PWMU.CO– Kisah Prof Sas disampaikan dalam pembukaan Musyda ke-11 Muhammadiyah Sidoarjo di Auditorium KH Ahmad Dahlan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Ahad (5/3/2023).
Hadir dalam Musyda ini Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Ali, anggota PDM, PCM, PRM Ortom dan hadirin lainnya.
Wakil Ketua PWM Jatim Prof Dr Sasmito Djati saat membuka Musyda menyampaikan,”Pak Bupati tidak perlu khawatir dengan pengabdian Muhammadiyah. Muhammadiyah selalu mengisi lorong-lorong sunyi yang tidak menarik banyak pihak sebagaimana ciri dakwah Muhammadiyah.”
Pria yang akrab disapa Prof Sas ini bercerita pengalamannya saat diminta mengisi seminar di Universitas Muhammadiyah Kupang NTT. Sebuah universitas paling maju di Nusa Tenggara Timur. Mahasiswanya mayoritas bukan Muhammadiyah bukan NU, tapi Kristen. Banyak mahasiswa perempuan yang memakai jilbab. Ada juga yang berjilbab dan berkalung salib.
”Saya sampaikan tidak usah memaksakan diri untuk memakai jilbab, itu tidak diwajibkan. Namun mereka menjawab bahwa itu sesuai ajaran kami. Ya seperti biarawati yang memakai jilbab,” kisah Prof Sas yang guru besar Universitas Brawijaya Malang ini.
Ketua Tapak Suci Jawa Timur itu mengatakan, Muhammadiyah memiliki lebih dari 170 perguruan tinggi. Lebih banyak dari Kementerian Dikbudristek yang hanya memiliki 120 perguruan tinggi.
Saat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mendapat peringkat universitas Islam terbaik di dunia, kata dia, banyak yang sinis. Bagaimana mungkin Universitas Al-Azhar, Ummul Quro, kalah dengan UMM.
“Saya pernah ke Al-Azhar, al-Um, ke universitas-universtas Timur Tengah, kebanyakan universitas di sana masih tradisional,” kisah Prof Sas.
Maksudnya, sambung dia, kebanyakan universitas di Timur Tengah belum memperhatikan pemeringkatan, Unirank, Schopus, atau pemeringkatan dunia lainnya. Penilaian universitas sudah day by day.
“Umsida harus hati-hati, apakah kemarin peringkatnya naik by plan atau by accident. Ini terkait dengan peringkat banyak universitas yang naik,” ujarnya.
Berinovasi
Dia mengatakan, pertumbuhan akan selalu mencapai puncaknya. Semua harus hati-hati kalau sampai di puncak, dibutuhkan inovasi agar bisa selalu bertahan. Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap tantangan zaman harus dihadapi dengan inovasi. Termasuk sekolah-sekolah Muhammadiyah apakah sudah punya inovasi?
“Sekarang tiba-tiba ada sekolah baik di Batu yang dicari seluruh orang Indonesia. Bisakah sekolah Muhammadiyah juga begitu?” katanya.
Banyak kebiasaan yang perlu lebih ditingkatkan manfaatnya. Menciptakan inovasi lebih untuk kemajuan. ”Jangan-jangan Musycab di Bali, tapi panti asuhan tidak terurus,” sentil Prof Sas.
Prof Sasmito bercerita lagi pernah diundang untuk menguji kenaikan tingkat Tapak Suci di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) beberapa tahun lalu. Waktu itu gedung Smamda hanya bagian depan, sisanya masih rawa-rawa.
”Namun tidak berapa lama kondisinya sudah berubah jauh. Bahkan menjadi sekolah kebanggaan Muhammadiyah,” tandasnya.
Perlu idealisme Muhammadiyah untuk menjadikan keunggulan. ”Terkait dengan Musyda ini, orang-orang besar menciptakan pemimpin-pemimpin besar, bukan menciptakan follower,” pungkasnya.
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto