Musyda Lamongan: Beri Kesempatan yang Muda, Ketua Satu Periode Saja; Liputan Fathurrahim Syuhadi, Kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU.CO – Muhammadiyah Lamongan mempunyai gawe besar di tingkat daerah yakni Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-12 Muhammadiyah Lamongan.
Musyda yang digelar di Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) ini mendapat perhatian besar dari kader-kader Muhammadiyah termasuk yang berada di perantauan.
Seperti yang disampaikan oleh Qosdus Sabil, aktivis IPM Sekolah Kader Lamongan di era 1990-1993. Dia juga aktivis IMM Jember dan Malang di era 1993-1998. Penuturan putra KH Oemar Hasan—mantan Wakil Ketua dan Bendahara PDM Lamongan—dengan gaya saya menarik dibaca:
Beri Kesempatan yang Muda
Saya sebagai kader yang dibesarkan di Lamongan berharap kiranya para musyawwirinMusyda Ke-12 Muhammadiyah Lamongan memberikan keteladanan untuk selalu meningkatkan kualitas kaderisasi pimpinan.
Apa yang disampaikan Prof Achmad Jainuri, juga Ayahanda Nur Cholis Huda—keduanya mantan Anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah yang tak lagi mencalonkan diri di Musywil Ke-16 Muhamamdiyah Jatim—hendaknya menjadi rujukan kita bersama.
Berbagi kesempatan memimpin Muhammadiyah itu penting dilakukan dengan sungguh-sungguh. Jika yang sudah senior, termasuk yang sudah berkali-kali periode menjabat,sebaiknya mundur dari pencalonan.
Bukan menjadi aib pencalonan bapak-bapak tersebut. Bahkan hal itu menjadi kebanggaan kita semua. Panjenengan siap mengabdi di Muhammadiyah sampai tutup usia itu tidak perlu diragukan lagi.
Namun, kesediaan untuk kembali dipilih akan menyebabkan kader-kader yang lebih muda akan sungkan. Sikap tawadhu dan takzim kepada senior, menyebabkan proses transformasi kader pimpinan justru akan terhalang.
Bismillah, untuk para Ayahanda di PDM Lamongan yang memiliki kriteria tersebut kami mohon maaf lahir batin. Yakinlah, bahwa ada banyak ruang pengabdian di Persyarikatan. Tidak hanya mengabdi di jalur struktural formal.
Di situlah, saya akan respek dan makin cinta kepada Bapak-Bapak, yang memiliki kesadaran akan pentingnya kaderisasi dan transformasi kepemimpinan. Insyaallah Muhammadiyah Lamongan akan semakin jaya dan mendunia.
Satu Periode Saja
Selanjutnya saya setuju, jika Ketua PDM Lamongan cukup sekali periode saja. Mengapa, supaya kaderisasi terus berjalan dengan dinamis. Apalagi kader-kader Lamongan begitu melimpah-ruah.
Adalah paradoks, jika kader kelahiran Lamongan memimpin di mana-mana di berbagai daerah, namun antrean mengisi pos di PDM Lamongan terasa begitu panjangnya.
Maka kami mohon dengan hormat kiranya para Ayahanda legowo memberikan kesempatan kepada yang lebih muda dan energik. Tanpa mengurangi rasa takzim kami kepada para Ayahanda dan senior PDM tentunya.
Insyaallah keikhlasan para Ayahanda mundur dari pencalonan itu akan menjadi lebih utama. Mundur bukan berarti lari dari amanah, tetapi mundur untuk memastikan proses kaderisasi itu telah berjalan sebagaimana mestinya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni