Menyempurnakan Agama dengan Empat Amalan Ini; Liputan Kontributor PWMU.CO Situbondo Pandu Anom Nayaka, Kontributor PWMU.CO Situbondo.
PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Bidang Majelis Tabligh, Dakwah Komunitas, dan Pembinaan Masjid Dr Muhamamd Sholihin MPSDM mengungkap empat hal yang harus dijalankan seseorang agar agamanya sempurna.
Hal ini dia sampaikan ketika hadir di Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-10 Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Situbondo, Ahad (12/3/2023). Lokasinya di halaman SMA Muhammadiyah (SMAM) 1 Panji.
Pertama, Islam seseorang akan sempurna kalau memperhatikan halal dan haram dalam mengamalkan nilai ajaran Islam. “Di Muhammadiyah sudah ada Islam sempurna, kalau kita memperhatikan hal-hal yang halal dan haram. Alhalalu bayyinun alharamu bayyinun,” ujarnya.
Sholihin mengingatkan, “Jangan sekali-kali kita melakukan hal-hal yang haram walaupun kecil. Begitu juga jangan mengabaikan hal-hal yang halal walaupun kecil. Ambil sesuatu yang baik, ambil sesuatu yang benar walaupun kecil. Dan tinggalkan sesuatu yang haram walaupun itu kecil!”
Kata Sholihin, meski hal kecil tapi jika itu haram maka sangat berbahaya. “Dampaknya kalau suka dengan hal-hal yang haram maka hidupnya tidak akan pernah bahagia, sukses, dan mulia di hadapan manusia maupun di hadapan Allah SWT,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Sholihin berharap, pimpinan Muhammadiyah ialah pejuang-pejuang dalam menegakkan kebenaran. “Mencari sesuatu yang halal dan menghindari sesuatu yang haram. Sebab hal-hal yang haram itu jelas-jelas tidak membahagiakan dan tidak mengenakkan!” tegasnya.
Jika seseorang bisa menghindari hal-hal yang haram, lanjutnya, maka Allah akan mengganti dengan sesuatu yang baik. “Orang yang terbiasa menghindari barang haram itu pasti akan menjadi orang yang ikhlas dalam beramal,” ungkapnya.
Sebaliknya, kalau seseorang tidak bisa menghindari yang haram, maka pasti tendensius. Dia menekankan, itulah yang harus betul-betul dipedomani dalam menegakkan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Ingatkan Kebenaran dan Kesabaran
Kedua, mengamalkan kesempurnaan dalam beragama dengan mengingatkan kebenaran dan dan kesabaran. “Jadi bermuhammadiyah itu saling mengingatkan tentang kebenaran, bukan merasa paling benar, tapi kita saling mengingatkan. Kalau ada sesuatu yang tidak baik, mari kita saling mengingatkan,” ujar Sholihin.
Dia mengimbau, tidak saling menyalahkan bahkan saling mengambinghitamkan. “Karena sekarang kambing hitam sudah punah! Ada satu teori yang sangat bagus yang sering saya sampaikan di mana-mana. Orang yang sukses adalah orang yang selalu berpikir tentang cara, sedangkan orang yang gagal adalah orang yang selalu menyalahkan orang lain,” katanya.
Membela kebenaran dibutuhkan kesabaran. Berdakwah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu perjuangan yang luar biasa. “Dalam memberikan petunjuk, tugas berdakwah itu hanya menyampaikan. Yang mengubah hati manusia itu Allah. Yang penting kita sudah berusaha berjuang,” imbuhnya.
Sholihin berpesan, “Bapak Ibu di sini tidak boleh merasa kecil. Jangan menyebut di Situbondo itu kecil. Muhammadiyah itu besar. Di Indonesia, Muhammadiyah itu besar! Bahkan sekarang sudah berdiri di berbagai macam negara. Yang saya tahu, di Australia juga berdiri sekolah Muhammadiyah dan ada dua yaitu di Melbourne dan di Sydney.”
Kalau tidak salah, lanjutnya, Cabang Istimewa sedunia itu ada 59 cabang. “Semangatnya yang besar. Semangat inilah modal paling utama dalam berdakwah dan mengembangkan Muhammadiyah. Semangat, bukan semaput,” ujarnya.
Semangat ini menurutnya penting. “Saya dulu orang tidak punya, mohon maaf pada saat kuliah saya pernah mengamen. Modal jadi orang sukses bagi orang-orang yang tidak punya itu semangat dan bersama-sama, rukun dengan orang lain. Sudah kecil, tidak rukun lagi,” candanya.
Tolong-menolong
Sholihin pun mengajak mereka menjadi orang baik dan mau mengembangkan organisasi bersama-sama. “Semuanya itu butuh orang lain oleh karena itu kita harus tolong-menolong!” tuturnya.
Dia mencontohkan, yang tidak tahu diberitahu melalui sekolah Muhammadiyah, yang tidak sehat di sehatkan melalui Rumah Sakit Muhammadiyah, yang tidak punya orang tua disambut lalu disekolahkan, dititipkan pada Panti Asuhan.
“Banyak sekali yang kita lakukan untuk kepentingan umat. Keberadaan kita ini adalah untuk umat,” imbuhnya.
Sejak 1912, Kiai Haji Ahmad Dahlan berjuang untuk umat dan bangsa. “Hanya itu yang kita inginkan dan kita akan sangat senang ketika apa-apa yang kita lakukan sukses dan berhasil. Percayalah Allah akan selalu bersama kita. Orang yang suka membantu orang lain itu akan dibantu Allah,” tuturnya.
Sholihin lantas mengutip sabda Rasulullah dalam HR Muslim, “Siapa saja yang menolong saudaranya, maka Allah akan menolongnya sebagaimana ia menolong saudaraya.”
Dia juga menegaskan, tolong-menolong itu salah satu ciri orang bertakwa. “Kalau kita tidak punya harta, bisa (menolong) melalui pikiran dan tenaga,” terangnya.
Dia kembali mengutip firman Allah SWT. “Maukah kalian aku tunjukkan perniagaan yang dapat menghindarkan dirimu dari siksaku yang pedih? Ikuti apa yang diperintahkan, tinggalkan apa yang dilarang,” ujarnya. Termasuk akhlak Rasulullah harus tercermin dalam diri orang yang bernama Muhammad.
Sempurnakan Akhlak Mulia
Sholihin mengatakan, Rasulullah diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak yang Mulia dan berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta. Termasuk dengan waktu dan tenaga. “Termasuk tadi bisa membuat SPBU itu bukan untuk orang Muhammadiyah saja tapi itu ada untuk kesejahteraan umat dan bangsa,” ujarnya.
Begitupula pendidikan Muhammadiyah, siapa pun boleh masuk. Bahkan orang di luar Islam pun masuk. Seperti mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sorong 80 persen non Muslim.
“Oleh karena itu kita terus mendorong kepada masyarakat tolong-menolong apa saja yang dilakukan. Jangan hanya untuk warga Muhammadiyah. Peruntukan membantu masyarakat terutama masyarakat yang masih kekurangan,” imbuhnya.
Terakhir, berorganisasi dakwah Islam amar makruf nahi mungkar. Mengajak kepada yang baik dan mencegah kepada yang mungkar. “Sebenarnya seluruh umat manusia punya kewajiban untuk berdakwah, tidak hanya orang yang pandai berceramah,” ujarnya.
Dalam hadits Rasulullah, kata Sholihin, berdakwah bisa dengan kekuasaan atau dengan memberi sesuatu. “Kalau nggak bisa dengan tangan, baru dengan lisan,” tutupnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN