Sejarah dan Perkembangan Klinik Pratama Rawat Inap Muhammadiyah Keduyung

Foto Sejarah dan Perkembangan Klinik Pratama Rawat Inap Muhammadiyah Keduyung, Maret 2023 (Slamet Hariadi/PWMU.CO)

Sejarah dan Perkembangan Klinik Pratama Rawat Inap Muhammadiyah Keduyung; Liputan Slamet Hariadi *)

PWMU CO
– Desa Keduyung, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, telah ada sejak zaman penjajahan. Desa yang berada di sepanjang aliran Bengawan Solo ini menjadi tempat persinggahan para saudagar, sehingga Desa Keduyung menjadi pusat perdagangan zaman itu yang dibuktikan dengan adanya Pasar Pon.

Secara geografis Desa Keduyung terletak pada 7°00’38.97 sampai dengan 7° 00’56.11″ lintang selatan dan dia ntara garis bujur timur 122°13’39.44 sampai 122°13’54.98″.

Desa Keduyung merupakan salah satu dari 20 desa di wilayah Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan. Dari pusat Kecamatan Laren ke arah barat sejauh 12 km atau dari pusat Kabupaten Lamongan berjarak 35 km.

Oleh karena kondisi tata ruang desa Keduyung bagaikan sebuah baskom atau mangkok, di mana pemukiman warga diapit oleh dua tanggul yang sangat menentukan kelangsungan hidup masyarakat Desa Keduyung dari bencana banjir.

Tiap tahun diperkirakan longsor bantaran Bengawan Solo mencapai kurang lebih satu meter, sehingga bibir sungai Bengawan Solo mendekati tanggul desa, bahkan saat ini tanggul sudah mepet dengan bibir sungai. Dengan demikian bisa dikatakan Desa Keduyung ini rentan bencana longsor dan banjir.

Bangunan lama Balai Pengobatan Islam PKU Muhammadiyah Keduyung. Ahmad Thohir (keempat dari kanan), Munawar Cholil (kelima darin kanana), Churmat Efendi (kedua dari kiri). Tampak pula Masraf (ketiga dari kiri) Abdul Mukti warga Desa Parengan, Kecamatan Sekaran yang ikut aktif memdukung perkebangan AUM di Keduyung (kedua dari kiri) (Dokumentasi Klinik Muhammadiyah Keduyung)

Muhammadiyah Keduyung Berdiri

Pada tahun 1965 seorang tokoh Muhammadiyah dari Desa Laren, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, bernama H. Ali Mahfud (almarhum) datang ke Desa Keduyung.

Dia berkenalan dan kemudian bersahabat dengan beberapa tokoh Desa Keduyung, seperti H Sapuwan (almarhum), Kiai Abdul Hamid (almarhum) dan Ahmad Thohir (almarhum). Kepada ketiga orang tersebut H. Ali Mahfud mengenalkan tentang Muhammadiyah.

Setelah itu Abdul Hamid dan Ahmad Thohir memperkenalkan Muhammadiyah pada warga desa setempat. Tetapi hanya sedikit pemuda yang tertarik. Hanya mereka yang berpendidikan yang bisa menerima ajaran Muhammadiyah.

Tetapi kedua tokoh tersebut tetap berjuang. Beberapa pemuda yang tertarik itu diajak mendirikan Muhammadiyah. Maka sebelum Muhammadiyah didirikan, pada bulan Agustus tahun 1965 didirikan lebih dulu Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRPM) Keduyung.

Saat itu Kecamatan Laren belum menjadi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) sehingga PRPM Keduyung menginduk ke PCM Pangkatrejo yang berlokasi di Kecamatan Sekaran (kini masuk Kecamatan Maduran), Kabupaten Lamongan.

Adapun susunan kepengurusan PRPM Keduyung adalah: Penasihat Abdul Hamid, Ketua Ahmad Thohir, Sekretaris Munawar Cholil, dan Bendahara Churmat Efendi.

Mengapa waktu itu Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) tidak langsung didirikan? Ternyata karena dari kalangan orang tua tidak siap memimpin PRM. Mereka mengaku tidak ada kemampuan memimpin.

“Muhammadiyah itu bukan sembarang golongan. Sehingga perlu seorang yang benar-benar mampu memimpin, baik tingkat pemahaman agama maupun kepribadian dan akhlaknya,” ujar Abdul Muthalib (almarhum) suatu ketika, menirukan alasan mereka.

Empat tahun kemudian, tahun 1969, setelah para pemuda yang tergabung dalam PRPM berpengalaman, ilmu dan agamanya bertambah, dan kepribadian terasah, barulah didirikan PRM Keduyung, yang dipimpin oleh mantan-mantan PRPM Keduyung.

Setelah berdiri PRM diikuti berdirinya organisasi otonom yaitu Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Antrean pasien di Balai Pengobatan Islam PKU Muhammadiyah Keduyung. Tampak H Sapuwan (ketiga dari kiri) dan Ahmad Thohir (keempat dari kiri). Ahmad Thohir adalah menantu H Shofwan dai anak pertama bernama Siti Fatimah. Sejarah dan Perkembangan Klinik Muhammadiyah Pratama Rawat Inap Keduyung. (Dokumentasi Klinik Muhammadiyah Keduyung).

Sejarah Berdirinya Klinik

Ahmad Thohir atau yang juga dipanggil Jerman, semasa hidupnya menceritakan Balai Pengobatan (BP) PKU Muhammadiyah Keduyung berdiri diawali dari kenyataan bahwa Desa Keduyung terletak jauh dari kota, yakni 35 km dari Lamongan atau 17 km dari Babat. “Padahal hanya di dua kota itulah terdapat rumah sakit,” katanya suatu saat.

Untuk menempuh perjalanan di dua kota itu pun tidak mudah, dibutuhkan perjuangan yang berat. Karena saat itu akses jalan poros masih berupa tanah lumpur sehingga kalau hujan sepeda motor tidak bisa jalan. Sebagai alternatif pengganti transportasi yang bisa digunakan berupa angkutan perahu dengan waktu tempuh dua jam lebih.

Akibatnya jika penduduk Desa Keduyung sulit mendapat pertolongan. Karena itulah kemudian Ahmad Thohir dan H. Mashadi (almarhum) mendirikan Pos Balai Pengobatan Islam PKU Muhammadiyah Keduyung pada tanggal 26 Mei 1969. H. Mashadi adalah warga Desa Jabung tapi punya rumah dan toko emas di Desa Keduyung yang terkenal dengan Pasar Pon-nya.

Kata Ahmad Thohir waktu itu, di luar dugaan, animo masyarakat Desa Keduyung dan sekitarnya sangat besar. Pada pembukaannya ada 159 pasien yang berobat, “Pos Balai Pengobatan ini menumpang di rumah Muhtarom dan Siti Aminah (saat itu suami istri, yang juga sudah wafat) selama empat bulan dan selalu dikunjungi banyak pasien,” kisah Ahmad Thohir, yang dulu punya NBM 503.300.  

Sehingga pada bulan April 1970 BP PKU Muhamadiyah bisa membeli rumah dan tanah untuk ditempati sebagai hak milik amal usaha Muhammadiyah (AUM) PRM Keduyung.

“Dalam perjalanan waktu, tepatnya tahun 1995 gedung BP dibongkar dan dibangun permanen dengan bangunan lantai dua,” kata Ahmad Thohir yang menjabat Ketua PRM Keduyung tahun 1969-1995.

Hj Nurfadlilah, anak pertama Ahmad Thohir, menceritakan, saat awal operasinya BP, para dokter muda dari Surabaya dan perawat yang didatangkan dari BP Muhammadiyah Lamongan, semuanya diinapkan di rumah Ahmad Thohir.

“Kami menjamunya dengan masakan khas Keduyung termasuk soto yang enak dan lezat. Saya yang saat itu masih SD selalu menyiapkan dan menata sprei serba putih hasil setrikaan jasa orang Desa Pesanggrahan yang halus karena pakai kanji,” ceritanya, 10 Maret 2023.

Rumah Bersalin Aisyiyah yang kini terintegrasi ke dalam Klinik Muhammadiyah Pratama Rawat Inap Keduyung, 19 Maret 2023. Sejarah dan Perkembangan Klinik Muhammadiyah Pratama Rawat Inap Keduyung (Slamet Hariadi/PWMU.CO)

Aisyiyah Dirikan Rumah Bersalin

Menurut Masroin Assafani, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan yang tinggal di Desa Keduyung, pendirian Rumah Bersalin (RB) Aisyiyah Keduyung itu mendapat dukungan luar biasa dari Ahmad Thohir.

Berdirinya RB ini berawal kajian-kajian yang diadakan ibu-ibu Aisyiyah Laren barat. Adapun yang memberikan kajian adalah Ustadz Roin, sapaan akrab Masroin Assafani. Dari kegiatan itu lahirlah gagasan mendirikan RB Aisyiyah.

Ketua Pimpinan Ranting Aisyiyah Keduyung tahun 1977-2010 Liswati menceritakan RB berdiri tahun 2001. “Diawali keinginan kuat ibu-ibu Aisyiyah punya rumah bersalin. Dengan alasan supaya ibu-ibu yang mau melahirkan tidak jauh-jauh ke rumah sakit,” ujarnya, 10 Maret 2023.

Dia menceritakan, awal pendirian RB ini hasil sinergi dengan Aisyiyah Ranting Laren barat. “Kami menggalang iuran masing-masing ranting di antaranya Keduyung, Pesanggrahan, Jabung, Sapan, Dateng, Centini, dan Durikulon,” ceritanya.

Pembangunan RB ini menempati lahan milik BP seluas 319 M2 yang terletak di Jalan Tambangan Keduyung. Adapun gedung RB seluas 125 M2.

Di dalam perjalanan, untuk memudahkan dalam pengelolaannya, pada tanggal 29 Desember 2005, manejemen RB digabungkan dengan BP dan kini namanya menjadi Klinik Muhammadiyah Pratama Rawat Inap Keduyung.

Setelah penggabungan itu klinik bisa melanjutkan pembangunan di belakang gedung RB lantai satu pada tahun 2010 dengan anggaran Rp 250 juta. Dan dilanjutkan pembangunan gedung lantai dua pada tahun 2017 yang menghabiskan anggaran 300 juta seluas total bangunan RB menjadi 319 M2. Pada tahun 2018 klinik pun bisa membeli tanah di sampingnya seluas 390 M2 dengan harga Rp 98 juta.

Untuk persiapan akreditasi klinik, terutama untuk memenuhi letak tata graha, maka pada bulan Juli tahun 2022 bangunan RB direnovasi untuk pembuatan ruang UGD, pemindahan joglo untuk akses ambulans sehingga memudahkan bawa pasien di UGD. Juga pembongkaran dua kamar mandi untuk pasien disabilitas, serta pengeramikan lantai dan dinding. Pekerjaan renovasi sudah diselesaikan selama tiga bulan yang menghabiskan anggaran hampir Rp 100 juta.

Visi Misi dan Motto Klinik

Visi terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu profesional dan islami dalam mewujudkan masyarakat hidup sehat.

Misi pertama untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan umum dan spesifik yang bermutu profesional dan terjangkau oleh masyarakat. Kedua mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan menjunjung tinggi nilai Islam. Dan ketiga mengemban fungsi dakwah sebagai amal usaha Muhammadiyah di bidang kesehatan.

Motto klinik Muhammadiyah Keduyung adalah ‘Amanah’ yakni akronim dari aktif, mutu, amanah, nyaman, akurat, dan handal.

Penggurus dan penyelenggara Klinik Muhammadiyah Keduyung adalah Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PRM Keduyun yang diketuai Zainul Arifin, anggota Liswati, Masruroh, dan penasehat H Sumarlan Sunyono.

Layanan yang ada di Klinik Pratama Rawat Inap Muhammadiyah Keduyung meliputi pelayanan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, pelayanan kefarmasian, laboratorium, persalinan normal, perawatan di rumah (home care) dan kunjungan rumah (home visite).

Untuk sumber daya insani Klinik Muhammadiyah Keduyung ada dua dokter umum, 3 perawat, 3 bidan, 1 apoteker, 1 tenaga teknik kefarmasian, 1 analisis laboratorium, 1 administrasi dan keuangan, 1 rekam medis, 1 cleaning servis, dan 1 driver ambulans. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

*) Slamet Hariadi adalah anak kelima Ahmad Thohir yang bekerja di Klinik Muhammadiyah Pratama Rawat Inap Keduyung. Masuk sebagai pegawai klinik tahun 1994 dan dipercaya memimpin pada tahun 1995.

Exit mobile version