Aroma Darah Segar Menyengat di Musyda Muhammadiyah Lamongan; Opini oleh Mohamad Su’ud
PWMU.CO – Kasak-kusuk darah segar kepemimpinan Muhammadiyah Lamongan periode 2022-2027 mendatang hangat diperbincangkan di berbagai forum.
Kaum muda Muhammadiyah Lamongan tidak tinggal diam. Diskusi-diskusi digelar di beberapa lokasi. Ada yang dikemas serius dan ada juga di warung kopi sambil disertai gelak tawa. Kesan yang saya tangkap, mereka kaum muda hanya ingin ada sedikit perubahan formasi, bukan secara radikal.
Gerakan terbuka yang dilakukan sebagian komponen muda sangat realistis, karena mereka sadar bahwa api dakwah, langsung atau tidak, lambat atau cepat, akan menjadi bagian di dalamnya. Kaum muda akan menjadi penerima estafet kepemimpinan. Rasional jika mereka mendambahkan Muhammadiyah ke depan harus kuat, maju, dan bermartabat.
Reaksi atas gaung penyegaran kepemimpinan sangat beragam. Ada yang menghadapi santai. Mereka ini yang memandang bahwa Muhammadiyah di Lamongan baik-baik saja. Tidak perlu ada perubahan-perubahan. “Tidak ada yang perlu dirisaukan dengan Muhammadiyah,” kata mereka.
Ada yang menyambut dengan semangat. Mereka didominasi kaum muda yang ingin agar ada loncatan-loncatan gerakan yang lebih agresif. Tidak monoton dan rutinitas. Kaum muda menginginkan ada darah segar yang masuk dalam ‘kabinet’ mendatang. Darah segar—meminjam Prof Din Syamsuddin—adalah wajah baru dalam kepemimpinan Muhammadiyah.
“Kader itu sangat berlimpah dan saatnya mereka diberi kesempatan,” kata salah seorang akitivis IMM dalam sebuah kesempatan di warung kopi.
Selain dua kelompok di atas, ada kelompok ketiga yang sangat reaksional. Mereka menganggap kelompok-kelompok antimainstream ini sebagai kelompok sakit hati dan kelompok yang ingin merebut posisi.
Sikap antipati kelompok ini memandang bahwa kaum penyeru “darah segar” belum saatnya dan bahkan tidak layak menduduki kepemimpinan. Itulah ragam respon yang penulis rasakan di lapangan. Dan itu fakta.
Profil Ideal Pimpinan ke Depan
Lepas dari prokontra terhadap gerakan darah segar tersebut, penulis ingin memberikan sumbang saran pemikiran. Bukan siapa yang pantas, namun lebih pada bagaimana profil sosok ideal yang dibutuhkan Muhammadiyah Lamongan lima tahun ke depan?
Ada lima profil yang mestinya melekat pada diri pemimpin yang layak kita pilih pada arena Musyda Ke-12 Muhammadiyah Lamongan, yaitu:
Pertama, ulama. Muhammadiyah organisasi Islam yang bergerak dinamis menangkap pesan dan denyut umat. Dibutuhkan sosok ulama yang mumpuni dan fakih dalam agama. Sosok yang mampu berdialog dan menjawab persoalan. Tidak sekadar bisa membaca kitab kuning, namun mengimplementasikannya. Ulama yang memegang teguh ideologi Muhammadiyah dan menerjemahkan di lapis bawah. Tidak sekadar berdiri di atas mimbar.
Kedua, ekonom dan entrepreneur. Ini adalah sosok pejuang ekonomi Muhammadiyah sebagai pilar utama gerakan. Muhammadiyah Lamongan di periode ini sudah mulai mengembangkan ekonomi. Ke depan, dibutuhkan sosok ringan kaki, fulpower waktu untuk lebih menguatkan lagi. Ekonomi yang menghujam ke jamaah secara langsung. Yang sudah ada sekarang, SPBU, ayam petelur, perlu terus dipertahankan dan dikembangkan.
Jamaah Muhammadiyah mayoritas petani, perlu ada pendampingan. Para tani harus diberdayakan. Jamaah Petani Muhammadiyah (Jatam) perlu diperluas jaringannya. Ini Pekerjaan besar, namun di tangan sosok tangguh akan ringan.
Ketiga, jurnalis dan paham IT. Information and Technology (IT) bagian dari ciri kemoderenan Muhammadiyah. Menurut pengamatan saya, kebesaran Muhammadiyah Lamongan dari dalam tidak sebanding dengan pemberitaan. Masih banyak informasi-informasi yang terlewat. Media sosial belum tertangani dengan maksimal.
Kita memiliki potensi ini. Banyak kader-kader yang paham IT. Saatnya menggerakkan kader tersebut. Mobilisasi media massa masih lemah. Kalau ini digarap dengan serius, saya yakin kita akan kuat dan hebat. Semisal, TV Mula perlu dihidupkan, websit Muhla perlu dibangkitkan. Berita-berita Muhammadiyah Lamongan di YouTube masih sangat sedikit, ini perlu digarap serius.
Keempat, administrator. Sosok yang mengerti perkantoran modern. Tata laksana kerumahtanggaan yang rapi dan indah. Kekurangan kita adalah data base yang belum terintegral dan tersistem. Ini bisa kita lakukan dengan mudah. Zaman era digital, Muhammadiyah Lamongan dituntut mengejar ketertinggalan ini.
Kebutuhan big data sangat urgen. Semua anggota sudah melek teknologi. Tidak sulit mengakses apapun tentang Muhammadiyah hanya dengan gadget di tangan. Kita memiliki kader dibidang ini.
Kelima, lobbying dan komunikator. Fungsi kader ini adalah melakukan komunikasi secara ekternal. Mediator dengan pemerintah, instansi swasta, stakeholder dan pihak-pihak lain. Sosok ini sebagai ‘”‘duta besar’ Muhammadiyah di luar. Melakukan penguatan dan ”””publikasi’.
Sosok ini adalah mereka yang teruji pengalaman, memiliki akses dan supel dalam pergaulan.
Semoga urun rembuk ini menjadi referensi bagi peserta Musyawarah Daerah Lamongan untuk menentukan pilihan, siapa sosok yang mendekati lima profil di atas. Nasrun minalllah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni