Terkejut saat Auditorium Smamda Jadi Hutan; Catatan pengalaman Khusnul Isa. Editor Mohamamd Nurfatoni.
PWMU.CO – Auditorium Ki Bagus Hadikusumo SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo, Jawa Timur, disulap menjadi hutan lengkap dengan tendanya, Selasa (7/3/2023).
Itulah setting ruang yang dibuat oleh siswa XII IPA 3 SMA untuk pementasan drama berjudul Treasure The Explorer. Drama ini sebagai bagian ujian praktik alias uprak.
Uprak di Smamda tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Kali ini uprak dikemas secara kolaboratif untuk beberapa mata pelajaran. Mulai dari Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan), dan bidang studi rumpun IPA atau IPS.
Semua pelajaran itu dijadikan satu dalam bentuk drama. Siswa mengkolaborasi semua bidang ilmu sesuai tema yang sudah dipilihnya.
Selain dilakukan secara kolaboratif, uprak dilaksanakan serempak di tiga auditorium yang dimiliki Smamda. Yaitu Nyai Walidah, Ki Bagus Hadikusuma, dan AR Fachrudin.
“Untuk tahun ini uprak akan dilaksanakan secara serempak dan kolaboratif untuk mengefisienkan waktu dan tugas praktik siswa,” kata Khusnul Isa, salah satu guru poenguji uprak.
Meski begitu, uprak yang serempak dan kolaboratif itu tidak akan mengurangi makna dan fungsi dari masing-masing pelajaran. “Karena drama yang mereka buat harus sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran mata pelajaran yang diujikan sesuai jurusan,”katanya.
Dia Auditorium Ki Bagus Hadikusumo drama ini dimulai dengan perjalanan beberapa orang menuju hutan untuk berkemah. Berbagai tantangan mereka hadapi. Bahkan saat pemasangan tenda ada kelompok yang gagal mendirikannya. Ini menyangkut pelajaran fisika tentang momentum.
Pelajaran biologi dihubungkan dengan makanan sehat dan pencernaan. Bahasa Inggris dimplementasikan lewat nyanyian berbahasa Inggris saat permainan api unggun di malam hari.
Pagi hari yang dibuka dengan senam pagi adalah bagian dari mata pelajaran olah raga. Camping berakhir saat mereka pulang. Drama yang berlangsung 30 menit itu pun berakhir.
Guru Terkejut
Sebenarnya setting hutan dengan tenta itu mengejutkan guru yang menjuri. Saat masuk ke ‘hutan’ itu mereka terkejut. Seperti Khusnul Isa. “Berangkat dari rumah pukul berapa, kok semua sudah siap?” tanyanya.
Pertanyaan itu dijawab oleh Hajar Aswad Diana Al Farabi—siswa kelas XII IPA 3 menjadi sutradara drama tersebut. “Teman-teman saya minta datang di sekolah tepat pukul 05.00.Jadi setelah shalat kami berangkat dari rumah,” ungkapnya. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk menyetting panggung agar tepat waktu karena kelompoknya tampil kali pertama.
Walaupun berat Hajar dan teman-temannya merasa senang karena dapat berkolaborasi dengan satu kelas untuk mendapatkan nilai praktik bersama-sama. Dia juga mengaku terharu teman-temannya mempercayakan sutradara di pundaknya. “Karena menyatukan 40 orang itu gampang-gampang susah,” ucapnya.
Fayza Arsymenambahkan, awal diumumkan adanya uprak dia mengakun senang dan tidak senang. Senang karena dia merasa sekarang benar-benar sudah kelas XIII,
“Tidak senangnya waktu latihan untuk uprak kurang lama,” kata Izak panggilan akrabnya.
Dia bercerita, ketika praktik, teman sekelas pada diuji kesabaran oleh teman lainnya. “Karena untuk menyatukan pandangan berbeda sekelas yang berjumlah 40 anak, penuh perjuangan. Jadi harus ada yang mengalah agar menyatu demi naskah drama lancar untuk dipentaskan,” ungkap dia.
Tapi keduanya mengaku sangat puas karena pementasan drama berjalan dengan baik. (*)