PWMU.CO – Salah satu destinasi ‘wisata’ yang kami kunjungi di Provinsi Fujian atau disebut juga Hokian, adalah dua makam yang diyakini sebagai Sahabat Nabi Muhammad SAW, yang berada di Kota Guanzhou, Jumat (14/4). Seperti diketahui, Provinsi Fujian terdiri dari dua bagian, yaitu Kota Xiamen yang berada di sebuah pulau—yang disebut juga Pulau Xiamen—dan Kota Guanzhou yang berada di Pulau Besar atau Tiongkok Daratan.
Dari Pulau Xiamen, perjalanan darat 100 KM menuju Guanzhou kami tempuh melalui sebuah terowongan bawah laut dengan panjang 1,3 KM. Sebagian besar anggota rombongan sempat takjub dengan terowongan yang dibangun 70 meter di bawah laut itu. Thomas, guide lokal yang memandu kami menjelaskan bahwa terowongan itu dibangun hanya membutuhkan waktu selama 3 tahun yaitu 2010-2013 dan dikerjakan oleh tangan-tangan lokal yaitu ahli Xiamen sendiri. “Terowongan ini terlebar di dunia. Ada dua jalur, masing-masing dengan 3 lajur,” ungkapnya.
(Baca: Tatkala Muadzin, Imam, dan Jamaah Dirangkap Satu Orang: Fenomena Islam di Xiamen Tiongkok)
Perjalanan hampir 3 jam itu mengantarkan kami pada makam yang diyakini sebagai Sahabat Nabi Muhammad SAW, yang terletak di sebuah bukit. Sejak dari jalan raya, penanda akan adanya makam itu sudah nampak dari pintu gerbang yang bertulisan Arab. Pemerintah Tiongkok terlihat sedang merenovasi beberapa bagian di kompleks makam itu.
Siapa nama dua sahabat yang dimakamkan di situ, tak ada keterangan yang pasti. Pada tulisan prasasti, hanya tertulis makam dua Sahabat. Cerita yang beredar, di Guanzhou ada 4 Sahabat Nabi SAW yang menyebarkan Islam di tempat itu, 2 dari 4 Sahabat itu meninggal dan dimakamkan di situ.
(Baca juga: Kisah Laksamana Cheng Hoo Ajak Ulama Xian Berlayar ke Mekah dan Nusantara dan Ternyata Ada Jalan ‘KH Mas Mansur’ di Xian Tiongkok, Inilah Foto-Foto Eksklusifnya)
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Dr Syamsuddin yang ikut rombongan memastikan bahwa dua makam tersebut tidak diketahui secara pasti jatidirinya, seperti yang diduga sejak awal oleh sebagian rombongan.
“Dari prasasti yang ada, hanya dijelaskan bahwa itu makam dua Sahabat Nabi yang menyebarkan agama Islam di wilayah itu pada masa awal dari Dinasti Tang (618-690 M). Dalam terminologi (sejarah) Islam, Sahabat itu merujuk pada orang yang pernah melihat Nabi Muhammad SAW, mengimani kerasulannya dan meninggal sebagai muslim. Hanya saja tidak disebut siapa nama dua Sahabat itu,” jelas dosen UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
(Baca juga: Shalat Dhuhur Berjamaah dengan Suhu 3 Derajat Celcius di Lianxia Tiongkok ndan Masjid Besar Barat Linxia: Tempat Dicetaknya Ulama-Ulama Tiongkok)
Syamsuddin memperkirakan, Sahabat itu datang saat Kekhalifahan Usman bin Affan. “Seperti penjelasan tentang masuknya penyebar Islam di Kota Xian yang terjadi di masa Khalifah Usman bin Affan,” kata dia.
Kami rombongan dari ormas Islam Jatim yaitu MUI, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, dan Pengurus Wilayah NU, serta Yayasan Masjid Muhamamad Ceng Hoo Surabaya masuk di kompkes makam itu. Ada dua makam yang terletak di satu lokasi itu. Selain mengucapkan salam layaknya jika masuk kuburan, kami sempatkan membaca prasasti dan berfoto di makam itu.
(Baca: NU-Muhammadiyah Kompak Jamak Qashar di Hongkong International Airport dan Ketika Ada Dua Arah Kiblat Shalat di Bandara Internasional Beijing)
Hanya, ini yang membuat berbeda. Setelah itu rombongan dari Muhammadiyah bergegas meninggalkan makam setelah secara individu mendoakan dua Sahabat itu. Sementara rombongan dari NU dan MUI tertinggal untuk melakukan tahlilan di makam sekitar 20 menit. Meski berbeda ‘jalan’, kami kompak setelah berkumpul kembali untuk melanjutkan perjalanan di Provinsi Fujian.
“NU dan Muhammadiyah selalu sama, kecuali waktu di kuburan,” gurau Liem Ou Jien dari Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya yang menyertai kami. (Mohammad Nurfatoni)