Merasakan ketatnya pengamanan Kokam di Musyda Sidoarjo; Liputan Basirun, Kontributor PWMU.CO dari Kabupaten Sidoarjo.
PWMU.CO – Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) menjadi pengaman dalam Musyda Ke-11 Muhammadiyah Sidoarjo, Ahad (5/3/23).
Sidang pleno ketiga dimulai bakda maghrib, ketika hujan turun amat lebat. Sambil menunggu hujan mereda, beberapa peserta Musyda duduk-duduk di serambi masjid.
“Ayo, ndang milih, ndang milih. Ben ndang mulih. Ayo, cepat-cepat memilih, biar cepat pulang!” terdengar teriakan peserta yang berlari sambil meletakkan tas di atas kepalanya.
“Iya, ayo ndang milih, ben gak bengi-bengi. Iya, ayo segera memilih/nyoblos biar tidak kemalaman!” kata beberapa yang lain. Seolah-olah teriakan itu menjadi magnet, para peserta yang masih asyik ngobrol langsung bangkit untuk menuju ruang sidang yang berada di lantai 5.
Ada dua akses menuju ruang sidang, bisa melalui tangga atau lift. Para musyawirin memilih jalan pintas dengan lift. Kapasitas setiap unit lift itu dapat mengangkut maksimal hanya enam orang berukuran sedang. Artinya, jika jumlah peserta itu sekitar 200 orang, maka dua unit lift itu harus naik turun sebanyak kurang lebih 15 kali, jadi para peserta harus rela menunggu.
Penjagaan Ketat di Pintu Masuk
Sidang pleno ketiga digelar di Auditorium KH Ahmad Dahlan Umsida Kampus I. Tidak mudah masuk ruang sidang. Di depan pintu masuk, tampak dua orang Kokam menjaga dengan ketat. Di samping pintu terdapat layar monitor ukuran 43 inch. Fungsinya adalah untuk mendeteksi setiap orang yang mau masuk ruang. Siapapun yang tidak memiliki kartu pengenal yang ada QR Code-nya, tidak bisa masuk ruang sidang.
“Bapak-bapak dimohon bisa antri dengan tertib. Jangan lupa siapkan kartu peserta yang ada QR Codenya. Mohon maaf, jika tidak bisa menunjukkan kartu id card, tidak diperkenakan masuk ruang sidang!” seru Yussak Dulloh, salah seorang Kokam yang bertugas.
Id card dengan QR Code milik para peserta satu per satu lalu dicek petugas, antrean panjang dan mengular tampak di depan pintu masuk auditorium . Para musyawirin ini seolah sudah tidak sabar untuk segara menyelesakan sidang pleno. Mereka segara ingin memilih pimpinan idolanya. Sepanjang perjalanan dari Masjid An-Nur hingga tempat menuju ruang sidang, mereka memperbincangkan calon yang akan dipilih. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.