PWMU.CO – Sungguh besar kecintaan Mursidi pada almamaternya, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), hingga pada studi S3-nya di Universitas Brawijaya (UB) Malang, ia menulis disertasi yang mengulas kampus kebanggaannya itu, yaitu “Gaya Kepemimpinan Perguruan Tinggi Islam Swasta: Studi Fenomenologi di UMM”.
Mursidi resmi dikukuhkan selepas sidang terbuka di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB, Sabtu (8/4), dengan nilai A atau sangat memuaskan, berdasarkan penilaian dari promotor, ko-promotor dan para penguji, termasuk penguji tamu yaitu Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Haedar Nashir MSi dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Prof Dr Achmad Jainuri MA. Mursidi menjadi doktor ke-601 di Program Magister Manajemen UB.
(Baca:
Terkait disertasinya, Mursidi mengatakan, ia hendak mengungkap fenomena di balik kemajuan UMM. “Keberhasilan UMM adalah fenomena yang nampak, karena itu dengan pendekatan fenomenologi, saya hendak menggali apa yang balik kesuksesan itu,” kata mantan Pembantu Rektor II UMM ini.
Dari pencariannya, Mursidi menemukan bahwa gaya kepemimpinan dua mantan Rektor UMM, yaitu Malik Fadjar (MF) dan Muhadjir Effendy (ME) merupakan faktor kunci yang merubah UMM dari pengikut pasar (market follower) menjadi pemimpin pasar (market leader).
”Jika dulu mengikuti apa yang sedang ngetren di pasar pendidikan, saat ini UMM justru menjadi rujukan karena berbagai inovasi yang dilakukannya,” papar dosen FEB UMM ini.
Berdasarkan temuannya, Mursidi menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan UMM ditandai dengan munculnya tiga corak, yaitu pertama, kepemimpinan berfilosofi profetik dan penggerak dengan implementasi manajerial berpola paguyuban, lurus dan dinamis. Kedua, kepemimpinan berfilosofi guru dan kuntul baris dengan implementasi pola jurnalis, militer dan sepakbola. Ketiga, lahirnya gaya kepemimpinan MF dan ME dipengaruhi oleh perjalanan hidupnya sejak dini di lingkungan keluarga dan sekolahnya.
Terlebih, Mursidi meyakini bahwa kepemimpinan gaya aktivis merupakan irisan yang mempertemukan antara MF dan ME. Latar belakang keduanya sebagai aktivis mempengaruhi gaya mereka dalam menggerakkan organisasi.
”Gaya aktivis ini dicirikan dengan adanya mimpi-mimpi besar yang dibangun melalui diskusi-diskusi, lalu diimplementasikan dengan gerakan-gerakan penuh semangat. Itulah yang membuat UMM bisa sebesar sekarang ini,” jelas Mursidi.
Sementara itu, mewakili pandangan para promotor dan penguji, ko-promotor 2 Dr Siti Aisjah SE MS mengaku sejak awal sudah sangat tertarik dengan penelitian ini. “Selamat atas gelar doktornya. Ini bukan akhir perjalanan, justru ini langkah awal untuk lebih banyak berkiprah, khususnya bagi UMM,” kata dosen Program Magister Manajemen UB ini.
Siti Aisjah juga merasa terhormat karena bisa satu meja dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir untuk menguji disertasi Mursidi. “Ini kehormatan bagi saya bertemu langsung dengan Pak Haedar. Kalau tidak untuk menguji Pak Mursidi, saya kira saya tidak bisa ketemu langsung dengan Pak Ketua Umum,” ujarnya. (hum/aan)