yang disediakan dia cicipi semua. Dari sup, ‘krengsengan’ daging, ayam, hingga telur dadar dan menu lainnya yang tak dikenal namanya.
(Pengalaman Terkecoh Mengikuti Jumatan Unik di Masjid Niu Jie Beijing Tiongkok)
Sekretaris Eksekutif Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim itu mengaku membawa sambal karena dia termasuk ‘rewel’ soal menu. Ditambah dengan masalah halal dan haram di China, maka sambal itu mendapat pembenaran.
Saat di hotel, bukan berarti hanya ada sajian telur rebus. Tapi karena menunya ‘aneh-aneh’ dan ada yang mengandung babi, maka dia cukup aman dengan telur rebus. Tapi pada makan siang di restoran yang berlabel halal itu, ia—dan juga peserta lainnya—seperti mendapatkan kebebasan kembali. Bukan saja menunya 100 persen halal, tapi cita rasanya mirip dengan masakan nusantara.
(Baca juga: Ketika Ada yang Ragu Makan Daging Ayam di Hongkong)
Di Jalan Nui Jie, di samping terdapat masjid tertua dan terbesar di Beijing, berderet restoran dan supermarket muslim. Menurun Liem Oujen, pengurus Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya yang menjadi ketua rombongan, Nui Jie memang menjadi pusat komunitas terbesar di Beijing.
Nama Nui Jie sendiri bermakna Jalan Sapi. “Disebut jalan sapi karena kawasan ini bertebaran restoran muslim yang menyajikan menu daging sapi dan makanan halal lainnya. Jadi bisa bebas dari makanan yang mengandung babi,” katanya kepada pwmu.co, Sabtu (8/4).
(Baca juga: Temuilah Leluhur Muslim sampai ke Negeri China dan NU-Muhammadiyah Kompak Jamak Qashar di Hongkong International Airport)
Cukup mudah mengenali restoran atau supermarket Muslim, di samping ada tulisan Arab-nya, warna hijau juga menjadi penanda.
Beberapa rombongan juga sempat dikejutkan oleh sebuah antrian panjang di salah satu toko. Selidik punya selidik, ternyata mereka antri membeli aneka daging dan roti halal di toko yang menuliskan ‘Al Atimah Muslim’ dalam bahasa Arab yang artinya makanan untuk muslim (seharusnya Al Atimah Al Islamiyah).
Beberapa restoran halal juga memampang tulisan kaligrafi Arab seperti ‘bismillah’ atau ‘lailahaillallah’. (Nurfatoni)