PWMU.CO – Secara historis, agama Kristen pertama kalinya masuk ke Indonesia bersamaan dengan datangnya kolonialisme atau penjajah. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo Masyhud mengungkapkan para penjajah dari Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda datang dengan strategi yang begitu rapinya.
Kristolog asal Sidoarjo ini pun menuturkan, waktu Indonesia masih berbentuk kerajaan, para penjajah datang dan kemudian menguasai indonesia. Selama lebih dari tiga abad lamanya, para penjajah menguras kekayaan alam Indonesia sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen. ”Selain tertarik dengan kekayaan alam Indonesia yang begitu melimpah, misi lain dari para penjajah adalah menyebarkan agama kristen ke daerah jajahannya,” ungkapnya.
(Berita terkait: Ini Cara Misionaris Alihkan Keyakinan Umat Islam dan Ceramah di Malaysia, Dai Ini Kisahkan Gagalnya Kristenisasi di Indonesia)
Masyhud menambahkan, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia merupakan ladang subur bagi kolonialisme sekaligus target bagi para misionaris untuk melakukan Kristenisasi. ”Indonesia itu ibaratnya adalah bunga desa yang banyak dipuja dan menjadi rebutan,” paparnya dalam Kajian Ahad Pagi di masjid TPI Nurul Huda jl M Panjaitan XV/5 PRM Penanggungan, Klojen Kota Malang (2/4).
Lebih lanjut Masyhud menyatakan bahwa perusahaan Belanda di Hindia Timur yang dibentuk pada tahun 1602 bernama VOC itu merupakan wakil imperialisme barat di kawasan Asia Tenggara. Latourette dalam buku ‘A History of Cristianity’ mengakui bahwa agama Kristen memainkan peran penting dalam penyebaran prinsip, kaidah dan kebijakan-kebijakan imperialisme barat. Bahkan, pada tahun 1661, VOC dengan tegas melarang umat Islam Indonesia untuk melaksanakan ibadah Haji.
”Larangan Haji ini merupakan realisasi dari anjuran Bogart, seorang penganut Kristen Katolik ekstrim di parlemen Belanda. Ia menilai bahwa mereka yang berhaji sangat berbahaya secara politis dan lebih baik menembak mati para haji itu,” tegas Masyhud.
(Baca juga: Kisah Heroik Pendirian Masjid ‘Umar Farouq’ di Daerah Kristenisasi)
Dalam menjalankan misi Kristenisasi, VOC juga meniru cara-cara yang dilakukan oleh bangsa Spanyol dan Portugis. Pertama, dengan cara memaksa rakyat pribumi untuk menerima ajaran Kristen. Sebaliknya, jika ada warga negara Belanda (penjajah) yang masuk Islam, maka akan dihentikan segala perbelanjaannya. Bahkan, mereka akan ditangkap dan dikeluarkan dari wilayahnya.
Kaum imperialis ataau penjajah juga memberikan perlindungan kepada para misionaris dengan memberikan posisi penting di masyarakat. Sehingga ketika Indonesia merdeka, orang orang Kristen menduduki jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan. ”Tak heran jika umat Kristen memiliki posisi dan pengaruh besar dalam percaturan politik pasca Indonesia merdeka,” terangnya.
Di samping itu, para penjajah juga menerapkan strategi perimbangan dengan menciptakan dan merekayasa daerah yang disebut sebagai basis agama Kristen. Seperti daerah Kristen Batak untuk mengimbangi Islam di Aceh. Kemudian, membangun kawasan Bromo yang penduduknya bukan muslim untuk mengimbangi Islam di Pantura, dan daerah Kristen di Sulawesi utara untuk mengiimbangi Islam di Makasar, serta memperkuat image Kristen di Toraja. Bahkan, untuk dapat mengimbangi Gorontalo, Belanda mendatangkan orang China daratan ke Manado.
”Sebenarnya 40 persen penduduk di kawasan ciptaan itu adalah Muslim. Tapi, dibuat seakan-akan Kristen semua. Itu merupakan peninggalan penjajah Belanda,” jelas Masyhud.
Masyhud lantas mengingatkan agar senantiasa waspada karena musuh-musuh Islam akan selalu mengincar. Termasuk umat Kristen. Seperti yang terdapat dalam al-Qur’an Surat Al-Hasr Ayat 14 yang artinya: ‘Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti’. (uzlifah/aan)