PWMU.CO – Kemenangan Jokowi sebagai presiden dalam pilpres kemarin, juga kemenangan calon-calon yang tidak diunggulkan dalam pemilihan umum di Indonesia merupakan fenomena unik dalam kajian politik. Sebagian pihak menilai itu adalah wujud munculnya budaya tanding di masyarakat akibat kebosanan pada figur kader partai politik. Fenomena ini disebut muncul karena karakter masyarakat yang melodramatik.
Kang Yoto, panggilan akrab Suyoto, Bupati Bojonegoro yang juga merupakan perumus inti konsep Dakwah Kultural Muhammadiyah pada Tanwir Bali menjelaskan politik melodramatik ini di hadapan kader Pemuda Muhammadiyah Gresik dalam kegiatan Rakerda II yang berlangsung di Aula Unmuh Gresik, Sabtu (8/4) kemarin.
(Baca: Diundang Pemuda Muhammadiyah Gresik, Tiga Parpol Kritik Demokrasi yang Buntu)
“Masyarakat seperti tidak peduli pada figur yang berkualitas. Pokoknya seseorang itu ekstrim, misalnya suka marah-marah, atau sekalian lucu, maka akan dipilih. Mengapa itu terjadi ya karena marketnya, pasarnya, juga melodramatik,” terang Kang Yoto. Karakter masyarakat melodramatik adalah sifat yang mudah terharu, ingatan jangka pendek, mudah bosan, dan cenderung mengambil sikap berhadap-hadapan.
Di kawasan perkotaan dengan masyarakatnya yang sudah terpapar teknologi informasi, tingkat melodramatiknya jauh lebih besar daripada masyarakat rural (perdesaan). “Saya ini kuatnya di narasi (kata-kata-red), saya bukan melodramatik. Tapi mengapa saya bisa menang di Bojonegoro? Ya karena Bojonegoro masyakatnya belum terimbas teknologi informasi. Saya yang tidak melodramatik masih bisa mempengaruhi mereka,” ujar Bupati yang digadang-gadang maju Pilgub Jatim ini.
(Baca juga: Ini Kata Bupati Bojonegoro Kang Yoto agar Indonesia Tidak Menjadi Negara Gagal)
Untuk memenangkan persaingan dalam masyarakat melodramatik, Kang Yoto memberikan tipsnya. “Harus bisa jualan, harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis, dan inovasi,” lanjutnya.
Kepada kader Pemuda Muhammadiyah Gresik Kang Yoto juga berpesan agar belajar mempengaruhi orang. “Bisa dengan tulisan, dengan amal perbuatan, dengan uang. Siapa anda? Jalur apa yang anda pakai? Apa yang anda jual? Ketahui itu dan anda akan menjadi figur yang berpengaruh,” pungkas penulis buku Al-Fatihah Codes ini.(faizin)